Tombak Kegelapan

Tombak Kegelapan

Di usir dari Sekte

 "Mulai saat ini, Lie Ragil Nugraha telah dikeluarkan dari sekte Bulan Sabit dan dilarang menginjakkan kaki di Sekte Bulan Sabit selama sisa hidupnya!"

Suara pria paruh baya bergema di aula sidang. Manor Sanjaya, Tetua Agung Sekte Bulan Sabit, sedang menatap seorang pemuda dengan sombong dan angkuh.

Tidak hanya itu, seluruh Tetua memandang pemuda tersebut dengan ekspresi jijik dan hina. Bahkan sang Ketua Sekte terlihat acuh tak acuh dan tidak peduli.

"Haaaaah."

Suara helaan napas berat terdengar dari pemuda itu sambil tersenyum kecut. Padahal ia merupakan murid yang rajin dan tekun, akan tetapi. Para petinggi Sekte tidak menyukainya dan memandang rendah dirinya, hanya karena bakat kultivasinya yang sangat buruk.

Ia juga tak jarang menerima ejekan dan hinaan dari sesama murid Sekte Bulan Sabit, sang pemuda pun hanya pasrah dan berbalik, melangkah keluar dari aula tanpa mengatakan sepatah katapun.

***

Diluar aula sidang, sang pemuda memandang kearah langit seraya membatin. 'Tanpa kekuatan dan latar belakang, aku hanyalah sampah yang bisa dibuang kapan saja.'

*

Lie Ragil Nugraha, seorang pemuda tampan berusia 17 belas tahun dari keluarga Nugraha. Keluarga Nugraha merupakan keluarga kelas menengah dikota Batu. Keluarga Nugraha cukup dihormati dan memiliki reputasi yang baik dikota Batu.

Satu tahun yang lalu, Lie menjadi murid luar sekte Bulan Sabit berkat bantuan dan koneksi Keluarga Nugraha.

Di dunia kultivator, yang kuat berkuasa sedangkan yang lemah binasa. Dua Minggu yang lalu, kedua orang tua Lie, Arya Nugraha dan Wulandari berselisih sampai bertarung dengan beberapa Tetua sekte Matahari.

Arya dan Wulan terpaksa membunuh mereka untuk bertahan hidup. Hal ini membuat Ketua Sekte Matahari murka dan melakukan penyerangan ke kediaman keluarga Nugraha.

Mereka membunuh semua anggota keluarga Nugraha yang berada disana. Sejak saat itu, Keluarga Nugraha telah dinyatakan lenyap dari kota Batu, hanya dalam waktu satu malam.

Pada peristiwa berdarah tersebut, Lie sedang berada di sekte Bulan Sabit bersama teman kecilnya Mayangsari. Mayang bukanlah murid sekte, ia hanya mengunjungi teman masa kecilnya seperti biasanya.

Ketika Lie merasa marah dan sedih atas tragedi yang menimpa keluarganya. Ia juga bertekad untuk berlatih lebih keras agar menjadi lebih kuat, untuk membalas dendam dan melindungi orang-orang tercintanya.

Akan tetapi, disaat tekadnya sudah terbentuk dengan semangatnya yang berkobar. Ia malah diusir dari sektenya, yang membuatnya kecewa dan kembali putus asa.

Kini Lie tinggal seorang diri disebuah desa kecil di pinggiran kota Batu. Namun begitu, Mayang selalu datang untuk menemani dan menghibur Lie di rumah peninggalan neneknya.

Lie di temani oleh Mayang sudah pernah mencoba pergi ke Keluarga Santoso di Ibukota Provinsi, namun tentu saja Keluarga Santoso yang terkenal arogan itu tidak menerima dan bahkan mengusir anak miskin dan tidak berguna seperti Lie.

**

Desa Kasihan

Lie dengan langkah gontai berjalan di sebuah jalan setapak dengan raut wajah sedih dan putus asa. Keluarganya dimusnahkan dan dia dikeluarkan dari sekte karena bakat kultivasinya yang buruk.

Satu tahun telah berlalu semenjak dirinya diterima menjadi murid luar di sekte Bulan Sabit, tapi basis kultivasinya mentok di Alam Pembentukan Qi tahap dua.

Tahap kultivasi di Dunia Elanor terdiri dari :

Alam pembentukan Qi

Alam Qi sejati

Alam Guru Besar

Alam Bumi

Alam Master Qi

Alam Prajurit Agung

Alam Langit

Alam Kehampaan

Alam Raja Agung

Alam Penguasa

Alam Transformasi

Alam Kaisar Abadi

Masing-masing Alam dibagi menjadi sepuluh tahapan.

Tahap 1-3 disebut juga tahap awal

Tahap 4-6 disebut juga tahap menengah

Tahap 7-9 disebut juga tahap akhir

Tahap 10 disebut juga tahap puncak

Di kerajaan Cinde saat ini. Alam langit adalah Alam tertinggi. Itu dikarenakan kerajaan Cinde hanyalah sebuah kerajaan kecil di benua Tengah Dunia Elanor.

Sedangkan di Kerajaan besar benua Tengah Dunia Elanor terdapat kultivator diatas alam langit. Menurut rumor, Di benua Barat terdapat Kultivator Alam Penguasa sedangkan di Dunia Elanor sendiri, konon Terdapat Kultivator Alam Kaisar yang legendaris!

*

Di sebuah rumah kayu di dekat hulu sungai.

"Mayang, apa kamu tidak pulang!" seru Lie dari dalam rumah.

"Tidak! Nanti saja, hari masih terang." seru Mayang dari luar dengan suara lantang.

Seorang gadis tersenyum dari balik pintu masuk dengan sangat hangat, mereka berdua adalah teman semasa kecil yang nampak sudah seperti saudara.

"Terimakasih Mayang, kamu selalu membantuku dan ada disaat aku sedang kesusahan." ujar Lie dengan sungguh-sungguh.

"Kamu bicara apa? Bukankah dari waktu kamu masih di sekte pun, aku selalu menemanimu? Lalu apa bedanya dengan sekarang?" ujar Mayang seraya melangkah masuk kedalam rumah.

"Bukan begitu, aku merasa tidak enak saja, dan aku takut kedua orang tuamu akan memarahiku kelak, jika mereka tahu kalau aku sudah diusir dari sekte." jawab Lie memberikan pendapat yang ada dalam otaknya.

"Tidak usah dipikirkan, aku bisa menyakinkan kedua orang tuaku, intinya aku akan selalu berada di dekatmu." jawab Mayang dengan senyum hangat seraya menatap wajah Lie.

Walaupun Mayang dan Lie adalah teman akrab semasa kecil, namun terlihat jika Mayang menaruh hati padanya, tapi semua itu dipendam oleh Mayang

"Sudah! Apa kamu sudah makan? aku akan memasak yang spesial untukmu hari ini, bagaimana?" tanya Mayang membujuk.

Lie hanya mengangguk sebagai tanda setuju, mereka berdua pun segera berjalan kearah dapur. Melepaskan segala kesedihan dengan canda tawa, sambil memasak beberapa makanan.

Perlu diketahui, Mayangsari adalah Anak dari Keluarga Purnama. Sebuah keluarga besar yang berada dikota Batu, namun dia sama sekali tidak berminat untuk berlatih kultivasi.

Menurutnya, kultivasi itu sulit dan membosankan. Sedari kecil, Mayang adalah anak yang cerdas dan mandiri. Semenjak Ayah dan ibunya sibuk dengan kultivasi dan bisnis keluarga, dirinya yang kesepian bertemu dengan Lie.

Hubungan mereka pun berlanjut sampai menjadi seorang teman dekat, lebih tepatnya seorang sahabat. Dan mereka berdua pun menyatakan sumpah untuk menjadi seorang saudara.

***

Sore pun tiba, pada saat ini dimeja kecil yang terbuat dari belahan kayu.

"Emmmmm kenyang...!" Mayang menyantap berbagai hidangan sampai kekenyangan. Lie tersenyum kecil melihat sahabatnya bersandar dikursi kayu, sembari mengusap-usap perutnya.

Suasana sore hari yang sunyi dihiasi obrolan santai dari Kedua sahabat berbeda jenis ini. Setelah larut, Mayang pamit Kembali pulang ke kediamannya.

Keesokan harinya....

Lie menyambut pagi yang cerah dengan senyum merekah. Setelah melakukan aktivitas pagi dan membersihkan tubuh, Lie keluar dari rumah untuk memancing ikan di sungai dekat rumah.

Namun, baru saja akan menutup Pintu, sebuah suara terdengar memanggil dari arah belakang. "Kamu mau kemana Lie?"

Menoleh kearah sumber suara, Lie tersenyum dan menjawab, "Memancing di sungai, apa kamu mau ikut?"

Lie dan Mayang pun menuju sungai dengan alat pancing masing-masing. Setelah tiba di sungai, Lie menentukan tempat yang nyaman untuk memancing, dia dan Mayang mulai fokus memancing.

Beberapa jam kemudian. Di ember yang mereka bawa sudah penuh dengan berbagai macam ikan dan ukuran, ember pun ditutupi dedaunan, agar hasil pancingan tidak melompat keluar.

"Berenang dulu ah biar segar, sekaligus menenangkan pikiran." ujar Lie lirih, seraya melepas bajunya dan bersiap melompat ke air sungai yang cukup dalam.

"Tunggu Lie! Dulu nenekku pernah bilang jangan pernah berenang di sungai ini." ujar Mayang menghentikan Lie dengan cepat, seraya memberitahu tentang larangan yang dikatakan mendiang nenek saat masih hidup.

"Tenang saja, tidak apa-apa, toh hanya sungai biasa." timpal Lie tidak mengindahkan perkataan Mayang.

"Byur....!"

Mayang hanya terdiam melihat sahabatnya berenang kesana kemari dengan santai, namun ada perasaan cemas tergambar dari wajah cantiknya saat ini.

Lima belas menit kemudian, saat matahari sudah berada diatas ubun-ubun. Lie pun masih dengan riang terus berenang.

"Lie mari kita pulang. Udah mau tengah hari." ajak Mayang.

"oke!" jawab Lie lalu ia berjalan menuju tepi sungai.

Namun tiba-tiba sebuah kekuatan misterius menarik tubuh Lie ke dasar sungai. Lie terseret ke sebuah gua yang ada di dasar sungai. Lie yang terkejut, semakin mengerutkan keningnya saat menyadari di dalam gua itu kering dan air sungai hanya berada diarea luar.

Sementara itu Mayang kebingungan karena tiba-tiba Lie menyelam kedalam sungai, lalu menghilang dalam sekejap mata. Mayang ingin ikut menyelam, tapi dia sadar tidak bisa berenang. Ia hanya bisa menunggu di tepi sungai dengan bingung, penasaran sekaligus cemas melanda pikirannya.

Bagaimana tidak, Menurut apa yang diceritakan oleh neneknya. Di dalam sungai ini terdapat sebuah mahluk yang sangat kuat dan kejam, untuk itu area sungai dilarang digunakan untuk berenang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!