NovelToon NovelToon
Dilema Raisa

Dilema Raisa

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Chicklit
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Raisa, gadis malang yang menikah ke dalam keluarga patriarki. Dicintai suami, namun dibenci mertua dan ipar. Mampukah ia bertahan dalam badai rumah tangga yang tak pernah reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

"Raisa......" teriak iwan yang mulai panik. Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, sementara ia belum juga menemukan istrinya.

Iwan terisak di pinggir jalan,dia merasa hancur sehancur-hancurnya. Pandangan nya kabur tertutup genangan air di dalam matanya.

"Kemana kamu raisa...kamu boleh marah,kamu boleh kecewa, bahkan kamu boleh pukulin aku, tapi jangan seperti ini. Jangan pergi dariku..." isak nya begitu pilu.

Saat dia sedang terisak menangis meratapi nasib dan menghawatirkan istri nya. Ponsel nya bergetar,dengan cepat ia mengambil dan melihat siapa yang menelpon ,berahap itu adalah sang istri.

Namun,kekecewaan yang harus ia dapatkan. Bukan raisa yang menelpon,melainkan itu adalah irah, mertuanya.

Dengan tangan yang bergetar,ia memberanikan diri mengangkat telpon dari irah.

"Halo...nak apa kalian akan menginap di sana? Kenapa ya ibu telfon raisa kok ponsel nya mati?" tanya irah di sebrang sana,terdengar begitu khawatir.

Justru hal itu semakin membuat Iwan ketakutan. Ia sangat khawatir jika Irah akan merasa cemas atau lebih buruk lagi, marah besar padanya.

"Halo, Bu. Aku akan pulang sekarang," ucap Iwan dengan suara parau.

"Ada apa, Wan? Kamu menangis? Di mana istrimu?" Berondongan pertanyaan dari sang mertua hanya mengisi kekosongan yang tak berani ia jawab. Dengan tangan gemetar, Iwan menutup telepon secara sepihak.

Sebelum ia pergi kerumah mertuanya. Beberapa kali ia menghela nafas panjang,berusaha tegar saat menghadapi mertua nya nanti.

Tiga puluh menit kemudian,akhirnya iwan sampai di halaman rumah irah,dengan kondisi yang begitu memprihatinkan.

Irah yang memang sudah merasa khawatir dan memiliki firasat buruk pun, langsung berlari keluar saat mendengar deru mesin motor menantu nya di halaman rumah.

alangkah kaget nya irah ,saat melihat betapa kacau nya penampilan menantu nya .

"Iwan... kamu kenapa?" tanya Irah, heran sekaligus khawatir. Matanya mulai liar menatap ke segala arah, mencari-cari sosok putri kecilnya.

"Di... di mana Raisa? Di mana dia?" lanjutnya dengan nada terbata, perlahan merasakan ada yang tidak beres.

Iwan hanya bisa menggeleng pelan, menundukkan kepala dalam-dalam. Keberaniannya menguap seketika, ketegarannya lenyap entah ke mana.

Mulutnya kaku. Ia sangat sulit untuk mengatakan apa pun. Seolah ada batu besar yang menahan setiap kata di tenggorokannya.

"Apa maksudmu menggeleng seperti itu?" tanya Irah dengan wajah yang kini dipenuhi kepanikan.

"Kemana putriku? Di mana istrimu?!" teriaknya, suara menggema penuh kegelisahan dan ketakutan.

Iwan masih bungkam. Napasnya berat, seolah satu kata saja bisa menghancurkan segalanya. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, sementara dada Irah sudah sesak menahan rasa cemas yang semakin menggila.

""A..ku juga gak tau bu, dia hilang."jawab nya mencoba memberanikan diri bersuara.

"APA? BAGAIMANA BISA IWAN?!" Teriak nya menggema di keheningan malam yang sunyi.

"KAMU INI,EMANG GAK BECUS JADI SUAMI!"bentak nya lagi dengan tatapan yang berkilat marah.

Sementara itu,ayah raisa. Suami irah,mendengar sang istri teriak-teriak di luar,dengan cepat berlari keluar.

""Cukup bu,malu bu..ayok masuk kita bicarakan di dalam." bisik nya pelan dengan memeluk sang istri dari belakang.

Irah akhirnya luluh. Ia masuk ke dalam rumah dengan dipapah oleh suaminya.

Melihat sang menantu yang masih diam dan menunduk, membuatnya sedikit geram.

“Cepat masuk, dan ceritakan di dalam!” titahnya dengan nada ketus.

Jantung iwan semakin tak karuan,ia memegangi dada nya. Terdengar jelas bunyi detak jantung nya yang berdetak lebih cepat.

"Dimana anak saya?" tanya irah sekali lagi dengan di iringi isakan tangis nya belum reda.

"Aku akan terus mencari nya bu,jangan khawatir." balas iwan dengan menunduk,tidak berani untuk menatap kedua mertuanya .

“JANGAN GILA, IWAN! KAMU MENYURUH SAYA UNTUK TIDAK KHAWATIR?!” Kali ini, ayah mertuanya yang berteriak. Kesabarannya sudah habis.

Ayah mana yang bisa tenang saat anak perempuannya menghilang? Apalagi, malam ini cuaca begitu ekstrem hujan lebat disertai angin kencang.

Iwan masih terdiam,ia tidak mampu mengatakan sepatah katapun,ketakutan dan rasa khawatir nya membuat seluruh tubuh nya terasa kaku.

Melihat itu,roni semakin kecewa terhadap menantu nya itu.

"Sudahlah wan ,lebih baik kamu tinggalkan saja putri bapak." ucap roni dengan nada tenang namun begitu tegas.

DUAR...

Bagaikan di sambar petir di siang bolong,dan di hantam ribuan batu besar . Ia begitu kaget sekaligus sesak,saat mendengar perkataan mertua nya itu.

Iwan dengan spontan mendongak. Ia menggeleng dengan cepat,"Pak...saya mohon pak,jangan katakan itu...beri saya waktu untuk mencari dan memperbaiki semua nya." jawab nya dengan sangat memohon,bahkan air mata yang sudah kering pun kini kembali basah.

"Wan, Bapak sangat tahu kamu pria yang baik. Bahkan, Bapak tahu betul kamu sangat menyayangi putri Bapak," ujar Roni dengan lembut.

Iwan menanggapi dengan anggukan kecil, membenarkan apa yang dikatakan mertuanya.

"Tapi... keluarga kamu ibumu, tepatnya. Bapak tahu, beliau tidak menyukai Raisa. Beliau selalu memperlakukan putri Bapak seenaknya."

Ucapannya terhenti beberapa saat. Ia menghela napas panjang berkali-kali, tenggorokannya tercekat.

Hatinya terasa perih saat mengingat putrinya yang pernah menangis sendirian, meracau bahwa mertuanya sangat jahat.

Iwan terdiam. Napasnya berat, seolah menahan beban yang selama ini ia abaikan. Ia menatap lantai, lalu berkata pelan, nyaris seperti bisikan.

“Bapak benar... Raisa butuh pembelaan. Tapi saya selalu berpikir, selama saya diam dan sabar, semuanya akan membaik.”

Ia mendongak, menatap Roni dengan mata yang dipenuhi rasa bersalah.

“Saya sayang Ibu, Pak... Tapi saya juga mencintai Raisa. Saya cuma nggak tahu harus berdiri di mana tanpa menyakiti salah satu dari mereka. Dan mungkin... itu kesalahan terbesar saya. Saya terlalu takut memilih, sampai saya lupa kalau Raisa sedang berjuang sendirian.”

Suara Iwan mulai bergetar. “Saya janji, Pak. Kalau Raisa pulang... saya nggak akan tinggal diam lagi.”

Roni menggeleng pelan. “Lebih baik teruskan baktimu pada ibumu, dan tinggalkan putri saya,” tegasnya, kali ini tanpa ragu sedikit pun.

“Tidak, Pak... Tidak! Saya akan berusaha menjaga Raisa. Saya menyayanginya, Pak!” jawab Iwan cepat, kepalanya menggeleng kuat. Suaranya bergetar, penuh penyesalan dan ketakutan kehilangan.

Namun, Roni menatapnya tajam.

“Bahkan lihat... sekarang pun kamu tidak becus menjaga anak saya. Bagaimana bisa Raisa hilang saat bersama suaminya?”

Nada bicaranya penuh kekecewaan. Suasana hening sejenak, hanya suara hujan deras di luar yang terdengar. Iwan menunduk, seolah kata-kata itu menampar kesadarannya. Mulutnya ingin membela diri, tapi tak ada kalimat yang terasa pantas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!