NovelToon NovelToon
Air Mata Terakhir

Air Mata Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Teen Angst
Popularitas:47.1k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Sudah tahu tak akan pernah bisa bersatu, tapi masih menjalin kisah yang salah. Itulah yang dilakukan oleh Rafandra Ardana Wiguna dengan Lyora Angelica.

Di tengah rasa yang belum menemukan jalan keluar karena sebuah perbedaan yang tak bisa disatukan, yakni iman. Sebuah kejutan Rafandra Ardana Wiguna dapatkan. Dia menyaksikan perempuan yang amat dia kenal berdiri di altar pernikahan. Padahal, baru tadi pagi mereka berpelukan.

Di tengah kepedihan yang menyelimuti, air mata tak terasa meniti. Tetiba sapu tangan karakter lucu disodori. Senyum dari seorang perempuan yang tak Rafandra kenali menyapanya dengan penuh arti.

"Air mata adalah deskripsi kesakitan luar biasa yang tak bisa diucapkan dengan kata."

Siapakah perempuan itu? Apakah dia yang nantinya akan bisa menghapus air mata Rafandra? Atau Lyora akan kembali kepada Rafandra dengan iman serta amin yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Kesalahpahaman Disaksikan Guyuran Hujan

Talia menghentikan gerakan tangan Rafandra yang tengah mengeringkan rambutnya. Mata mereka berdua pun akhirnya bertemu.

"Apa yang Bapak lihat tadi tidak seperti apa yang Bapak pikirkan."

"Memang saya berpikiran apa?" Nada bicaranya begitu dingin dan mampu membuat Talia terdiam.

"Tak ada hak untuk saya melarang kamu," tukasnya.

Kembali suara hujan deras yang terdengar. Tubuh yang sudah dingin kini semakin seperti es mendengar ucapan yang terlontar dari bibir sang atasan.

"Mas, ini tehnya."

Rafandra menerima teh yang diberikan asisten rumah tangga. Lalu memberikan kepada Talia.

"Habiskan!" titahnya. "Lalu, mandilah. Mbak sudah menyiapkan air hangat untuk kamu mandi."

Uap panas yang masih mengepul di atas cangkir teh terasa dingin ketika masuk tenggorokan karena sikap Rafandra yang melebih es batu. Dia seperti sudah melakukan kesalahan besar dan harus meyakinkan Rafandra agar mau memaafkan.

Asisten rumah tangga sudah mengantar Talia ke kamar Rafandra. Di sana juga sudah disiapkan baju untuk Talia gunakan. Sedangkan Rafandra sudah ada di dapur menyuruh mbak yang biasa masak untuk membuatkan makanan berkuah untuk Talia.

"Nanti aku bayar waktu Mbak-mbak yang udah aku ganggu," ucapnya.

Sebelum ART itu menolak, Rafandra segera menuju ruang keluarga di mana sudah ada kopi kalengan yang diletakkan di sana. Hembusan napas kasar keluar dari bibirnya. Dibukanya kopi kalengan tersebut. Lalu, diteguk. Biasanya kopi kalengan kesukaannya mampu mengembalikan mood, tapi tidak untuk kali ini.

Terdiam dengan posisi bersandar di sofa. Ucapan Talia mulai terngiang di kepala. Mulai sedikit bisa dicerna dan segera dia rogoh saku celana di mana ponselnya berada. Mengecek cctv yang dia pasang di beberapa titik di kosan. Dilihat dengan seksama hingga matanya melebar melihat kelakuan seorang wanita kepada Talia. Bukan hanya kelakuannya, ucapannya pun begitu kasar.

Air muka Rafandra berubah ketika cctv mulai menunjukkan wajah lelaki yang memeluk Talia. Senyum teramat tipis terukir ketika mendengar kalimat demi kalimat yang terucap. Sampai di mana adegan yang sudah dia lihat secara langsung kembali dia lihat via cctv. Decakan kesal pun keluar tanpa disadari.

Dahinya mengkerut ketika melihat pelukan itu tak dibalas. Bahkan tangan Talia masih berada di posisi semula. Dia masih melihat cctv dengan serius hingga sebuah kalimat terucap dari bibir perempuan itu. Kini, Rafandra yang membeku.

"Kasihan loh, Mas. Mbaknya itu kehujanan udah hampir satu jam. Udah kami suruh masuk, enggak mau. Kekeh ingin nunggu Mas."

Telinga mendengar laporan dari ART, dan mata kembali menonton apa yang terjadi setelah Talia berbicara dengan Yudha. Bukan hanya membeku, kini dia sulit untuk berkata karena ternyata Talia berlari mengejar mobilnya.

"Kayaknya Mbaknya tulus banget pengen minta maaf sama Mas. Mana Mbaknya datang ke sini juga naik ojek."

Masih merenungi semua yang dia lihat secara langsung maupun melalui cctv. Juga tak menutup telinga akan laporan ART. Berkali-kali hembusan napas kasar nan berat dikeluarkan.

"Mas, makanannya mau diantar ke kamar atau--"

"Biar aku yang bawa, Mbak."

Nampan berisi makanan berkuah yang masih panas juga sedikit karbo sudah Rafandra bawa. Tak lupa dia mengetuk pintu walaupun Talia berada di kamarnya. Dilihatnya perempuan itu duduk termenung di pinggiran tempat tidur dengan atensi tertuju padanya sekarang. Tatapan Talia tak berpaling sedikit pun pada lelaki yang sudah membawa nampan.

"Saya mau pulang."

Matanya sudah mulai merah seperti menahan tangis. Namun, Rafandra tak merespon apapun. Masih berdiri dengan mata yang menatap datar Talia. Perlahan Talia mulai berdiri dan suara Rafandra terdengar dengan begitu tegas.

"Makan dulu. Nanti kamu sakit." Talia menggeleng.

"Saya mau pulang." Kembali kalimat itu dia ulang.

Talia mulai melangkahkan kaki melewati Rafandra yang seperti patung bernapas. Baru beberapa langkah tiba-tiba berhenti, tangannya dicekal oleh lelaki yang sudah meletakkan nampan di atas tempat tidur.

"Makan dulu. Baru saya antar kamu pulang."

Talia mulai memutar tubuh setelah mendengar ucapan lembut penuh kehangatan. Bulir bening sudah ingin menetes.

"Pak--"

Jari telunjuk Rafandra sudah diletakkan di depan bibir pink Talia. "Saya tidak ingin mendengar apapun sebelum kamu menghabiskan makanan ini."

Kembali seperti anak kucing. Setiap kali perintah yang dikeluarkan Rafandra dengan kehangatan pasti akan membuat Talia nurut tanpa perlawanan. Seperti ada koneksi batin yang terikat.

"Saya di luar."

"Di sini saja."

"Makanlah dengan santai dan tenang. Saya akan kembali lagi setelah kamu selesai makan."

Rafandra memijat pangkal hidungnya yang tak pusing. Ketika bersama Lily dia tak seperti ini. Sering Lily mengenalkan teman lelakinya bahkan mantannya, tapi dia biasa saja. Kenapa dengan dirinya sekarang? Bahkan kata kasar yang belum pernah terucap seumur hidupnya malam ini terlontar begitu saja karena mendapat laporan jika Talia didatangi mantannya.

"Siapa aku? Kenapa mendadak jadi manusia egois?"

Lima belas menit kemudian, Rafandra kembali ke kamar. Makanan sudah tak bersisa.

"Saya mau menjelaskan tentang yang Bapak lihat tadi."

"Silahkan! Saya akan dengarkan."

Mereka sudah duduk di atas tempat tidur dengan saling berhadapan. Talia mulai menjelaskan dengan suara yang bergetar. Sesekali dia menatap Rafandra yang tak pernah menyela penjelasannya sambil terus menatap wajah Talia. Tengah menyamakan penjelasan Talia dengan rekaman cctv yang sudah dia lihat keseluruhan. Tak ada kebohongan yang Talia ucapkan. Semuanya sama dengan yang sudah dia tonton.

"Saya mohon, jangan salah paham lagi."

Mata dan hidung merah menandakan tangisnya akan pecah. Tatapannya pun penuh dengan permohonan pada lelaki yang masih diam.

"Pak--"

"Saya terima penjelasan kamu."

Benar saja tangis Talia pecah. Rafandra malah tersenyum melihatnya. Diusapnya ujung kepala Talia dengan lembut.

"Udah jangan nangis. Nanti Mbak di sini nyangkanya saya ngapain kamu."

Bukannya reda, tangis Talia semakin menjadi. Rafandra sedikit panik dan alhasil dia memeluk tubuh Talia dengan erat.

Sebenarnya sudah sedari tadi dorongan untuk memeluk Talia datang, tapi Rafandra enggan karena dia sadar diri jika antara dirinya juga Talia tak ada hubungan. Wajah Rafandra pun menunjukkan sebuah kelegaan atas kesalahpahaman yang untungnya cepat diselesaikan.

Kembali Rafandra teringat akan kejadian yang dia lihat di cctv. Setelah pelukan mereka terurai, Rafandra menatap serius ke arah Talia.

"Kalau Ibunya Yudha bersikap kasar lagi. Jangan takut untuk bilang ke saya. Sedikit saja wanita itu menyentuh kamu, itu tandanya dia sudah siap untuk tidur di dalam sel tikus yang dingin."

Talia mengangguk dengan keharuan yang dia tahan. Di dunia ini masih tersisa lelaki langka yang begitu baik dan mau melindungi seorang Upik abu.

"Dan kalau Yudha mau ketemu sama kamu. Jangan sungkan untuk hubungi saya."

"Untuk apa?"

"Bukankah kamu yang membuat drama palsu antara kita berdua di depan Yudha?" Talia pun terdiam dengan pipi yang merah.

"Selalu libatkan saya karena kamu yang sudah memulai drama ini sedari awal."

...*** BERSAMBUNG ***...

Budayakan tinggalkan komentar setelah membaca. Biar authornya semangat up 🙏

Yang bilang up-nya lama, coba tanya ke pembaca yang udah follow IG @fiet82. Dua hari kemarin itu aku kenapa.

1
Rahmawati
udah lega skrg, udah gk salah faham lagi
Herman Lim
gengsian ne pangeran padahal dah mulai suka tapi secara langsung ingin tau semua nya
sum mia
nah loh.... ibarat senjata makan tuan ya Talia , kini kata-kata kamu bisa dijadikan alasan oleh Rafandra , untuk kamu bisa selalu dekat dan selalu membutuhkan Rafandra .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Ddek Aish
drama palsu yang bakal jadi kenyataan
Rani Kamila
lanjut kk ceritanya makin seru
NadiraDira
makin keren ajah ceritanya...
gak papa mah kalo msih belom sadar ma perasaan masing2,pelan2 aja deh bang rafa &talia...
Purnama Pasedu
di depan ibunya Yudha juga boleh
Sayem Sayem
berawal dr drama palsu berending d pelaminan..mantap bang Rafa...gas pokok e kita kawal sampe Sah...
Kusii Yaati
heleh padahal kamu jadi juga menikmatinya kan ndra😉, kalau cemburu bilang bos nggak usah sok2an dingin dan datar wajahnya nggak cocok sama muka kamu yang lembut itu mas rafandra 🤭
Lusia
awas abang nanti keenakan main drama nya, mana mami nana merestui lagi.... lets gooo o
Santi Simarakayang
lanjut kk
Thavyra
mending drama nya di bikin jadi kenyataan aja gimana? kan serutu
N I A 🌺🌻🌹
udah bucin mah ngaku aja bang tar malah di ledek sama tuan loh😂😂😂😂😂😂😂
sehat selalu ya fie🤗
Ida Farida
sudah mulai terbawa aruss /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Arik Aryani
lanjuutt kak
Anonymous
uhuy jadi kang drama 😄
Nurminah
ah seneng nya
Anonymous
yang dtunggu update nich thx thor
Chusnul Smilly
😘😘😘😘😘
Anonymous
Semangat trusss thorrr🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!