NovelToon NovelToon
Dalam Pelukan Pernikahan

Dalam Pelukan Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Lari dari Pernikahan / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ana terpaksa menikah dengan seorang pria lumpuh atas desakan ibu dan kakaknya demi mahar uang yang tak seberapa. Pria itu bernama Dave, ia juga terpaksa menikahi Ana sebab ibu tiri dan adiknya tidak sanggup lagi merawat dan mengurus Dave yang tidak bisa berjalan.

Meskipun terpaksa menjalani pernikahan, tapi Ana tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dengan ikhlas dan sabar. Namun, apa yang didapat Ana setelah Dave sembuh? Pria itu justru mengabaikannya sebagai seorang istri hanya untuk mengejar kembali mantan kekasihnya yang sudah tega membatalkan pernikahan dengannya. Bagaimana hubungan pernikahan Ana dan Dave selanjutnya? Apakah Dave akan menyesal dan mencintai Ana? atau, Ana akan meninggalkan Dave?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berdebat lagi

Hingga keesokan harinya, hari di mana sidang antara Dave dan Nyonya Lusi akan berlangsung, Ana mendesak Dave untuk hadir sebab ia penasaran ingin menyaksikan keputusan hakim secara langsung.

"Aku belum pernah hadir dalam persidangan. Ayo hadir!" rengek Ana yang penasaran.

Dave hanya diam, ia tidak menjawab apapun selain mengangguk. Ana paham, ia merasa senang, segera Ana bersiap-siap untuk menghadiri persidangan pagi ini.

Dan pada akhirnya sidang pertama atas tuntutan Nyonya Lusi terhadap Dave akhirnya digelar. Di dalam ruang sidang yang penuh ketegangan, Nyonya Lusi duduk dengan ekspresi percaya diri, sementara Dave tetap tenang di kursinya. Ana dan Andre turut hadir, mengamati jalannya sidang dengan saksama.

Pengacara Nyonya Lusi maju, menyampaikan tuntutan bahwa kliennya berhak atas bagian dari warisan mendiang Tuan Hertawan sebagai istri terakhir. Namun, pengacara Dave langsung membalas dengan bukti kuat:

"Yang Mulia, dalam surat wasiat yang sah, Tuan Hertawan tidak menyebutkan nama Nyonya Lusi sebagai penerima warisan. Dengan demikian, tidak ada dasar hukum bagi klien kami, Dave, untuk memberikan bagian dari warisan tersebut kepada Nyonya Lusi."

Hakim meneliti dokumen-dokumen yang diberikan. Setelah beberapa saat yang terasa panjang, ia akhirnya mengetukkan palu dan berkata dengan suara tegas,

"Setelah meninjau bukti yang diajukan, pengadilan menolak tuntutan Nyonya Lusi. Berdasarkan surat wasiat yang sah, tidak ada hak bagi penggugat atas harta peninggalan mendiang Tuan Hertawan."

Ruangan menjadi hening sesaat, kemudian wajah Nyonya Lusi memucat.

"T-Tidak mungkin! Hakim pasti sudah disuap!" serunya marah, berdiri dari kursinya. Lisa yang duduk di sampingnya juga terlihat panik.

"Silakan menerima keputusan ini dengan baik," lanjut hakim, mengabaikan amukan Nyonya Lusi. "Atau Anda bisa mengajukan banding jika memiliki bukti lain yang lebih kuat."

Sementara itu, di sisi lain ruangan, Dave menyunggingkan senyum tipis. Sejak awal, ia sudah yakin kalau tuntutan Nyonya Lusi tidak akan berhasil.

Ana yang duduk di samping Dave ikut tersenyum lega. Ia melirik Dave dan berbisik pelan, "Kau menang."

Dave tidak menjawab, tapi sorot matanya terlihat puas. Hari ini, ia berhasil mempertahankan haknya.

Namun, ini belum berakhir.

Di sisi lain, Nyonya Lusi mengepalkan tangannya, matanya penuh kebencian. Dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Lisa, ia berbisik,

"Kalau hukum tidak bisa diandalkan, kita akan mencari cara lain untuk menghancurkan Dave."

Lisa mengangguk pelan, senyum licik mulai terbentuk di wajahnya.

Sidang pertama mungkin sudah berakhir dengan kemenangan Dave, tetapi pertempuran ini masih jauh dari selesai.

Setelah sidang berakhir, Lusi melangkah keluar dari ruang pengadilan dengan wajah merah padam. Lisa berusaha menenangkan ibunya, tetapi emosi Lusi sudah tidak bisa dikendalikan.

"Aku tidak akan membiarkan bocah itu menang begitu saja!" desis Lusi dengan suara bergetar menahan amarah.

Lisa menggigit bibirnya, "Tapi, Mama, hakim sudah menolak tuntutan kita. Apa lagi yang bisa kita lakukan?"

Lusi menghentikan langkahnya, matanya menyipit tajam penuh kebencian.

"Kalau tidak bisa mendapatkan harta dengan cara yang sah, kita akan pakai cara lain," katanya dingin. "Aku akan pastikan Dave tidak akan pernah merasa tenang!"

Lisa menelan ludah, melihat kilatan berbahaya di mata ibunya. Ia tahu, ini belum berakhir.

Sementara itu, di mobil menuju rumah, Dave duduk diam sambil menatap keluar jendela. Andre yang duduk di sampingnya melirik sekilas, kemudian berkata,

"Kau puas sekarang?"

Dave tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan wanita itu mendapatkan sepeser pun dari harta ayahku."

Ana yang duduk di belakang akhirnya angkat bicara, "Tapi, kau sadar kan, Lusi tidak akan menyerah begitu saja?"

Dave mengangguk. Ia tahu benar seperti apa Lusi.

"Aku tidak peduli," jawab Dave dengan suara dingin. "Biarkan dia mencoba. Aku siap melawan."

Ana menatapnya sejenak, lalu mengalihkan pandangan. Entah kenapa, ia merasa ada firasat buruk tentang ini.

Suasana di dalam mobil hening, mereka tidak bicara, tapi Andre paham kemana mereka harus pergi, restoran. Dave dan Ana yang duduk di belakang saling diam.

___

Setelah beberapa saat, Dave, Andre, dan Ana duduk di sebuah restoran mewah. Pelayan sudah berdiri di samping meja mereka, siap mencatat pesanan.

Seperti biasa, Dave hanya memesan makanan untuk dirinya sendiri dan Andre. Saat Ana hendak membuka mulut untuk memesan, Dave lebih dulu memotongnya.

"Kau tidak perlu memesan, Ana. Aku tidak mengizinkannya."

Ana mendengus pelan, matanya menatap tajam ke arah Dave.

"Kenapa? Aku juga lapar," jawab Ana ketus.

"Aku tidak mau menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu," balas Dave dengan nada dingin.

Sebelum Ana sempat membalas, Andre menaruh sendoknya dengan cukup keras di atas meja, lalu menatap Dave tajam.

"Sudah cukup, Dave. Aku yang akan membayar makanan Ana. Ana, pesan saja apa yang kau mau."

Ana tersenyum puas, lalu mulai menyebutkan pesanan satu per satu. Namun, baru separuh daftar makanan yang ia pesan, Dave tiba-tiba menyela.

"Baiklah! Pesan saja. Aku yang akan membayarnya!" ucap Dave dengan nada kesal.

Ana tersenyum sinis. "Oh, akhirnya aku diizinkan makan, ya? Aku harus berterima kasih atau bagaimana?"

Dave mendengus, wajahnya sedikit tegang.

Namun, Ana belum selesai. Ia menatap Dave dengan tatapan penuh perlawanan, lalu berkata dengan suara dingin,

"Aku tidak minta jadi istrimu. Aku tidak pernah mengemis untuk hidup bersamamu. Jadi, kalau kau benar-benar menganggap aku hanya beban, katakan saja. Aku bisa pergi kapan saja."

Restoran seketika terasa sunyi bagi mereka bertiga. Dave terdiam, tatapannya gelap.

Andre menghela napas, menyesap minumannya dengan ekspresi lelah.

"Ana...," gumam Dave, suaranya lebih pelan kali ini.

Namun, Ana tidak lagi peduli. Ia melanjutkan makannya dengan tenang, seakan tidak ada yang terjadi.

Sementara itu, Dave masih menatap Ana dengan ekspresi sulit ditebak. Perkataannya tadi berhasil menusuk harga dirinya.

Setelah perdebatan sengit tadi, makan siang berlangsung dalam keheningan.

Ana menikmati makanannya dengan tenang, tidak sedikit pun peduli pada tatapan Dave yang sejak tadi terus mengarah kepadanya.

Andre, yang duduk di antara mereka, hanya bisa menghela napas. Ia tahu betul Dave adalah pria yang keras kepala, dan Ana, meskipun terlihat ceroboh, memiliki harga diri yang tinggi.

"Jadi, kapan kau akan berhenti memperlakukan Ana seperti ini, Dave?" akhirnya Andre membuka suara setelah menyesap kopinya.

Dave menatap sahabatnya sekilas, lalu menaruh sendoknya.

"Aku hanya ingin dia tahu batasannya," ucap Dave dingin.

Mendengar itu, Ana tertawa kecil. Ia meletakkan sendoknya, lalu menyandarkan tubuh ke kursi.

"Batasan?" Ana mengulang kata itu dengan nada mengejek. "Dengar, Dave. Aku ini bukan budakmu. Aku tidak pernah meminta menjadi bagian dari hidupmu. Kalau kau muak dengan kehadiranku, aku bisa pergi sekarang juga."

Dave mengepalkan tangannya di atas meja, rahangnya mengeras.

"Kau pikir aku tidak tahu? Sejak awal kau hanya bertahan karena uangku, kan?"

Ana terdiam sejenak, lalu tersenyum sinis.

"Ya, kau benar. Aku memang suka uangmu, Dave. Aku suka saat aku bisa memesan makanan enak tanpa harus dihina dulu. Aku suka saat aku bisa memakai baju baru tanpa harus mendengar ibuku berkata bahwa aku hanya membuang-buang uang."

Ana menatap Dave dengan tajam.

"Tapi satu hal yang harus kau tahu, Dave. Aku tidak pernah mengemis darimu. Aku bisa hidup tanpamu. Kalau aku masih di sini, itu bukan karena aku butuh uangmu, tapi karena aku ingin memastikan kau tidak jatuh ke tangan orang-orang yang ingin menghancurkanmu."

Dave terdiam. Untuk pertama kalinya, ada sesuatu dalam tatapannya yang bukan sekadar amarah atau kejengkelan.

Ana bangkit dari kursinya, lalu mengambil tasnya.

"Aku sudah kenyang. Terima kasih untuk makan siangnya, Andre." Ana tersenyum lembut pada Andre sebelum berjalan keluar restoran.

Andre menatap kepergian Ana sebelum mengalihkan pandangannya pada Dave yang masih terpaku di tempatnya.

"Kau menyadari sesuatu, kan, Dave?" ucap Andre dengan nada tenang.

Dave tidak menjawab, tapi matanya masih menatap ke arah pintu keluar tempat Ana pergi.

1
Polintje Tandirate
Laki2 itu harus tegas tidak plinplan, klu mmg dia mencintai ya hrs mengakui dan jangan suka memberi harapan, spy seorg wanita tdk tahu dan tdk mengharapkan lagi
kalea rizuky
laki tolol emank uda lumpuh bodoh lagi
kalea rizuky
mati aja an ngenes hidupmu
Ifah Ifah
buat ana pergi jauh dari kehidupan dave yah thor 😭 kasian ana selama hidup ny ga prnh merasakan kebahagiaan 😭😭😭😭😭
Usaha Berkah
mana lanjutannya... udah 1minggu nunggu ga up up
Ifah Ifah
siipp anak jng kendor lwn terus si dave suami mu yg pelit itu 🤣🤣🤣🤣🤣
Ifah Ifah
Luar biasa
Ifah Ifah
bagus ana 🤣🤣🤣🤣🤣
Ifah Ifah
kasian ana 😭😭😭
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
Polintje Tandirate
Lumayan bagus, tp terlalu lama ya sambungannya, bosan menunggu
Galih Galvin
q paling benci laki2 seperti dave,dh tinggalkan saja ana masih banyak laki2 yang baik hati,q paling benci laki2 tidak tau berterima kasih, sakit yang merawatnya sampe bisa jalan siapa, laki2 berengsek itu namanya
Nania
serah kamu lah, Dave 😏
wariyanti Safitri
lanjut Thor
be1girlsheesh
keluar darii rumah itu Ana tinggalkan Dave, jangan jadi boneka ibu dan saudaramu, diluar sana masih ada kebahagiaan untukmu
🌷💚SITI.R💚🌷
silahkn dave kamu beri kesemlstan ke dua buat bela dan sisp² kecewa kembali..smg Ana mendaostkn kebahagiaan yg sesungguhy..dia bisa trehindar dr kejahatan ibu jg kakay..
imel
si*lan lu
🌷💚SITI.R💚🌷
smg ada jalan yg terbaik ya ana..kli kamu msh bisa bertahan sm dave bersabarlah..tp klu sdh ga kuat coba menepi dulu tenangkan hati ksmu ya..
Dewi Rini
kasian kalau jadi ana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!