NovelToon NovelToon
EGO

EGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Wanita Karir / Keluarga
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: si_orion

Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon adalah keempat CEO yang suka menghambur - hamburkan uang demi mendapatkan kesenangan duniawi.

Bagi mereka uang bisa membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan seorang wanita sekalipun akan bertekuk lutut di hadapan mereka berempat demi mendapatkan beberapa lembar uang.

Sampai suatu hari Maxwell yang bertemu dengan mantan calon istrinya, Daniel yang bertemu dengan dokter hewan, Edric yang bertemu dengan dokter yang bekerja di salah satu rumah sakitnya, dan Vernon yang bertemu dengan adik Maxwell yang seorang pramugari.

Harga diri keempat CEO merasa di rendahkan saat keempat wanita tersebut menolak secara terang terangan perasaan mereka.

Mau tidak mau Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon melakukan rencana licik agar wanita incaran mereka masuk ke dalam kehidupan mereka berempat.

Tanpa tahu jika keempat wanita tersebut memang sengaja mendekati dan menargetkan mereka sejak awal, dan membuat keempat CEO tersebut menjadi budak cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si_orion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 26

Pricilla tak pernah peduli saat orang - orang berbicara buruk tentang dia, tapı Pricilla tak bisa diam saat orang - orang membicarakan keburukan tentang anaknya.

"Selamat siang Pak Maxwell, saya membawakan makan siang untuk Anda. Makanan kesukaan Anda, silakan dinikmati." sekretaris Maxwell masuk lalu menyerahkan satu wadah berisikan makan siang, dengan tatapan meremehkan pada Pricilla.

Maxwell hanya menanggapinya dengan deheman, bahkan tanpa melihat pada sekretaris yang berpakaian seksi itu.Apakah dia memang berniat menggoda Maxwell? Kemeja ketat, kancing kemeja yang seperti ingin terlepas, rok mini ketat seperti rok anak kecil, bibir tebal berlipstik merah menyala, rambut dikuncir atas menampilkan lehernya, dan kaki jenjangnya yang memakai sepatu hak tinggi berwarna merah.

Pricilla memperhatikan sikap sekretaris itu dari seberang meja kerja Maxwell. Sudah 2 jam sejak Maxwell kembali dari ruang rapat, pria itu tampak sibuk dan serius membuat Pricilla merasa canggung dan memilih untuk pulang. Tapi Maxwell menahannya serta Zayden juga yang tak ingin jauh dari Ayahnya.

Selama itu pula Pricilla melihat sekretaris centil itu bolak balik tanpa maksud yang jelas ke ruangan Maxwell. Apakah dia tak lelah terus mencari perhatian tapı malah diacuhkan? Ck.

Namun yang membuat Pricilla jengkel adalah sekretaris itu terus memandang remeh padanya, Pricilla juga mendengar dia membicarakan hal yang buruk tentang Zayden saat Pricilla pergi ke kamar mandi tadi. Ck, kenapa Maxwell betah mempekerjakan sekretaris centil tak tahu malu itu.

"Akhirnya selesai, kesayangannya Papa sudah lapar hem? Ayo makan siang bersama." Maxwell meletakkan bolpoinnya lalu berjalan ke arah Pricilla dan Zayden, mengabaikan sekretarisnya yang masih berdiri disana.

"Ingin makan disini atau kita makan diluar?" tanya Maxwell menggendong Zayden sambil menciumi wajah dan perut bayi itu membuat Zayden tertawa kegelian.

"Makan diluar saja." jawab Pricilla.

"Let's go!" seru Maxwell menggandeng tangan Pricilla keluar ruangan tanpa memedulikan kehadiran sang sekretaris juga bekal makanan yang sudah bertengger di mejanya. Membuat sekretaris itu berdecak kesal, sedangkan Pricilla melemparkan senyuman sinis pada wanita itu.

****

Kebiasaan baru Olivia di pagi hari, setelah membuka mata dia pasti langsung akan pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, yang sayangnya terkadang justru tak keluar apapun.

Ini sungguh menyiksa, rasa mualnya sungguh menyiksa Olivia. Rasa mual itu datang tanpa tahu waktu dengan segala macam penyebabnya. Olivia sangat sensitif terhadap bau, dia bahkan mual hanya dengan melihat beberapa jenis makanan.

Namun, satu yang patut Olivia syukuri adalah kehadiran dan segala perhatian yang Vernon tunjukan padanya. Olivia pikir Vernon akan tetap menjadi pria brengsek bahkan setelah menikah dan memiliki anak. Tapi nyatanya pikiran Olivia salah. Vernon menunjukkan banyak cinta untuknya dan juga untuk calon buah hati mereka.

Vernon si arsitek old man itu berubah menjadi suami yang tanggap dan cekatan dalam merawat hingga membantu Olivia. Perlakuan Vernon pasca pernikahan ini rupanya mampu membuat hati Olivia luluh, meskipun dia tak bisa melupakan sikap kurang ajar Vernon sebelum pernikahan.

Seperti sekarang Vernon setia menemani dan membantu Olivia yang sedang memuntahkan sarapannya di closet. Pria itu memegangi rambut panjang Olivia yang terurai sambil tangannya yang lain mengusap punggung sang istri.

Vernon bahkan menggendong Olivia menuju ranjang dan menidurkannya lembut.

"Apa masih mual? Kau ingin teh hangat?”

Dengan manja Olivia mengangguk, tapi begitu Vernon hendak beranjak dia justru tak ingin melepaskan pelukannya.

"Lepaskan dulu pelukannya, aku buatkan teh hangat, hem." ucap Vernon.

Olivia menggeleng dan memeluk Vernon lebih erat, dia suka sekali mencium aroma tubuh sang suami, lebih menenangkan daripada wangi - wangian aromaterapi.

"Lalu bagaimana aku membuat teh nya?"

"Biar Bibi  saja yang membuatnya." rengek Olivia manja.

Vernon menyunggingkan senyumnya, wanita muda yang sering mendebatnya kini justru malah bermanjaan padanya.

"Baiklah, aku akan menelepon Bibi" Vernon meraih ponselnya dan menelepon asisten rumah tangga mereka.

"Ingin apa lagi biar sekalian?" tanya Vernon di balas gelengan Olivia.

"Ingin memelukmu saja." jawab Olivia.

Dengan gemas Vernon mencium puncak kepala sang istri dan mengeratkan pelukannya. "Biasanya ibu hamil akan mual juga saat mencium aroma tubuh suaminya, tapi kenapa kau justru malah menyukainya, hem?"

"Entah, aroma tubuhmu wangi dan enak untuk di hirup."

"Padahal aku belum mandi."

"Kalau begitu jangan mandi, biar aromanya tetap seperti ini." ujar Olivia.

"Kalau aku tak mandi, nanti justru malah akan jadi bau."

"Ya kalau bau kau tak boleh dekat - dekat denganku." sahut Olivia.

Vernon mendengus, meskipun begitu dia tetap memeluk Olivia dan mengelus perut rata wanita itu.

Sudah hampir satu minggu pernikahan mereka, Olivia berubah menjadi wanita yang sangat manja meskipun terkadang masing sering keras kepala. Mungkin kemanjaan Olivia di sebabkan oleh kehadiran Baby di dalam rahimnya. Padahal Olivia bukanlah wanita yang manja.

Kehamilan Olivia berdampak juga pada Aron yang sepertinya mulai luluh dan sedikit demi sedikit memberikan perhatian pada Olivia. Entah karena bayinya atau karena menantunya, tapi Aron mulai menanyakan kabar Olivia melalui pesan singkat, ya walaupun jarang Olivia balas.

"Aku tak tahu kalau kau bisa semanja ini."

Hari sudah menjelang siang, tapi pasangan itu masih berbaring di atas ranjang mereka saling berpelukan. Olivia masih menyelusupkan wajahnya pada dada bidang Vernon, sedangkan Vernon menepuk pelan punggung sang istri.

"Jangan salah paham, yang manja itu anakmu bukan aku." bantah Olivia.

"Benarkah?" goda Vernon.

"Hem, dia yang mau dekat denganmu terus.”

"Lalu bagaimana dengan mommy-nya, hem?"

"Aku sebenarnya muak berdekatan denganmu, tapi sialnya anakmu terus ingin dekat denganmu." jawab Olivia.

"Ck, jaga mulutmu, sayang. Jangan berkata kasar selama mengandung anakku." seru Vernon.

"Kalau sudah lahiran berarti boleh?"

"Tentu saja tidak, kau harus jadi ibu yang baik, jangan berkata kasar di depan anakku." jawab Vernon.

"Omong - omong, kita belum melakukan malam pertama kan ya?" ujar Vernon langsung mendapat pukulan keras didadanya.

"Malam pertama kau bilang? Bahkan kau selalu menggempurku tiap malam sebelum menikah, astaga." seru Olivia membuat Vernon terkekeh.

"Itu berbeda, love. Kita melakukan itu sebelum menikah, dan sekarang kita sudah menikah."

Olivia merotasikan bola matanya. "Jangan macam - macam! Ingat ada anakmu dalam perutku. Dia bisa terganggu kalau kau berani mengajakku bercinta. Tak sadarkah kau kalau permainanmu begitu kasar? Bagaimana kalau anakku terluka di dalam sana!" omel Olivia.

Vernon tertawa mendengar omelan Olivia, baginya itu terdengar lucu, apalagi di bagian Olivia yang membahas masalah percintaan mereka.

"Aku akan bermain lembut."

Olivia tak memedulikan itu. Puluhan kali Vernon pernah mengatakan itu, tapi nyatanya, tiap mereka bercinta pria itu bak orang kesetanan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!