NovelToon NovelToon
ARAKA

ARAKA

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat / cintamanis / Teen School/College
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mae_jer

Hubungan Ara dan Ravel sih aktor terkenal yang juga adalah kakak kandungnya berubah semenjak mama mereka meninggal. Kakaknya menjadi sangat dingin padanya.

Meskipun begitu, Ara tumbuh menjadi gadis yang ceria. Ia juga banyak teman di sekolah dan suka berbuat onar.

Suatu hari, ketika ia sedang menjalani hukuman, sekolah mereka tiba-tiba diserang preman. Hari sudah gelap dan semua orang sudah sudah pulang, hanya ada Ara dan cowok yang berpapasan dengannya tadi,

Karrel, cowok populer di sekolah itu yang terkenal dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

Ara meronta-ronta supaya Bintang melepaskannya namun tangan Bintang terlalu kuat mengunci dirinya. Sama seperti Dina dan Lila yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman para osis lelaki itu. Mereka belum puas berkelahi.

"Dasar ******, aku bakal balas kamu, lepasin aku!" teriak Lila berusaha melepaskan diri dengan emosi meluap-luap. Ara malah tertawa mendengarnya.

"Dih emosian, wleee." balas Ara meledek tak lupa memeletkan lidahnya, membuat Lila dan Dina tambah emosi.

"Ara," Bintang memperingatkan dari belakang, gadis itu diam. Pandangan Bintang beralih ke laki-laki di depannya yang masih setia menahan Lila dan Dina. Raut wajahnya tegas.

"Bawa mereka ke tenda panitia." perintahnya tegas. Ia juga menyuruh para siswa-siswi yang masih ramai disitu untuk bubar.

Bintang lalu melepaskan tangannya yang masih terlilit di pinggang Ara. Mereka saling menatap. Bintang mengernyit bingung. Entah kenapa, ia seperti melihat gadis itu merasa gelisah.

"Kamu baik-baik saja kan?" tanyanya memastikan.

"Mm." sahut Ara tapi matanya tetap terlihat gelisah.

"Bintang."

Bintang menoleh ke Wulan yang sudah berdiri di sebelahnya.

"Jarena kejadian ini terjadi di tenda putri, biar aku aja yang urus mereka." ucapnya.

"Aku yang akan mengurus mereka karena aku ketuanya." balas Bintang tegas. Ia tidak setuju dengan pendapat Wulan. Gadis itu terdiam. Niatnya mau menghukum Ara batal

"Ba.. baiklah." ucap Wulan lagi. Dalam hati ia merasa kesal. Ia tidak jadi punya kesempatan untuk menghukum Ara.

Bintang melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Ara. Bajunya masih basah akibat di siram tadi. Pria itu sempat menyuruhnya ganti baju tadi tapi Ara menolak dengan alasan malas. Lagian ia tidak gampang sakit hanya karena pakai baju basah kan, dia gadis yang kuat.

"Ikut aku." ujat Bintang . Ara tidak membantah. Ia mengikuti Bintang dari belakang melewati Wulan yang tengah menatapnya tidak suka.

Di tempat lain, Devin sempat mengajak Karrel untuk melerai perkelahian yang melibatkan Ara tadi tapi pria itu diam saja tidak mau ikut campur. Lagipula ada Bintang sebagai ketua osis kenapa harus dia. Sudah cukup ia terlibat dengan gadis itu akhir-akhir ini.

Mereka memang sudah ada di tenda panitia dari tadi sebelum seorang siswi datang dan melaporkan tentang perkelahian yang terjadi di tenda Ara. Mereka melihat kekacauan pada penampilan Lila dan Dina dua lawan Ara yang sudah ada lebih dulu di dalam tenda itu. Dua gadis itu basah kuyup, rambut acak-acakan dan wajah mereka ada tanda goresan.

"Tenaga pacarmu tidak bisa di remehkan." bisik Devin ke Karrel yang langsung mendapat tatapan tajam pria itu. Devin hanya terkekeh

"Tapi kemana dia?" pandangan Devin lurus kedepan menunggu kemunculan Ara. Matanya takjub ketika Ara muncul dari belakang Bintang. Penampilannya lebih kacau dari Dina dan Lila. Pipinya banyak lebam dan cara berjalannya juga agak terseok-seok, sesekali ia dibantu oleh Bintang, rambutnya acak-acakan dan bajunya juga basah tapi ditutupi oleh jaket Bintang. Devin menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Ia sibuk memikirkan bagaimana cara para gadis-gadis itu berkelahi.

Karrel menyembunyikan keterkejutannya ketika melihat penampilan Ara. Ia sangat terkejut tapi ia menutupinya. Ia tahu fisik gadis itu memang lemah semenjak kejadian di waktu sekolah mereka diserang para preman itu. Satu hal lagi, ia bisa menangkap ada aneh dari tatapan matanya. seperti g.. gelisah?

Karrel terus menatap Ara yang kini duduk bersebelahan dengan Lila dan Dina.

"Jelaskan kenapa kalian sampai berkelahi." kata Bintang yang sekarang duduk dihadapan tiga gadis itu, menatap mereka satu persatu.

"Ara yang mulai kak." Dina angkat suara. Pandangan Bintang beralih ke gadis itu.

"Kau ada bukti?" tanya Bintang. Dina mengangguk pasti membuat Ara di sebelahnya tertawa. Pandangannya sempat bertemu dengan Karrel saat ia menatap ke arah kiri. Disebelah pria itu ada Devin yang melambai padanya, ia memutar matanya jengah. Mereka lagi.

"Aku buktinya." sahut Dina. Dahi Bintang berkerut tidak mengerti. Melihat itu, Dina cepat-cepat menjelaskan.

"Tadi aku dan Lila lagi ngobrol di dalam tenda, tiba-tiba Ara masuk bawa seember air kotor lalu dilemparin sama kami." jelas gadis itu berbohong. Ara mendengus keras tapi hanya diam saja tidak membela diri.

"Setelah menyiram air kotor itu, dia malah jambak rambut Lila, aku berusaha melerai tapi tenaga mereka berdua terlalu kuat, aku jadi kewalahan." lanjut Dina berbohong lagi. Pandangan Bintang berpindah ke Ara

"Ara, benar yang dia bilang?" tanyanya memastikan. Meski ia kurang percaya. Mana ada melerai, orang tadi dia masuk ke tenda ia melihat mereka berdua sama-sama melawan Ara. Itu namanya bukan melerai tapi berkelahi dua lawan satu.

Ara menatap Lila dan Dina bergantian lalu menghadap ke kiri ke Karrel dan Devin.

"Tanya sama mereka." tunjuknya ke Devin dan Karrel. Dua pria yang ditunjuk berubah bingung

"Mereka lihat apa yang aku bawa waktu masuk tenda."

Devin dan Karrel saling berpandangan. Semua orang dalam tenda itu ikut menatap mereka.

"Benar katanya?" pertanyaan Bintang beralih ke Devin dan Karrel. Ketika dua pria itu menatap Ara, ia malah tersenyum tanpa dosa.

"Apa yang dibawanya saat masuk tenda?" tanya Bintang lagi. Devin mencoba mengingat-ingat.

"Koper." sahutnya pasti. Mereka memang melihat gadis itu masuk tenda bersama kopernya. Pandangan Bintang kembali menatap Dina dan Lila bergantian. Ia sedikit emosi karena merasa dibodohi. Lagian dua sahabatnya itu tidak akan membohonginya.

"Kalian berdua berani bohong disini?" suaranya meninggi dan pria itu terlihat marah. Dua gadis itu terdiam. Takut dan malu bercampur aduk. Apalagi di tenda itu rata-rata kakak kelas mereka. Lihat sekarang, yang lain berbisik-bisik menatap mereka.

"Udahlah. kejadian tadi itu tuh kayak gini. Aku cuman pengen tidur sebentar..." kata Ara menggantung ucapannya, Bintang balik menatapnya menunggu penjelasan.

"Terus dia bilang tempat tidur aku itu pantasnya di kaki mereka, jadi aku nggak mau pindah dong. Masa tidur di bawah kaki orang, yang bener aja." ia menunjuk Dina yang balas menatapnya tidak suka.

"Waktu aku nutup mata, mereka tiba-tiba nyiram aku dengan air, ya udah aku balas aja." jelasnya enteng. Bintang menatap tiga gadis itu bergantian setelah mendengar penjelasan Ara lalu berhenti pada Ara, mengamati setiap gerak-geriknya. Walau ia bicara  dengan nada enteng tadi, tapi Bintang masih bisa menangkap kegelisahan di matanya. Begitu pun dengan Karrel yang terus mengamati gadis itu sejak tadi.

"Ya sudah, kalau begitu ceritanya, sekarang kalian saling minta maaf." ujarnya karena kedua pihak sama-sama salah setelah mendengar penjelasan Ara. Ara mengulurkan tangannya kepada dua gadis itu tapi mereka tampaknya masih enggan menerima uluran tangan gadis itu.

"Ayolah, gadis cantik seperti aku jarang bersalaman dengan orang asing." ucap gadis itu percaya diri. Lila dan Dina malah tidak sudi bersalaman dengan Ara. Mereka terpaksa mengulurkan tangan untuk bersalaman karena banyak yang melihat.

"Aku punya penyakit menular yang parah. Setelah ini kalian pasti gatal-gatal." bisik Ara tapi tetap kedengaran oleh yang lain. Dina dan Lila cepat-cepat melepaskan tangan mereka. Devin terkekeh karena kelakuan Ara. Berbeda dengan Karrel, pria itu sama sekali tidak tersenyum, ia terus mengamati Ara dan mencari tahu apa yang salah dengan gadis itu.

"Ya sudah, sekarang kembali ke tenda kalian dan rapikan diri kalian. Minta obat ke tim kesehatan kalau kalian perlu." ucap Bintang lagi.

"M..makasih kak." ucap Lila dan Dina serempak lalu cepat-cepat keluar dari tenda itu. Pandangan Bintang beralih ke Ara yang masih tetap duduk. Tangan gadis itu merogoh saku jinsnya mencari-cari sesuatu. Tindakannya itu tidak luput dari pengamatan Karrel. Ara terlihat mengeluarkan obat dari dalam sakunya dan cepat-cepat dimasukkan ke mulut. Karrel yang sejak tadi hanya mengamati tiba-tiba berdiri dari tempatnya, dengan sekali melangkah ia langsung mencapai gadis itu untuk mencegahnya menelan obat itu.

Tangan Karrel masuk ke mulut Ara, mengeluarkan obat itu secara paksa sebelum gadis itu menelannya. Semua orang menatap mereka dengan pandangan terheran-heran termasuk Devin dan Bintang.

1
westi
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Ismi Anah
baca kedua kalinya setelah akun yg lama hilang
Nur Oktaviana
Ara😭😭
UniLatjuba
kok ending-nya nanggung banget thor
Ice Sulistina
mana season 2 nya tor
feli dwisantika
kapan yahh novelku bisa serame ini ?:)
tini_evel
episode awal udah seru
Cod Cod Dulu
thor aku pngn cubit ginjal pa tua ,, bolehkah.
Rina Delfita
Luar biasa
Ana
sedih q
Norma Koelima
br mampir... kayaknya seru nieh
Tiwi
ok
rere
bagusssss
Anik Hidayat
Luar biasa
Angin sepoi-sepoi
nenek lampir mana yang punya hati selembut itu kalo bukan Lily 😭 i like it
Angin sepoi-sepoi
hmmmm
🌺Ulie
Luar biasa
Fitrothul Auliya
filingku mh ad hubungan nya sma bintang
Angin sepoi-sepoi
ini paling penghemat tenagaa/Sob/
Hadyan Ghauzan
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!