NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:315
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Im Not Afraid of The Dark

"Peraturan ada untuk di langgar." Bacin menatap kotak kayu kecil itu, jari-jarinya gemetar saat meraihnya. Ia membolak-balik kotak itu, mengamati ukiran-ukiran aneh yang menghiasi permukaannya. Simbol-simbol itu tampak asing, tetapi ada sesuatu yang familiar, seakan-akan ia pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya. Dengan napas yang tertahan, ia membuka kotak itu. Di dalamnya, tersimpan sebuah kalung perak sederhana, berbentuk bulan sabit, dengan sebuah batu kecil berwarna merah tua yang tertanam di tengahnya. Bacin mengangkat kalung itu, membalik-baliknya di bawah cahaya senter.

Batu merah tua itu berkilat samar, memancarkan cahaya redup yang aneh. Tiba-tiba, sebuah kenangan muncul dalam benaknya: sebuah kenangan samar, kilasan saat ia masih kecil, ibunya mengenakan kalung yang persis sama. Ia mengusap batu merah itu dengan jari, dan sebuah suara samar, seperti bisikan, terdengar di telinganya. "Dia... menunggumu..." Bacin tersentak, matanya membulat. Ia meletakkan kalung itu kembali ke dalam kotak, tangannya bergetar.

"Emak sialan," gumamnya, suaranya terdengar parau. "Kalau nikah lagi, bilang-bilang dong!" Rasa marah dan kecewa bercampur aduk dalam hatinya. Kehilangan ibunya sudah menyakitkan, tetapi mengetahui bahwa ibunya mungkin telah menikah lagi dan meninggalkannya tanpa penjelasan membuat hatinya semakin hancur. Ia menyadari bahwa pencariannya mungkin lebih rumit dari yang dibayangkan. Bukan hanya menemukan ibunya, tetapi juga mengungkap rahasia di balik hilangnya ibunya dan siapa sebenarnya pria dalam foto itu. Kalung itu, kartu pos, buku harian, foto keluarga—semuanya seperti potongan-potongan teka-teki yang belum terpecahkan.

Dan di tengah kebingungan itu, Bacin merasakan ada sesuatu yang mengawasinya dari kegelapan, sebuah kehadiran yang dingin dan mengancam. Udara di ruangan itu terasa semakin dingin, dan suara bisikan samar itu kembali terdengar, semakin jelas kali ini. "Dia... menunggumu... di tempat kita bertemu..." Bacin mengencangkan cengkeramannya pada kotak kayu, merasakan beban berat misteri yang harus ia pecahkan. Ia harus melanjutkan penyelidikan ini, meskipun ia tahu hal itu mungkin lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.

Bacin mencengkeram kotak kayu itu erat-erat, jantungnya berdebar kencang. Ia mengulang pertanyaan di dalam hati, "Siapa kau?". Keheningan. Hanya keheningan yang membalasnya. Suara bisikan itu hilang, meninggalkan suasana mencekam yang lebih intens daripada sebelumnya. Rasa takut dan kebingungan bercampur aduk. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah suara itu ancaman? Atau petunjuk?

Bacin memutuskan untuk tidak mengambil risiko lebih lanjut. Ia mengumpulkan barang bukti: foto-foto, surat, buku harian, dan kotak kayu berisi kalung misterius itu. Dengan langkah cepat dan hati yang masih berdebar, ia keluar dari rumah tua yang menyeramkan itu. Udara malam terasa lebih dingin, hujan semakin deras. Di dalam mobil patroli, ia mengecek kembali barang bukti yang ia kumpulkan. Kalung itu masih terasa dingin di tangannya, dan ia masih bisa merasakan sisa-sisa hawa dingin dari rumah tua itu. Ia merasa teramat lelah, fisik dan mentalnya. Bacin melajukan mobilnya menuju kantor polisi. Di kantor, ia melaporkan penemuannya kepada atasannya, Inspektur Jenderal Hendra, seorang pria tua dengan wajah tegas dan pengalaman yang luas.

Ia menceritakan semuanya, mulai dari penemuan rumah tua yang menyeramkan, foto-foto misterius, hingga suara bisikan yang membuatnya merinding. Ia menunjukkan barang bukti satu per satu, menjelaskan detail yang ia ingat. Inspektur Hendra mendengarkan dengan saksama, sesekali mengerutkan kening. Wajahnya yang biasanya tenang kini tampak penuh dengan kekhawatiran. Setelah Bacin selesai menceritakan semuanya, Inspektur Hendra hanya mengangguk pelan. "Kasus ini... lebih rumit dari yang kita bayangkan, Bacin," katanya, suaranya berat. "Kita perlu menyelidiki lebih dalam. Alamat di kartu pos itu... desa terpencil, bukan? Kita mulai dari sana." Bacin mengangguk, perasaannya campur aduk. Ia lelah, tapi juga tertantang. Ia tahu, perjalanan untuk menemukan ibunya masih jauh dari selesai, dan misteri di balik hilangnya ibunya jauh lebih besar dan lebih mengerikan dari yang pernah ia bayangkan. Dan suara bisikan itu… ia harus tahu siapa yang ada dibalik semua ini. Ia harus menemukan jawabannya Bacin bergegas.

Hujan deras masih mengguyur Bandung saat Bacin melajukan mobil patroli keluar dari halaman kantor polisi. Inspektur Hendra, dengan tatapan seriusnya, hanya melambaikan tangan sebagai perpisahan. “Kau pergilah ke sana sendirian, Bacin. Kami akan datang membantu jika dibutuhkan,” kata Inspektur Hendra, suaranya sedikit teredam oleh deru mesin mobil dan guyuran hujan. Bacin mengangguk hormat, rasa tanggung jawab dan kegelisahan bercampur menjadi satu. Ia tak yakin apa yang akan ia temukan di desa terpencil itu, tapi ia harus mencoba. Ia harus menemukan ibunya.

Mobil patroli itu menyusuri jalan raya yang mulai sepi. Lampu mobil menerobos kegelapan malam, menyingkap sedikit demi sedikit pemandangan jalanan yang basah kuyup. Hujan semakin deras, membuat kaca mobil sedikit buram. Bacin menyeka kaca dengan tangannya, sesekali melirik ke arah kotak kayu yang terletak di sampingnya. Kalung perak berbentuk bulan sabit itu terasa dingin, seperti es yang membeku di kulitnya. Ia masih bisa mendengar gema bisikan misterius itu di telinganya, “Dia… menunggumu…” Kata-kata itu menggema di kepalanya, menimbulkan rasa takut dan juga penasaran. Siapakah “Dia” itu? Dan apa yang ditunggu?

Jalanan mulai berganti menjadi jalan tanah yang berlubang-lubang. Mobil patroli itu berjalan lambat, berjuang melewati medan yang semakin sulit. Bacin merasakan getaran kuat dari mobilnya yang menggetarkan tulang-tulangnya. Sekitarnya hanya kegelapan dan rintik hujan yang semakin deras. Tak ada tanda-tanda kehidupan, hanya gelap dan sunyi yang terasa mencekam. Desa terpencil itu tampak begitu jauh, seolah-olah terasing dari dunia luar. Bacin menggigit bibirnya, merasakan tegangnya perjalanan. Ia meraba-raba kalung perak itu lagi, suatu rasa dingin dan juga sesuatu yang terasa aneh menyeruak.

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, melewati jalanan berlubang dan berkelok-kelok yang nyaris menghancurkan suspensi mobil patrolinya, Bacin akhirnya sampai di Desa Mawar Hitam. Nama desa itu sendiri terasa janggal, menimbulkan perasaan tidak nyaman di dalam hatinya. Hujan telah reda, digantikan oleh kabut tipis yang menyelimuti seluruh desa, membuat suasana semakin sunyi dan mencekam. Rumah-rumah di desa itu tampak tua dan usang, banyak yang tampak terbengkalai.

Kayu-kayu lapuk dan genteng yang retak menjadi pemandangan umum. Sebuah keheningan yang berat menyelimuti desa ini, berbeda jauh dengan hiruk pikuk kota Bandung yang biasa ia kenal. Udara terasa dingin dan lembab, menusuk hingga ke tulang. Bacin memarkir mobil patrolinya di tepi jalan, suara mesin mobil yang mati terasa sangat sunyi di tengah kesunyian desa itu.

Ia keluar dari mobil, merasakan hawa dingin yang semakin menusuk kulitnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Desa Mawar Hitam terlihat seperti desa yang terlupakan, terisolasi dari dunia luar, terkurung dalam kesunyian dan misteri yang membuatnya semakin merasa gelisah. Di kejauhan, ia melihat sebuah rumah yang sedikit lebih besar dan tampak terawat dibandingkan dengan rumah-rumah lainnya.

Asap tipis mengepul dari cerobongnya, pertanda ada kehidupan di dalam rumah tersebut. Bacin merasakan sebuah firasat yang tak enak, tetapi rasa ingin tahu dan tekadnya untuk menemukan ibunya mendorongnya untuk melangkah maju, memasuki desa yang terasa begitu menyeramkan dan menyimpan banyak rahasia itu. Bayangan ibunya terlintas di benaknya, semakin menguatkan tekadnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!