MENGAMBIL KEMBALI

Selamat membaca

“Apa lo tahu kenapa mbok Nah bisa dipecat dari rumah itu?”

“Belum tahu, gue masih nyari tahu bos tapi karena pengkhianatan itu semua jadi kacau.”

“Kenapa ya Ranum bisa berbuat hal seperti itu?”

Erica benar-benar tidak menyangka dengan perlakuan Ranum terhadap mbok Nah, yang di mana wanita paruh baya itu adalah pengasuh mereka dari kecil hingga dewasa. Di saat kedua orang tua mereka sedang fokus untuk mengumpulkan uang.

Mbok Nah adalah sosok yang sangat berharga bagi Erica, layaknya Nenek Amita. Ia selalu menjadi penyelamat setiap kali Erica selesai dipukuli oleh orang tuanya. Bahkan, Mbok Nah kerap menjadi pelindung saat Erica hendak disiksa. Bagi Erica, Mbok Nah adalah orang yang akan selalu memiliki tempat istimewa dalam hidupnya, kapan pun dan di mana pun. Tanpa kehadiran Mbok Nah, mungkin Erica tidak akan mampu bertahan hingga saat ini.

“Jika dia benar-benar melakukan hal yang di luar batas, gue nggak akan ngelolosin dia sampai kapanpun!” Kemarahannya benar-benar di atas puncak sekarang. Erica tidak akan bisa meloloskan Ranum begitu saja. Ia akan memberi pembalasan yang menyakitkan untuk adiknya itu, agar Ranum bisa mengambil pelajaran dengan tindakannya itu.

Entah apa yang merasuki sifat adiknya itu bisa berbuat seperti itu. Tapi ia berpikir semua itu ada pengaruhnya dari paman dan bibinya.

“Fyn, selama gue cabut dari kota ini, ada perubahan nggak sih dari orang-orang yang dulu nge-backup gue buat naik jabatan?” tanya Erica pada asistennya sambil menatap pemandangan kota yang sudah mulai berubah gegara pembangunan di mana-mana.

“kalau gue bilang berubah semuanya, rasanya nggak mungkin terjadi. Sebab sebagian dari orang yang pernah mendukung lo, mereka masih berharap agar lo balik lagi. Tapi kalau gue bilang semuanya nggak berubah, itu bisa saja terjadi karena sebagian dari orang-orang yang pernah dukung lo pada gila harta dan kekuasaan,”jawab Fyneen.

“Kesimpulannya?”tanya Erica lagi.

“Kesimpulannya adalah gue belum bisa menentukannya bos. Karena orang-orang yang mendukung lo saat itu memiliki sifat gamang, dan itu sulit buat gue tentuinnya,”jawab Fyneen.

Erica menghela napasnya, ia benar-benar penasaran dan ingin tahu tentang semuanya setelah dirinya pergi dari kota ini. Tapi sepertinya, ia akan mengalami kesulitan nantinya. Sebab semua yang dilakukannya ini akan melawan anggota keluarganya sendiri. Yang dimana, orang itu──Ranum Nurzaki. Adiknya sendiri.

“Bos entah kenapa kalau lo masih inget, kecelakaan yang terjadi pada nenek Amita serta tiadanya kepergian Reno keluar negeri gue ngerasa ada hubungan di antara keduanya. Dan juga kematian nyokap bokan lo.”

“Maksudnya?”

“Kalau lo inget, saat pengusiran lo dari rumah itu serta hengkangnya lo dari perusahaan seperti ada benang susut yang harus diluruskan. Misal kepergian lo setelah kematian orang tua lo, serta kecelakaan yang terjadi pada nenek Amita bukankah itu terjadi pada hari yang sama?”

“Lebih tepatnya ketika selesai pemakaman gue di usir dari rumah itu, dan kecelakaan nenek Amita terjadi sebelum gue di usir dari sana.”

“Nah itu maksudnya.”

Erica memutar bola matanya mendengar ucapan Fyneen yang tidak tau aturan. Pria itu sedari tadi hanya fokus pada makanannya tanpa ingin menjelaskan maksud ucapannya tadi.

“Yang fokus dong Fyn kalau ngomong, jangan disambi makan lah,”kesal Erica pada Fyneen yang tetap fokus pada makanannya. Makanan yang dibawakan oleh mbok Nah sewaktu berkunjung kemarin, benar-benar membuat keduanya tidak bisa fokus terhadap apapun.

Terutama Fyneen yang sedari tadi tak berhenti makan setelah makanan itu dihangatkan. Sementara dirinya masih kekenyangan setelah menghabiskan nasi yang dibuat oleh asistennya. Tak ia sangka bahwa asistennya yang terkenal jahil ketika di depannya ini, pandai membuat nasi untuk disantap keduanya.

Setelah selesai menyantap makanannya, Fyneen minum air untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang masih menempel di rongga mulutnya. Kemudian, ia mengelap mulutnya menggunakan kemeja biru yang sedang dikenakannya. Erica, yang memperhatikan tingkah Fyneen, hanya bisa menatapnya dengan perasaan aneh. Sifat asistennya itu benar-benar terlihat berbeda ketika berurusan dengan hal-hal di luar pekerjaan.

“Maksudnya tuh gini, bos ngerasa aneh nggak dengan kematian orang tua bos yang berbarengan dengan kecelakaan nenek Amita di jembatan waktu itu. Dan hari di waktu kejadian saat itu, bukankah terjadi di hari yang sama? Dan saat itu setelah selesai pemakaman, pengacara keluarga Nurzaki langsung mengumumkan tentang pemindahan warisan, yang saat itu langsung ditujukan pada Ranum adik bos sendiri. Saat itu juga, Reno sepupu bos, yang tidak jadi keluar negeri untuk menjalani hukuman,”jelas Fyneen menguraikan semua perkataannya tadi.

Erica termenung dengan penjelasan Fyneen. Semua yang terjadi dalam hidupnya ini benar-benar ada benang merah kusut yang harus ditarik untuk diuraikan. Dan ia harus mencari tahu semua yang terjadi, serta mencari tahu tentang kecelakaan nenek Amita.

“Oh iya Fyn gimana tentang kabar nenek Amita, ada kabar tentang dia nggak?”

µµ

“Lagi ngapain?”

Sabia tak mendengar pertanyaan dari orang yang menanyakannya. Saat ini ia benar-benar fokus untuk menggambar di atas kertas. Dengan beberapa bangunan serta beberapa titik yang ia tandai dengan spidol merah. Dan juga beberapa foto yang diambilnya ketika ia sedang mengunjungi tempat di daerah itu.

“Lagi ngapain?”tanya orang itu dengan suara yang keras.

Mendengar hal itu, Sabia yang terlalu fokus terkejut dengan suara itu, ia mengelus dada karena jantungnya berdegup kencang. Ia menolehkan pandangannya ke arah orang itu dan melihatnya tengah membawa gelas di tangan kanannya.

“Ngagetin aja sih Rel,”pungkas Sabia yang masih menetralkan detak jantungnya.

“Lagian lo gue tanyain dari tadi nggak dengar sebab terlalu fokus,”ujar Aurel. “Lagi ngapain sih?”

“Lagi nyusun strategi buat nanti ketika pengintaian,”jawab Sabia dengan tangan yang berkutat menggarisi kertasnya.

“Emang buat apaan strateginya, juga lo ngambil gambar-gambar tuh gedung sejak kapan?”

“Dua hari yang lalu, sewaktu nyari alat-alat pertahanan diri itu. Sama itu waktu mau ngunjungi warung makan langgananku.”

“Lo seniat itu buat ngejalanin nih misi?”

“Iya dong, karena misi ini benar-benar menyangkut masa depan beberapa orang serta menyangkut masa depanku juga. Karena dengan misi ini aku bisa ngembangin bakatku yang tertunda.”

Aurel termenung mendengar ucapan Sabia. Wanita itu benar-benar memiliki niat yang tekat, tak seperti dirinya yang hanya main-main. Ia tak terlalu menganggap serius misi yang dijalani ini, ia akan patuh ketika mendapat pekerjaan setelah itu beristirahat ketika lelah. Lalu tak memikirkan apa yang akan terjadi nantinya.

Ia hanya ingin menjalani kehidupan yang berbeda dari biasanya. Dan dengan ikut misi ini, ia merasa ada kehidupan berbeda yang dijalaninya. Serta orang-orangnya.