Arinsa, sorang dokter residen tahun ke-4 meninggal karena kelelahan. Tapi dia tiba-tiba membuka matanya dan melihat suasana yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
" Weeeh dimana ini, bukannya aku sudah mati? Beeeuh diiiingiiin."
Awalnya Arinsa tidak bisa mengetahui situasi nya hingga dia mendapatkan semua ingatan dari tubuh ini.
" Putri terbuang, dasar bajingan. Mereka yang tidak bisa mengendalikan kelaminnya tapi anak yang jadi korban. Tenang saja Arinsa, nama kita sama-sama Arinsa. Aku akan membalas semua rasa sakit hatimu. Dan kamu bisa istirahat dengan tenang. Kerajaan ini, akan aku hancurkan dengan tanganku."
Bagaimana cara Arinsa bertahan hidup dengan status barunya sebagai Putri Arinsa De Rouglas?
Dan bagaimana cara dia membalas dendam pemilik tubuh asli yang sudah diabaikan oleh keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAP 27
Satu gangguan berhasil dikalahkan. Dan Glen cukup takjub melihat bagaimana cara Arinsa bergerak.
Awalnya ia pikir gadis itu hanya punya ambisi tanpa bekal yang mumpuni, namun saat melihat bagaimana aksi Arinsa tadi, Glen cukup bisa percaya akan sosoknya itu.
" Gerakan mu bagus Putri, tapi sebaiknya mulailah mengayunkan pedangmu. Di depan sana yang kita hadapi tidak lagi manusia melainkan monster. Yang mana jika kamu tidak langsung menebasnya dengan pedang, maka nyawa mu lah yang akan jadi sasaran."
"Terimakasih Duke Muda Glen. Saya akan mengingat nasihat Anda."
Arinsa menjawab dengan senyuman, ia merasa Glen lebih lunak dari pada sebelumnya. Ia berpikir mungkin saja karena Glen sudah melihatnya tidak menjadi beban dalam perjalanan ini.
Semakin berjalan maka tempat itu semakin putih dan tidak tampak adanya pepohonan lagi. Mereka benar-benar harus hati-hati agar tidak salah melangkah. Semua jalanan ditutupi salju.
Malam mulai datang, salah satu kesatria menemukan sebuah goa di sana. Dan Glen memutuskan untuk istirahat serta bermalam di sana. Namun mereka tetap harus hati-hati, karena mungkin saja apa yang mereka lakukan nanti akan mengundang datangnya monster.
" Tapi Duke Muda, kalau kita tidak menyalakan perapian maka kita juga bisa mati kedinginan," ucap salah satu kesatria.
" Biar saya menutup pintu goa dengan pelindung sihir. Semoga itu bisa menutup tempat ini dari penciuman para monster."
Ini lah yang lebih krusial. Jika musuh mereka manusia, maka itu lebih mudah untuk dihadapi. Tapi jika musuh mereka monster yang memiliki indra penciuman yang tajam, maka itu akan menjadi masalah nantinya. Biasanya monster yang mengetahui keberadaan manusia, akan memberi tahu kawanannya. Dan bagi mereka , manusia adalah sebuah makanan lezat yang tidak bisa dilewatkan.
" Baiklah, lakukan itu."
" Baik."
" Putri Arinsa dan Glencia, kalian istirahatlah setelah makan. Perjalanan besok mungkin akan lebih berat dibanding hari ini."
Kedua gadis itu menganggukkan kepala. Mereka melakukan apa yang diperintahkan. Dalam perjalanan yang berbahaya ini, setiap individu tidak boleh egois. Mereka harus mengikuti apa yang jadi perintah sang pemimpin rombongan.
Akan tetapi di tengah malam Ainsa terbangun. Dia berjalan menuju ke arah pintu goa lalu duduk disana. Gadis itu melihat ke arah luar yang hanya terlihat hamparan salju dan es saja.
Slaaap
Eh?
" Di sini dingin, apa yang kau lakukan, Putri."
Arinsa terkejut saat tubuhnya diselimuti. Ketika dia menoleh ke belakang, rupanya itu adalah Glen. Tentu saja dia tidak menyangka bahwa pria yang selalu bersikap dingin itu bisa melakukan hal demikian.
" Terimakasih Duke Muda, saya hanya terbangun saja dan sedang berpikir?"
" Apa yang kau pikirkan?"
" Dunia ini, apakah dunia ini akan lebih baik dari dunia sebelumnya?"
Glen mengerutkan kedua alisnya. Ia sama sekali tidak mengerti ucapan Arinsa baru saja. Dari yang didengar, seolah-olah Arinsa ini memiliki dunianya yang lain.
" Aah Anda tidak pelu ikut memikirkan apa yang saya pikirkan Duke Muda. Dan terimakasih serta maaf karena melibatkan Adentine dalam urusan pribadi saya. Saya rasanya tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sekali lagi terimakasih."
Arinsa bangkit dari duduknya, lalu menyerahkan selimut milik Glen. Ia kembali ke sisi Glencia. Sedangkan Glen, dia masih kebingungan dengan semua yang diucapkan oleh Arinsa. Pria itu mencoba mencerna, namun tetap saja tidak menemukan jawaban apapun.
" Gadis yang aneh."
TBC
wow apakah naga es disana? lagi kak jadi g sabar nih /Proud/
ayo reader sawerannya biar othor semangat /Kiss/
semoga tidak akan menjadi bibit hama untuk kehidupan arinsa /Sweat/
kangen banget nih, Ama othor juga walaupun lebih banyak Ama babang Glen /Smirk//Sly/