Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musim semi
Hari ini adalah pergantian musim yaitu dari musim dingin ke musim semi, dimana bunga-bunga kembali bermekaran. Hamparan bunga tulip bermekaran dengan indah begitu juga dengan bunga lainnya yang ada di sebuah taman yang letaknya tak jauh dari restoran yang kini di huni oleh Tom dan beberapa kolega bisnis nya. Ya, hati ini Tom ada meeting penting untuk membahas tentang pembangunan pabrik baru.
"Saya percayakan semua pada anda tuan, dan saya yakin dengan menambah pabrik baru maka kita akan mengurangi pengangguran yang ada di daerah tersebut"
"Terima kasih tuan atas kepercayaan anda!" Tom menjabat tangan beberapa orang yang menjadi partner bisnisnya.
"Baik tuan, untuk itu kami permisi dulu" pamit mereka serempak pada Tom dan Gio. Tom hanya mengangguk bersikap ramah pada mereka, bagaimana pun Tom kini harus menghilangkan sisi kearroganannya untuk mempertahankan perusahannya agar tetap stabil, dulu dia begitu angkuh bahkan tak sedikitpun para karyawan dan relasi bisnisnya yang tidak sesuai dengan keinginannya maka akan segera di DO. Tapi semenjak seseorang berhasil menjungkirbalikan keuangan perusahaannya dia mati-matian memperjuangkan setiap orang yang masih bersedia menjalin bekerja sama dengan nya, karena saat itu banyak sekali kolega yang membatalkan kerja sama dengan perusahaan nya.
"Mungkin mereka akan menertawakan aku di belakang sana" ujar Tom menyandarkan punggungnya di kursi. pasalnya Tom yang arogan sekarang bersikap sebaliknya. Gio hanya menanggapi dengan datar.
"Jangan lah berprasangka buruk, siapa tahu mereka malah akan menjunjung anda" timpal Gio. Tom melirik Gio yang nampak membereskan beberapa file di masukkan ke dalam tas milik Tom.
"Ya, semua ini gara-gara wanita itu" geram Tom. Gio menarik nafas dalam, dia melihat wajah Tom tak seperti biasanya dia akan sangat geram, tapi sekarang dia mengatakan dengan wajah datar.
"Anda bisa menjadikan semua sebagai pembelajaran"
"Apa kau mengejek ku?" Tom melirik Gio jengkel.
"Hanya mengingatkan" balas Gio. Tom mencebik dia beranjak dari duduknya.
"Sudahlah ayo kita pulang, aku sangat lelah" ajak nya berlalu meninggalkan Gio. Gio mengikuti langkah Tom dia mengulas senyum yang samar.
"Musim semi ini aku yakin akan memberi warna baru" guman Gio seraya menatap hamparan bunga yang ada di taman.
"Langsung ke mension saja!" seru Tom pada sopir. Gio yang duduk di sebelah sopir mengulas senyum tipis. Sedangkan Tom menyandarkan punggungnya seraya mengendorkan dasi yang dia pakai.
Sedangkan Afriel nampak memperhatikan wajahnya di cermin, wajah yang cerah dan selalu terawat kini nampak kusut, Afriel menarik nafas dalam, dia sekarang cuti untuk beberapa hari tidak masuk kantor, sengaja, dia merasa tidak enak hati pada Tom. Dan juga kepada nyonya Elina karena ulahnya kemarin yang semena-menah. Dia sadar meski Tom tidak akan menceritakan pada nyonya Elina tapi dia tahu pasti nyonya Elina akan tahu dari orang suruhannya.
"Apa aku sebaiknya risent saja?" monolog Afriel.
"Tapi, mama dan papa tidak akan membiarkannya" lirih Afriel lagi. Orang tua Afriel memang sangatlah berambisi agar Afriel mendapatkan salah satu keturunan dari dirgantara, dulu mereka menjodohkan Aslan dengan Afriel, tapi ternyata Aslan sudah menikah diam-diam, apalagi Afriel juga menaruh hati pada Aslan. tapi sekarang mengetahui jika Aslan sudah menikah orang tua Afriel menyuruh Afriel mendekati Tom, apalagi sepertinya nyonya Elina menaruh kepercayaan besar pada Afriel jadi untuk alasan itu mereka mendukung Afriel menikah dengan Tom, agar usaha mereka makin melebar dengan kekuasaan Afriel di group dirgantara.
"Apa aku kembali ke indo saja" Afriel mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
##
"Hari ini musim semi telah tiba" Asiyah memperhatikan bunga tulip yang berjejer di taman belakang mension mengelilingi kolam ikan. Asiyah kembali melakukan pekerjaannya saat ini membersikan kolam ikan. Di dalam dapur Bu Lena memperhatikan nya, ada rasa tidak tega, bagaimanapun biasanya pekerjaan itu di lakukan tukang kebun dan itu di lakukan oleh beberapa orang. Tapi kini Asiyah melakukan nya seorang diri.
"Apa salah mu, sehingga tuan menghukum mu sampai seperti ini" lirih Bu Lena seorang diri. Sayup-sayup terdengar bunyi mobil berhenti di bagasi. Bu Lena mengedarkan pandangan dia melihat Tom berjalan masuk dan nampak mencari seseorang. Buru-buru Bu Lena datang menghampiri.
"Selamat siang tuan"
"Dimana Asiyah?" sarkas Tom bertanya pada Bu Lena.
"Dia ada di belakang tuan, sedang-" belum sempat Bu Lena melanjutkan perkataannya Tom sudah melangkah menuju taman belakang. Bu Lena hanya memperhatikan kepergian Tom dengan mengatupkan kembali mulutnya.
"Kamu kenapa?" tanya Gio yang entah sejak kapan ada di dekatnya.
"Tidak, saya permisi" pamit Bu Lena meninggalkan Gio sendiri. Gio mengedarkan pandangan mencari keberadaan Tom, hingga suara lantang Tom menjadi titik temu dari sang empu.
"BERHENTI!!"
Suara Tom menggelegar membuat siapa saja yang mendengar akan segera beringsut. Asiyah yang sedang membersikan sebagian kolam berhenti seketika, betapa angker wajah Tom saat ini membuatnya bergidik ngeri.
"Apa yang kau lakukan?" geram Tom menghampiri.
"Membersikan kolam" jawab Asiyah datar. Tom menahan kesal nya bagaimana bisa Asiyah membersikan kolam ikan yang luas sedangkan badannya saja terlihat masih lemah.
"Siapa yang menyuruhmu?"
"Saya hanya berinisiatif sendiri, karena kolam ini terlihat kotor dan sepertinya ikannya juga tidak nyaman tuan" jawab Asiyah. Tom menarik nafas dalam.
"Sekarang kau buatkan aku makan siang!" putus Tom mengintruksikan pada Asiyah.
"Tapi ini--"
"Lanjutkan nanti, aku lapar!" Tom meninggalkan Asiyah menuju ke kamarnya. Asiyah menarik nafas dalam.
"Sabar Asi..." ungkapnya sendiri menyemangati dirinya, Asiyah segera mengganti baju nya yang basah lalu ke dapur guna menyiapkan makan siang untuk Tom. Lima belas menit sudah, sepiring pilav sudah selesai dia buat, di sajikan nya di meja makan.
"Sudah selesai?" tanya Bu Lena menghampiri Asiyah di meja makan.
"Sudah Bu" angguk Asiyah.
"Saya panggil tuan dulu Bu" pamit Asiyah pada Bu Lena. Bu Lena mengangguk, dia memperhatikan nasi rempah khas Turki yang di buat oleh Asiyah. Tak lama Asiyah kembali dia mengambil nampan dari dapur.
"Apa tuan mau makan di kamar?" tanya Bu Lena yang penasaran saat Asiyah memindahkan piring yang berisi pilav di atas nampan.
"Begitu lah" balas Asiyah seraya menaruh segelas air di nampan.
"Permisi dulu Bu, saya mau antarin ini" pamit Asiyah. Bu Lena mengangguk memberi jalan untuk Asiyah.
"Silahkan tuan!" kata Asiyah setelah menaruh nampan di atas meja. Tom yang duduk di sofa hanya mengangguk. Asiyah pamit untuk keluar. Tom melihat sepiring pilav dan segelas air putih. menu yang sangat sederhana. Tak ambil pusing Tom segera menyantap hidangan tersebut. Ternyata sepiring pilav mampu membuat Tom merasa sangat kenyang.