Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Tak terasa sudah dua Minggu Syamil berada di pulau Dewata, Syamil merasa betah, Syamil juga merasa perasaan luka di hati nya pada Rauda pun sudah pudar. Tapi yang kini terganti oleh perasaan penasaran akan sosok Syakilah. Syamil beberapa kali melihat Syakilah keluar malam hari dengan penampilan memukau, dengan gaun indah dan make up yang terlihat lebih dewasa di usianya, memang cantik, siapa pun akan memuji Syakilah, tapi Syamil lebih suka pada Syakilah yang biasa tanpa make up tebal dan penampilan yang memukau dengan balutan gaun yang seksi. Seperti saat ini Syamil melihat Syakilah yang di gandeng oleh om-om keluar dari restoran mereka naik ke mobil. Sebenarnya Syamil tadi bosan di villa dia sengaja menyetir sendiri mobil milik Fernando menuju restoran sengaja ingin makan makanan sea food. Saat memarkirkan mobil matanya melihat Syakilah yang di gandeng mesra om-om seumuran Fernando. Entah kenapa Syamil ingin mengikuti mobil mereka. Dan mata Syamil mengedar ketika mobil yang di tumpangi Syakilah berhenti di depan klub malam. Syamil menghentikan mobil nya agak jauh dia terus memantau, entah kenapa hati nya merasa penasaran sampai dia menjadi penguntit. Syakilah terlihat turun lalu dia melambai pada sang pemilik mobil, Syakilah hendak masuk ke dalam klub. Syamil memarkirkan mobilnya lalu segera turun dan mengejar Syakilah. Dia ingin tahu apa yang di lakukan Syakilah. Dalam hati Syamil selalu mengucapkan kata istighfar ketika dia mulai memasuki area laknat itu, bunyi dentuman musik disko menggema, di iringi kilau lampu menyorot, terlihat banyak sekali orang yang berjoget sesuai irama lagu dan ada juga yang bercengkrama. Syamil merasa sudah salah masuk, dia hendak berbalik tapi suara seorang wanita di atas podium sedang memanggil sang penari yang sudah di tunggu-tunggu, dan dia adalah Naomi. Nama yang tidak asing, Syamil menatap ke arah podium dan semua orang bertepuk tangan ria seolah menyambut penari yang mereka nanti dan tak lama seorang wanita dengan balutan lingerie menari di atas berdiri di atas podium dia terlihat mengulas senyum dia mulai meliuk-liukan tubuh nya di tiang. Mata wanita itu menyalang seolah menatap satu persatu pengunjung dengan seulas senyuman dan senyum itu memudar ketika pandangan nya menuju satu pria yang berdiri paling belakang.
'Syamil' batin Syakilah.
Selesai menari syakilah langsung turun dari podium, Syakilah bergegas memakai blezer untuk menutup tubuhnya, dengan cepat dia berlari keluar dari klub. Tak perduli panggilan dari Zen atau pun orang lain nya. Mata Syakilah memanas. Banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran Syakilah tentang Syamil yang ada di klub dan mendapati dia sedang menari bertelanjang di depan banyak orang. Apakah Syamil sudih berteman dengan nya lagi, tatapan mata Syamil begitu kentara pada Syakilah yaitu tatapan kecewa. Entah Syakilah tak tahu harus kemana, dia terlalu malu dan hati nya juga merasa begitu ngilu. Dia harus segera pergi dari klub ini. Syakilah terus berlari.
Sedangkan Syamil mengedarkan pandangan nya untuk mencari Syakilah, tapi sayangnya dari banyak nya pengunjung dia tidak menemukan keberadaan Syakilah. Syamil memilih untuk pergi dari tempat itu. Dia berjalan lunglai, pikiran nya begitu berkecamuk, di hati nya ada rasa tak rela melihat Syakilah seperti itu.
"Banyak pekerjaan lain Syakilah, kenapa harus itu?" monolog Syamil seraya masuk kembali ke dalam mobil. Syamil menyandarkan punggungnya seraya menutup matanya dan bayangan Syakilah saat menari apalagi banyak sekali mata lelaki seolah menikmati tubuh Syakilah membuat dada Syamil nyeri. Tapi pikiran jernih nya mengatakan jika pasti ada hal yang membuat Syakilah mau melakukan itu. Syamil menarik nafas dalam untuk menetralkan pikiran nya, di rasa sudah tenang Syamil melajukan mobil nya.
Syamil memelankan laju kendaraan nya ketika di depan dia melihat seorang wanita dengan balutan blezer berjalan dengan tertatih.
"Syakilah" Syamil memilih menepikan mobil nya dan keluar, dia menghampiri Syakilah.
"Syakilah" panggil Syamil, Syakilah mendongak dia menatap Syamil dengan mata yang nanar. Syakilah memilih berbalik dia belum siap bertemu dengan Syamil.
"Syakilah tunggu!" Syamil mengejar Syakilah. Tapi Syakilah terus melangkah hingga entah keberanian dari mana Syamil memegang lengan Syakilah. Syakilah pun terhenti mencoba menahan air mata nya agar tidak jatuh dia memilih menunduk.
"Kamu mau kemana?" tanya Syamil. Syakilah masih terdiam dengan menunduk.
"Tak baik bagi wanita berjalan sendiri tengah malam, ayo aku akan mengantarkan mu!" ujar Syamil. Syakilah ingin menggeleng tapi tatapan tajam Syamil membuat Syakilah hanya diam dan mengikuti apa kata Syamil.
"Kenapa kamu masih baik padaku?" lirih Syakilah ketika mereka berada dalam mobil. Syamil memilih menyalahkan mobil lalu melajukan nya.
"Memang nya kenapa?" tanya balik Syamil.
"Aku hanyalah wanita kotor dan tak pantas berteman dengan mu" lirih Syakilah masih menunduk.
"CK! sejak kapan berteman ada batasan?" jawab datar Syamil. Syakilah mendongak dia menatap Syamil yang ada di sampingnya.
"Syamil kamu-"
"Istirahatlah, nanti jika sampai di apartemen aku akan membangun kan mu!" sela Syamil dengan nada yang teduh. Syakilah terdiam, memang pikiran nya sangat kacau, dan Syamil benar mungkin dengan istirahat sejenak membuatnya giliran nya lebih baik. Syakilah pun bersandar di jok seraya menatap ke luar jendela mobil, tak lama mata Syakilah pun terpejam. Syamil melirik ke arah Syakilah yang terpejam, terlihat gurat lelah bercampur tekanan membuat Syamil merasa tak tegah.
Sedangkan di klub mami duduk gelisah di dalam ruangan nya.
"Apa kau tahu dia kemana?" sarkas mami pada Jac.
"Ya, nona sekarang bersama dengan pria sepertinya akan pulang ke apartemen" jawab Jac.
"Pria, apa kau tahu siapa pria itu?" tanya mami khawatir.
"Pria muda itu seperti nya teman nona nyonya, mereka terlihat beberapa kali bertemu" jawab Jac. Mami berfikir sejenak, lalu dia mengarah pada Jac.
"Naomi dekat dengan pria muda, siapa dia? apa pernah kencan sama Naomi" begitu banyak pertanyaan terlontar dari mulut mami.
"Jac selidiki pria itu!" pinta mami.
"Baik nyonya" Jac mengangguk.
"Dan satu lagi, Pastikan anak ku aman" peringat mami sebelum Jac pergi Jac mengangguk pasti.
"Syakilah,, kamu punya teman pria siapa nak!" lirih mami.
Tok.. Tok..
Pintu ruangan mami di ketuk membuatnya mengedarkan pandangan ke pintu, tanpa banyak kata dia menyuruh masuk seorang yang masuk.
"Permisi mami" Zen masuk dan kini berdiri di depan mami.
"Mami memanggilku?" Zen pun bertanya pada mami.
"Ya, duduklah mami ingin bicara" jawab mami. Zen mengangguk dia lalu duduk di kursi yang ada di depan meja mami.
"Mami ingin bicara apa?" tanya Zen meski dia merasa gugup. Mami menarik nafas dalam seraya menatap Zen.
"Berhentilah bekerja Zen!"
Deg'