Chasing Gold And Avoid The Prince

Sang pangeran yang melihat pemandangan sesosok gadis bergaun merah yang selalu kasar dan tersenyum mencari perhatian dibelakang ternyata begitu rapuh dan bahkan ketika dia rapuh di hibur oleh laki-laki lain bukan sang tunangannya. Gambaran yang begitu buruk mampu menampar keras pipinya, sampai suara roda jam berbunyi yang tiba-tiba membuat dirinya merasa mengantuk. Tepat ketika sang pangeran itu mengantuk tiba-tiba saja dia berada di ruang kerjanya dengan posisi terbaring di sofa sendirian.

"Mimpi macam apa itu? Apakah itu sesuatu yang akan terjadi di masa depan? Tapi jika aku ingat sekali lagi tidak pernah sekalipun aku melihatnya menangis di depanku ataup-"

"Ah... Aku paham sekarang," gumam sang pangeran yang memandang langit-langit ruangan yang tinggi

Meskipun mendapatkan mimpi yang aneh, tapi familiar cukup dia sadari jika mimpi ini seperti sebuah yang harus dipercayai oleh dirinya atas perubahan dari sosok tunangannya. Dia yakin tunangannya tidak mungkin akan mengatakan padanya tentang yang dialami, namun cukup menjadi alasan alasannya menghindari pernikahan.

Malam pesta dansa pendirian negara akan dimulai beberapa satu jam lagi, Iris duduk di depan para pelayan memilih pita rambut yang akan dikenakan dengan sepatu yang akan dikenakan. Tepat di saat itu seorang penjaga pintu kamar Iris mengabarkan jika sang pangeran telah menunggu dirinya di depan pintu.

'Bukankah aku dengan dia tidak memiliki janji untuk pergi ke pesta dansa bersama? Tapi kenapa dia menungguku bukan dengan gadis suci yang baru akan debut?' ucap Iris di dalam hatinya sambil memberikan isyarat ke penjaga untuk membiarkan sang pangeran masuk ke dalam ruangannya

Tidak mungkin Iris berani membiarkan sesosok terpenting di kerajaan ini menunggu dirinya di luar ruangan kamar. Sang pangeran yang masuk ke dalam ruangan terhenti sesaat saat melihat gaun yang dikenakan oleh Iris, kebetulan atau bukan sudah pasti pilihannya datang ke tempat ini adalah hal yang tepat.

"Yang mulia, bukankah datang terlalu awal jika ingin menjemput saya? Dan tidak biasanya anda mengenakan pakaian berwarna merah?"

"Apakah warna itu sedang tren saat ini? Tidak heran jika pelayanku mengusulkan warna ini padaku kalau begitu," ucap Iris dengan mengangguk-anggukkan kepala paham setelah melihat pakaian yang dikenakan

"Aku memang datang tentu saja menjemput tunanganku siapa lagi pasanganku datang ke pesta dansa pendirian negara, jika bukan tunanganku? Ditambah lagi tidak perlu khawatir tentang penampilanmu saat ini ,"

"Kamu menurutku sangat terlihat baik dan cantik," ucap sang pangeran dengan senyuman dibalas senyuman oleh Iris yang masih di dandani oleh para pelayan

Para pelayan di dalam ruangan belum pernah melihat sang pangeran dan Iris berbicara semacam itu sebelumnya bahkan keduanya sering datang sendiri-sendiri, jika memiliki pesta yang sama harus dihadiri.

"Bagaimana dengan gadis suci yang ada di ramalan itu? Apakah boleh membiarkan tamu sepenting dirinya sendirian atau dia akan ikut pesta dansa pendirian negara?"

"Biasanya orang seperti itu pasti akan asing dengan tempat baru bukan?" tanya Iris yang terlintas di kepalanya setelah mengingat-ingat kejadian di masa lalu

"Itu urusan dengan para pendeta dan bukan urusanku walaupun aku yang menyiapkan acara penting ini, ditambah lagi ada adik laki-lakiku yang bisa menjadi pendampingnya menggantikan posisiku jika seharusnya seseorang dari keluarga kerajaan wajib mendampingi," jelas sang pengeran sambil melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan setengah jam sebelum pesta dimulai

"Jadi, lady Drachenschatz sudah siap untuk berjalan bersama?"

'Rasanya aneh jika bisa pergi masuk ke ruangan pesta yang sama bersamaan, biasanya dia atau aku lebih dulu masuk ke dalam ruangan, tanpa peduli pasangan sudah berada di aula pesta atau tidak,'

'Jika seperti ini masa depan macam apa yang akan terjadi nantinya?'

Chasing Gold And Avoid The Prince