Asmara di dua dimensi, ternyata benar adanya.
Bukti nyata yang di alami Widuri. Perempuan berusia 19 tahun itu mengalami rentetan keanehan setiap hari. Widuri kerap kali mendengar bisikan-bisikan masa depan yang tepat sesuai peristiwa yang terjadi di depan mata.
Mimpi berulang kali yang bertemu dengan pria tampan, membawanya ke tempat yang asing namun menenangkan. Widuri asyik dengan kesendiriannya, bahkan ia selalu menanti malam hari untuk segera tidur, agar bertemu dengan sosok pria yang ia anggap kekasihnya itu.
Puncaknya, 6 bulan berturut-turut, kejadian aneh makin menggila. Sang Nenek merasakan jika Widuri sedang tidak baik-baik saja. Wanita berusia lanjut itu membawa cucunya ke dukun, dan ternyata Widuri sudah ...
Ikuti kisah Widuri bersama sosok pria nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Kejadian Aneh
Widuri meringis kesakitan. Dia terkejut saat nenek Satia berdiri tegap dihadapannya. Wanita berusia lanjut itu menatap heran ke arah cucunya. Widuri yang terkejut masih mematung kebingungan.
"Widuri, kenapa kamu telanjang tidur?"
"Ah? maksud Nenek?"
Widuri terkesiap saat mendapati tubuhnya tanpa sehelai kain. Gegas ia mengambil sarung yang ada di atas bantal lalu menutupi tubuhnya.
"Kamu kenapa tidak pakai baju saat tidur? bagaimana kalau ada orang iseng intip kamu," ujat Nenek Satia yang khawatir.
Widuri yang tegang beranjak dari tempat tidur.
"Tadi, saya habis mandi, Nek. Karena kelelahan saya ketiduran, terima kasih sudah membangunkan," ucapnya.
"Ya sudah, kalau begitu pakai baju lah cepat. Tante Welas panggil kamu untuk bantu-bantu jadi panitia nikahan Yayang. Nenek tunggu kamu diluar," kata Nenek Satia lalu keluar dari kamar cucunya.
Widuri menutup pintu kamarnya. Segera ia memeriksa bagian kewanitaannya. Ditangannya ada cairan kental yang berasal dari bawah sana. Ia meyakini, cairan itu miliknya bersama Kailash setelah berhubungan tadi.
"Ck, padahal kami belum pamitan. Kenapa aku tiba-tiba bangun ya, apa karena nenek tiba-tiba membangunkan ku?" gumam Widuri yang sedikit kesal sebab malam pertamanya diganggu tanpa sengaja.
"Widuri, cepat Nak!" Seru Nenek Sati diluar. Sebentar lagi malam ini hujan akan turun.
Widuri bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Dia memakai pakaian tertutup agar lebih menghargai suaminya, Kailash.
"Ayo, nanti keburu hujan Widuri," seru neneknya lagi.
Setelah bersiap, Widuri bersama neneknya menuju kediaman tante Welas yang mulai ramai dengan tetangga dan keluarga. Di halaman, bambu sudah disiapkan sebagai upacara adat pernikahan nanti. Cukup mewah bagi penduduk yang tinggal di desa.
Widuri menelan ludah, dia teringat dengan pernikahannya dengan Kailash yang berlangsung sederhana. Tanpa dihadiri sanak saudara bahkan kedu arang tuanya.
"Andaikan pernikahanku bisa seperti ini bersama Kailash, pasti keluarga ku juga sangat bahagia," gumam Widuri.
Hembusan angin dingin kembali menyapu tengkuknya. Widuri merinding gegas masuk ke dalam rumah tantenya.
"Hei, sudah datang. Sini duduk," seru Lili memangil Widuri.
Para sepupunya sudah berkumpul rapat panitia. Undangan akan disebar sesuai para keluarga yang tutut mengundang. Namun, di tengah keramaian, Widuri lebih banyak diam. Sesekali hanya bersuara itupun bila ditanya.
"Aku pamit ke kamar mandi dulu ya, mau pipis," ucap Widuri yang sejak tadi menahan kencing.
Lili menyadari sikap aneh Widuri. "Kenapa Widuri lebih banyak diam ya? apa dia punya masalah?" tanyanya pada sepupunya yang lain.
"Iya, ya. Beberapa hari ini dia banyak melamun, diam, apa dia punya masalah ya sama cowoknya yang dirahasiakan itu?" timpal Irma.
Zaria yang selalu membela Widuri berusaha menetralkan pikiran buruk kedua sepupunya.
"Dia hanya lelah karena target di tempat kerja. Tahu kan sekarang perusahaan bikin ulah lagi."
Lili dan Irma larut dalam pikirannya masing-masing tentang perubahan sikap Widuri. Sementara wanita yang dikhawatirkan sedang merasa ada yang mengikutinya sedari tadi.
"Aku merasa sedang dipantau," gumam Widuri yang masih di dalam kamar mandi.
Namun, tiba-tiba di luar ada suara keributan. Terdengar suara sorak-sorakan para sanak saudara bersedih. Widuri keluar dari kamar mandi, suasana dapur yang tadinya ramai kini sepi.
"Ada apa?" tanya Widuri pada salah satu anak kecil yang melewatinya.
Anak kecil memberitahu jika ada kecelakaan beruntun di depan sana. Widuri terkejut, dia berlari keluar halaman yang sudah dipenuhi warga setempat.
"Hah? Siapa yang kecelakaan?" tanyanya pada Lili.
"Tadi, tadi katanya motor Yayang mau belok masuk, tapi malah di tabrak dua mobil," jelas Lili gemetar. Sebab, sepintas dia melihat motor Yayang dibonceng bapaknya hendak masuk ke halaman rumah.
Entah kenapa Widuri merasa aneh saat melihat kerumunan para warga yang mengelilingi tempat kejadian perkara. Suara bising terdengar campur aduk, dia melihat beberapa makhluk aneh yang seperti manusia tapi wajah-wajahnya asing. Seperti bukan warga setempat.
"Siapa mereka? kenapa terlihat aneh?" gumam Widuri yang berdiri di depan teras.
Widuri yang takut untuk menerobos kerumunan hanya berdiam di tempat. Yayang dan bapaknya sudah dimasukkan ke dalam ambulan. Para tetangga dan keluarga masih betah di tempat kejadian membahas kecelakaan yang terjadi. Widuri tak melepaskan pandangan dari kerumunan. Namun, yang terjadi malah makin mengejutkannya.
"Kemana orang-orang aneh tadi? kenapa langsung tidak disana?" Widuri bertanya-tanya seorang diri.
Orang-orang aneh yang dilihatnya menghilang tanpa jejak. Sedangkan para tetangga yang Widuri kenal masih tetap berdiri disana.
"Aneh .." Gumamnya lagi.
"Hei!"
Ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Ternyata Zaria.
"Bikin kaget saja!" Kesal Widuri.
"Habis kamu dari tadi di panggil-panggil tapi tidak menyahut, kamu kenapa?"
Widuri gelagapan. Memijit kepalanya sendiri.
"Kamu makin aneh deh," ketus Zaria.
"Tidak, tidak kok. Aku tadi hanya berhalusinasi, mungkin karena kurang tidur."
Widuri berkelit. Dia tidak bisa menceritakan hal aneh yang sudah dilihatnya. Sebab, ia sendiri masih tidak percaya dengan kejanggalan yang terjadi.
"Masuk istirahat, ayok. Sambil tunggu berita dari rumah sakit," ajak Zaria menarik tangan Widuri masuk ke rumah Tante Welas.
Widuri dan Zaria merasakan suasana rumah rumah tantenya berubah dingin. Zaria bahkan menyelonong masuk ke kamar Yayang mengambil jaket.
"Dingin banget," kata Lili yang baru saja muncul.
"Kamu dari mana?" tanya Zaria yang terkejut, sama dengan Widuri.
"Aku tadi dari belakang," jawab Lili yang terlihat santai.
Zaria dan Widuri saling berpandangan sesaat. "Dari tadi?" tanya keduanya serentak.
Lili yang bingung hanya mengangguk.
"Yayang tadi kecelakaan," ucap Zaria. Setelah itu menjelaskan kronologi kecelakaan yang menimpa Yayang.
Lili terkejut, dia juga kebingungan kenapa tidak mendengar suara apapun ketika di kamar tantenya.
"Aku tadi ketiduran, tapi .."
Lili mulai kebingungan sendiri. Padahal tadi dia hanya berniat mengambil karpet kecil di kamar tantenya.
"Yayang, yayang," para tetangga berseru setelah ada ambulan.
Terdengar kabar jika Yayang si calon pengantin telah meninggal dunia. Jenazah Yayang dibawa ke dalam rumah diiringi tangis keluarga. Widuri yang masih denial hanya mematung di sudut ruang tamu. Zaria dan Lili meninggalkannya karena mereka mendekati jenazah Yayang yang sudah tertutup kain batik.
"Ada apa ini?" gumam Widuri melihat keramaian yang terjadi.
Bukan karena kehadiran para tetangga yang histeris. Namun, penglihatan Widuri menampakkan hal ganjil lagi.
'Kenapa banyak tamu-tamu aneh lagi?' ucapnya dalam hati.
Para pelayat aneh itu berbaur dengan tetangga yang Widuri kenali. Para pelayat yang berwajah asing itu hanya diam tanpa ekspresi. Mereka terlihat hadir seolah memberi penghormatan terakhir kepada Yayang.
"Rumah yang seharusnya jadi rumah pengantin malah jadi rumah duka," ucap Zaria yang kembali berdiri didekat Widuri.
Tangan Zaria ditarik oleh Widuri. Zaria dapat merasakan jika tangan sepupunya itu gemetaran. Namun, Zaria menganggap jika reaksi ketakutan Widuri karena terkejut atas meninggalnya Yayang yang secara tiba-tiba.
"Lebih baik kita masuk ke kamar sebelah," ajak Zaria.
Kaki Widuri terasa berat melangkah. Tenggorokannya tercekat, bibirnya kelu untuk menjelaskan keadaannya saat ini.
Thor apa di dunia nyata ada cerita seperti ini?