Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak Macet
Part 27.
Tentu saja Zafran kaget, dalam penyamaran, masih ada yang mengenalinya. Zafran menoleh ke sumber suara. Tiga orang wanita mendekat.
"Maaf. Anda salah orang," ujar Zafran, bergegas menuju mobilnya.
"Aku tidak mungkin salah orang," ujar salah satu dari wanita tadi.
"Jelas-jelas kamu salah orang. Masih ngeles," ujar temannya.
"Yuk! Pergi dari sini. Orangnya saja bilang kalau dibukan Zafran," wanita satunya nyeletuk.
Sementara ketiga wanita itu berdebat. Zafran, Kayesa dan Maeka sudah berada di dalam mobil. Mobil pun meluncur meninggakan wahana bermain, menuju jalan raya.
Di perjalanan pulang, Kiano terlihat sangat lelah dan ngantuk, dia pun tertidur di pangkuan Kayesa. Saat mobil Zafran berhenti dan parkir di pinggir gang. Zafran membuka pintu, kemudian mengambil Kiano dari pangkuan Kayesa dan menggendongnya.
"Kamu tunggu di sini, kita akan kembali ke kantor. Aku antar Kiano dulu ke dalam," ujar Zafran, langsung bergegas masuk menyusuri gang diiringi Maeka.
Untuk sampai ke rumah kontrakan Kayesa butuh waktu berjalan pergi dan pulang lima belas menit.
"Terima kasih sudah membawa Kiano bermain, dan mengantarkan ke rumah," ucap Kayesa saat Zafran kembali ke mobil.
Menatap Kayesa sejenak, lalu duduk di belakang stir, menekan pedal gas dan meluncur menuju jalan raya. Zafran sudah kembali seperti biasa, diam dan dingin.
Kayesa pun hanya dia, matanya fokus menatap ke depan. Dia juga mengunci mulut, tak bicara sepatah pun. Dua puluh menit kemudian, mobil yang dikendarai Zafran memasuki kawasan kantor, Zafran menghentikan mobilnya dan segera turun, diiringi dengan Kayesa.
Tanpa basa basi atau pun ajakan, Zafran melangkah memasuki pintu utama kantor, di sebelahnya berjalan Kayesa. Kayesa tetap berusaha mensejajari langkah Zafran, karena jika Kayesa tertinggal selangkah saja, Zafran akan berhenti berjalan dan menunggunya.
Saat Kayesa ingin memasuki lift karyawan, Zafran menarik tangannya agar ikut masuk ke lift di sebelahnya, lift khusus CEO dan kepala bagian divisi. Begitu berada di dalam lift, Kayesa menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Zafran.
Klik, lift terbuka, Kayesa menunggu Zafran melangkah duluan, Zafran malah menunggunya di samping pintu lift. Tak menunggu perintah dari Zafran, Kayesa segera mensejajarinya.
"Esa! Kamu dari mana?" Tanya Ruhi saat Kayesa melewati ruangannya.
"Baru dari luar," jawab Kayesa.
"Apa tuan mengajakmu kencan," bisik Ruhi, karena Ruhi tahu semua kerjaan Zafran hari ini dihendel oleh Rayzad.
"Apaan sich kakak," ujar Kayesa kemudian bergegas menyusul Zafran
Saat melewati ruangan Alena, Kayesa menyempatkan melirik, ruangan itu sudah sepi, sudah tidak terlihat batang hidung Alena. Kayesa menatap jam di layar ponselnya, sudah pukul lima lewat tiga puluh menit.
"Mungkin Alena sudah pulang," batin Kayesa.
Begitu ruangan Zafran terbuka, Kayesa segera merapikan berkas-berkas yang tadi masih berserakan, karena tadi dia turun dadakan, jadi belum sempat merapikan.
"Tuan! Bolehkah pekerjaan ini ku selesaikan di rumah?"
"Tidak usah. Masih ada hari esok," jawab Zafran.
Zafran duduk di kursi kerjanya, kemudian menelepon Rayzad, menanyakan hasil pertemuan hari ini dan meminta Rayzad ke ruangannya, beberapa menit krmudian Rayzad datang membawa proposal dari beberapa perusahaan yang ingin melakukan kerjasama.
"Besok mereka akan ke sini lagi, ingin bicara langsung dengan Tuan."
"Atur saja waktunya besok," titah Zafran.
"Okay! Saya pamit pulang. Tuan."
"Iya," ucap Zafran sambil mengangguk.
Sepeninggalan Rayzad, Zafran menyimpan berkas-berkas penting itu ke dalam laci mejanya. Sekilas ditatapnya Kayesa yang masih merapikan beberapa berkas.
"Letakkan saja di meja sofa," ujar Zafran.
Kayesa mematikan laptop yang tadi waktu ditinggalnya masih menyala. Setelah itu menyerahkan laptop ke Zafran, Zafran memberi kode agar Kayesa memasukkan langsung laptop itu ke dalam tas kerjanya.
Setelah memastikan semua sudah beres, Kayesa meraih kunci motor dan tas tangannya.
"Tuan! Saya pamit pulang," ujar Kayesa sambil memperbaiki cantolan tas di bahunya.
Zafran hanya mengangguk, dia pun sudah siap-siap meninggalkan kantor, tas kerja sudah berada dalam tentengannya. Begitu Kayesa melangkah ke luar, Zafran juga ke luar.
Dengan langkah lebar Kayesa berjalan cepat-cepat, dia berharap bisa menjauh dari Zafran. Saat menyusuri koridor kantor, Kayesa sempat menoleh ke bekalang, Zafran ada di belakangnya sekitar sepuluh meter.
Kayesa berdiri di depan lift, menunggu beberapa menit, lift terbuka, begitu Kayesa masuk, Zafran lewat dan masuk di lift sebelah dan saat lift terbuka, Kayesa dan Zafran keluar secara bersamaan. Untungnya begitu keluar lift, Zafran menerima panggilan telepon, jadi Kayesa bebas mendahului Zafran.
"Sial! Kenapa ban motorku dua-duanya bisa kempes," gerutu Kayesa sambil memengang kepalanya.
"Duk... pasti ada yang usil," Kayesa mondar mandir, dia sedang berpikir mau minta bantuan ke siapa.
"Kenapa?"
Tiba-tiba Zafran sudah berdiri di samping Kayesa. Dia merasa heran saja, kenapa wanita itu masih berdiri di situ, bukannya langsung pulang.
"Ban motorku kempes."
"Kok bisa?" Tanya Zafran saat melihat kedua ban motor Kayesa kempes.
"Tuh... Nyatanya bisa," ujar Kayesa kesal.
"Ikut aku saja pulangnya."
"Terus motorku?"
"Tinggal saja."
"Besok aku ke kantor, pakai apa?"
Zafran menarik tangan Kayesa, lalu membuka pintu mobil dan memaksanya masuk. Begitu Kayesa sudah di dalam mobil, Zafran menutup pintunya, lalu mengeliling, membuka pintu, duduk di depan stir. Kemudian Zafran menelepon Rio sang scurity agar membawa motor Kayesa ke bengkel.
"Kasihkan kunci motornya ke Rio," ujar Zafran saat melihat Rio menuju ke arah mereka.
Kayesa menurunkan kaca mobil, lalu menyerahkan kunci motornya ke scurity itu.
"Terima kasih pak Rio," ujar Kayesa.
"Iya. Non Esa. Sama-sama." Balas Rio lalu dia beranjak.
Sepeninggalan Rio, Zafran menekan pedal gas, mobilnya pun meluncur meninggalkan kantor, menuju jalan raya. Jalanan padat merayap, biasanya saat mobil Zafran merambah di jalan, banyak supir mobil yang menyingkir memberinya jalan. Sekarang tidak bisa, karena tidak ada lowongan untuk memberi jalan. Maka mobil Zafran ikutan antri.
Saharusnya tadi dia tidak mengikuti jalan utama. Karena jalan ini biasanya jam-jam segini memamg macet, tadi Zafran ambil jalur ini, karena ingin mengantar Kayesa terlebih dahulu. Ternyata malah terjebak macet.
Tok... Tok... Tok, seseorang mengetuk kaca mobil Zafran. Zafran menurutkan kacanya.
"Tuan! Lima meter di depan ambil jalur kiri. Jika Tuan melanjutkan jalan ini. Tuan bisa terjebak tiga sampai lima jam."
"Baiklah, terima kasih," ujar Zafran, seraya menekan pedal gas pelan.
Seperti petunjuk orang tadi, Zafran membelokkan mobilnya ke sebelah kiri. Ini artinya, dia memutar balik melewati apartemennya, baru memutar lagi ke rumah kontrakan Kayesa.
Seperlima menit kemudian, mobil yang dikendarai Zafran, memasuki kawasan elit, sebuah bangunan merawah berdiri kokoh. Zafran memarkir mobilnya.
"Ke apartementku dulu," ujar Zafran.
Kayesa menatap keluar, dilihatnya bangun mewah berdiri tegak.
"Ayuk! kita ke atas dulu." Ajak Zafran seraya turun dari mobilnya.
"Saya tunggu di mobil saja. Tuan."
"Hari senja! Tidak baik sendirian di sini. Ke atas kamu bisa istirahat sebentar, menjelang aku selesai mandi," ujar Zafran, seraya menarik tangan Kayesa memaksanya turun.
"Tapi Tuan!"
"Tak ada tapi-tapi," Zafran memaksa Kayesa turun, lalu menutup pintu mobil dan menyeret Kayesa masuk ke apartment.
"Tuan! Lepaskan." rengek Kayesa.
"Lepaskan! Tuh orang-orang melihat Tuan. Ntar Tuan dikira menculik saya lagi," ujar Kayesa berbisik. Namun, Zafran tak perduli sama sekali dengan bisikan Kayesa.
"Lepas! Sakit!"
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.