Gagal menikah yang kedua kalinya membuat Raisa Marwa memberanikan diri melamar Satria Langit Bos dikantornya yang terkenal playboy.
Bagaimana perasaan Satria?
Bagaimana juga dengan kekasihnya Satria yang bernama Rega?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Merasa tidak mengenal dengan gadis yang memanggilnya,Satria meninggalkan begitu saja namun gadis itu sengaja menahan dengan menarik lengannya.Satria tidak tetap tidak merespon meski dia sempat berhenti sebentar.
Raisa melihat kejadian tersebut pura-pura membuang muka,meski Satria sudah memberi kode untuk membantunya.
"Sayang,ayo kita pulang."ajak Satria mendekati Raisa
"Sayang?maksud kamu dia?"tanya Gadis tersebut
"Maaf,aku tidak mengenalmu."jawab Satria meraih Abai dan menggendongnya
"Sat,ini aku Danisa!"kata gadis itu setengah berteriak
Meski berteriak sekalipun Satria tetap tidak menggubrisnya,kali benar-benar dia tidak mengenalnya,Satria meraih tangan Raisa yang tetap diam melihat drama didepannya.Meski begitu bibirnya tetap tersenyum melihat gadis yang bernama Danisa masih ngotot.
"Presdir apa kita sudah bisa pulang?"tanya Raisa
"Sa,jangan memperkeruh suasana."jawab Satria
"Kak,jadi kamu apanya Satria?"tanya Danisa kepada Raisa
"Ah,aku hanya....."
"Dia istriku."jawab Satria
Wajah Danisa merah padam dibuatnya,dia tidak percaya Satria memiliki istri yang sangat alim dan juga sangat cantik.Apalagi didepannya Satria menggandeng tangannya dan kemungkinan itu juga anaknya.
Selama perjalanan pulang tidak ada satu kata yang terucap,Raisa lebih banyak memandang kearah luar sementara Satria lebih fokus mengemudi.
Sampai dirumah keduannya juga hanya diam,Raisa merasa kaku dengan keadaan,dia tidak marah hanya saja Satria terlanjur diam meski dia sendiri juga tersiksa.
"Sayang,jangan diam gitu dong."kata Satria
"Yang diam duluan itu kamu Mas."kata Raisa
"Sorry,aku cuma...."
"Sudah,jangan dilanjutkan kalau kamu memang gak mengenalnya."
Satria menggendong Abai yang sedikit rewel,saat ini dia menjadi sosok Ayah yang sangat perhatian, meski itu sangat kecil baginya, waktu bersama Abai sangat tidak banyak karena dia harus memikul beban yang berat dipundaknya,mengelola kembali bisnis yang dirintis kedua orang tuannya.
"Mas,aku ambilin makan ya tadi kamu belum sempat makan."kata Raisa
"He hem."kata Satria mengangguk
Bibirnya tersenyum sambil bersenandung menghibur Abai,meski Abai sudah terlelap.Raisa kembali masuk dengan membawa makan malam,semangkuk buah dan sup serta putih telur menjadi makan malamnya.
"Sudah makan dulu."kata Raisa
"He hem,makasih sayang."kata Satria
Setelah meletakkan Abai ditempat tidurnya Satria duduk disofa menikmati makan malamnya,ada rasa bersalah kepada Raisa hari ini,harusnya tadi tancap gas langsung pulang kerumah meski Raisa akan marah padanya mungkin itu akan lebih baik.
Setelah mengganti bajunya Raisa duduk menemani Satria,pandangannya tertuju kepadanya,wajah tampan meski tanpa senyum yang duduk didepannya.
"Sudah puas memandang wajahku?"tanya Satria
"Kamu sadar ya aku terus memandangmu?"tanya Raisa
"Tentu saja."jawab Satria
"Kamu gak tanya alasannya?"tanya Raisa
"Karena aku tampan,kaya ,mapan dan pasti aku sangat mencintaimu."jawab Satria
Raisa memukul kepala Satria dengan bantal sofa,Satria berusaha menangkis dengan tangannya,melempar begitu saja bantal yang dipegang Raisa dan menggenggam tangan Raisa erat.
"Tidak apa-apa kalau kamu mau marah,aku lebih senang kamu memukulku daripada kamu mendiamkanku."kata Raisa
"Jadi mau aku pukul?"tanya Raisa
"Tidak masalah jika itu membuatmu merasa lega."jawab Satria
"Cup."Raisa mencium pipi Satria
"Jadi kamu gak marah."kata Satria
Raisa tersenyum menatap kearah Satria,dia beranjak dan merebahkan tubuhnya diranjang menutup dengan selimut takut Satria minta lebih,hari ini sangat melelahkan baginya jangan sampai telinga Raisa mendengar rengekan Satria.
Satria keluar dari kamar membawa piring kotor menuju dapur dan kembali keatas menuju ruangannya.Randi sudah menyiapkan semua dimeja,malam ini harus lembur karena siang tadi meninggalkan separuh pekerjaannya.
****
Randi memandangi langit-langit kamarnya,otaknya berfikir bagaimana cara membuat keluarga Langit runtuh,sebelumnya dia sudah menyanggupi untuk membantu merubuhkan pilar perusahaan yang menjadi lawan bisnis milik saudaranya.
Tidak ada sepeserpun uang yang Randi terima,hanya makian dan hujatan dari keluarga Angkasa.Perusahaan Angkasa masih bernaung dibawah perusahaan Langit,hanya karena rasa iri dan cemburu membuat Keluarga Angkasa memilih Randi untuk menghancurkan perusahaan dari dalam.
"Aku harus bagaimana?"tanya Randi lirih sambil mengacak-acak rambutnya
Satria menghubungi Randi karena dia butuh bantuan,tanpa berfikir làgi Randi keluar dengan membawa laptopnya menuju ruang kerja Satria.Malam ini Randi banyak melamun dan beberapa kali gagal fokus,Satria mencoba menebak meski gagal mendapatkan jawaban.
"Kamu sakit?"tanya Satria
"Ah,tidak Bos."jawab Randi
"Dari tadi melamun,bengong gak konsentrasi,apa kamu punya masalah?"tanya Satria
Sekali lagi Randi melamun,bahkan sampai Satria menepuk pundaknya baru dia tersadar,dalam sadarnya Randi terisak,Satria mengakhiri pekerjaannya dengan menutup laptop dan mencoba mengajak Randi bicara,menganggapnya seperti saudara,Satria menyodorkan sebotol air mineral.
"Tidak apa-apa,menangislah mungkin kamu akan merasa lega."kata Satria
"Bos,maafkan saya."kata Randi
"Maaf?kamu bikin ulah?"tanya Satria
"Iya."jawab Randi
Satria tidak ingin terus mendesak Randi karena melihat keadaannya seperti sedang memikul beban dipundaknya.Kali ini Satria hanya menemani Randi sampai benar-benar terdiam dari tangisnya.
"Pergilah istirahat,lain waktu kita bicara lagi ini sudah malam."kata Satria
"Maafkan saya Bos."kata Randi pamit keluar dari ruangan kerjanya
Satria kembali kedalam kamar setelah beberapa saat meninggalkan Raisa dan Abai,dia mencoba merebahkan tubuhnya,menutup mata dan menghilangkan pikiran buruk tentang Randi.Andai saat ini Raisa masih terjaga mungkin Satria bisa mencurahkan kepada Raisa tentang Randi.
Satria menoleh kearah Raisa,memandang wajahnya dan mengusap wajahnya dengan lembut,mata Raisa terbuka bibirnya tersenyum dan kembali menutup karena benar-benar lelah.
****
Pagi hari Lala sudah membuat kalang kabut keluarga,Lala mengalami sesak nafas karena kembali salah makan,dia makan sepotong keju yang diambilnya dari dalam kulkas.
Oma dan Opa langsung membawanya keklinik terdekat,Tamara yang sering mengalami morning sickness masih belum keluar dari kamarnya hanya Rama yang sudah terlihat siap bekerja.
Raisa selesai menyiapakan sarapan dan mengajak Mbak Ning duduk dibelakang,mencoba meminta penjelasan atas keteledorannya.
"Mbak,kamu tahu Lala alergi kenapa masih bisa terjadi?"tanya Raisa
"Saya sedang dikamar mandi tadi Mbak,Lala keluar kamar juga biasanya bilang tapi tadi sama sekali gak bilang."jawab Mbak Ning
"Ya sudah lain kali kunci pintunya dulu,jangan biarkan dia keluar sendiri."kata Raisa
Mbak Ning hanya mengangguk,dia membawa Abai karena Lista belum sarapan.Lista duduk dekat Satria,menoleh kearah kursi yang biasanya diduduki Randi.
"Randi mana Mas?"tanya Raisa
"Mungkin masih diatas,sepertinya dia sedang dalam masalah."jawab Satria
"Masalah apa Sat?"tanya Rama
"Semalam dia beberapa kali minta maaf dan menangis."jawab Satria
"Kenapa?"tanya Raisa
"Semalam udah lelah,makanya belum sempat bicara."jawab Satria