NovelToon NovelToon
BABYSITTER KESAYANGAN CEO

BABYSITTER KESAYANGAN CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Pengasuh / Ibu Tiri / Chicklit
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Kiandra Pravira, baru saja kembali ke Jakarta dengan hati yang hancur setelah dikhianati mantan kekasihnya yang menjalin hubungan dengan adiknya sendiri. Saat berusaha bangkit dan mencari pekerjaan, takdir membawanya bertemu dengan Axton Velasco, CEO tampan dari Velasco Group. Alih-alih menjadi sekretaris seperti yang ia lamar, Kiandra justru ditawari pekerjaan sebagai babysitter untuk putra Axton, Kenric, seorang bocah enam tahun yang keras kepala, nakal, dan penuh amarah karena kehilangan Ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Sudah tiga hari mereka berada di rumah sakit. Syukurlah, berkat rahmat Tuhan, kondisi Kenric kini jauh membaik.

Sesekali Axton menelepon untuk menanyakan kabar putranya. Sebenarnya Kiandra tidak keberatan, asal memang soal Kenric. Tapi akhir-akhir ini, ada nada menggoda dalam suara pria itu yang membuatnya salah tingkah. Ia bahkan belum tahu harus menjawab apa nanti. Ya, ia menyukai Axton… tapi bukan berarti siap menjadikannya kekasih. Entahlah. Biarlah waktu yang menjawab.

“Kiandra jelek, kapan aku bisa keluar dari sini? Aku nggak suka tempat ini. Kapan Daddy pulang?” Begitulah celoteh Kenric setiap kali bangun tidur. Rasa rindunya pada Axton begitu jelas.

“Kalau semua hasil tesmu sudah bersih, kamu boleh pulang. Jadi makan yang banyak supaya cepat sembuh. Daddy-mu pulang minggu depan. Jadi minggu depan kamu harus sudah sehat,” jawab Kiandra sambil mengupas jeruk. Helena semalam membawakan banyak buah segar.

“Aku bosan di sini. Aku nggak suka perawat yang selalu nusuk-nusuk ini!” Kenric menunjuk infus di tangan kirinya.

“Sabarlah sedikit. Kamu butuh itu untuk mengembalikan tenagamu. Nih, makan dulu.” Kiandra menyodorkan jeruk yang sudah dikupas. Untungnya, Kenric mau memakannya tanpa protes.

Anak itu memang tampak lebih kurus karena sempat dua hari sulit makan. Baru hari ini Kiandra berhasil membujuknya. Ia lega sekali. Selama dua bulan menjadi babysitter, ia sadar pekerjaan ini tidak mudah. Kesabaran ekstra selalu dibutuhkan. Tapi, semua terbayar ketika melihat Kenric mulai terbuka padanya.

Di usianya sekarang, Kiandra tahu seharusnya ia sudah punya anak. Tapi kenyataannya berbeda. Sederhananya, ia merasa seperti kaleng kosong. Belum pernah ia berterus terang pada ayahnya bahwa ia tidak bisa memberinya cucu. Untunglah, Anaya sedang hamil, harapannya itu bisa sedikit mengobati luka keluarga. Meski begitu, Kiandra masih belum bisa sepenuhnya melupakan pengkhianatan mereka.

“Hei! Kiandra jelek! Aku mau lagi!” teriak Kenric, membuat Kiandra tersentak.

“Maaf, aku tadi melamun.” Kiandra terkekeh canggung.

“Daddy-ku?” tanya Kenric polos.

“Bukan. Jangan banyak tanya, makan saja yang banyak. Lalu istirahat.” Kiandra menyodorkan jeruk terakhir. Setelah selesai, ia membantu Kenric berbaring.

“Kalau aku tidur, jangan pergi ke mana-mana. Nanti perawat jelek itu datang lagi. Aku nggak suka dia.”

Kiandra tertawa pelan. Anak ini jelas malu mengaku kalau sebenarnya takut. “Tenang, aku nggak akan ke mana-mana. Tidurlah.”

Hari semakin malam. Kiandra duduk di sofa. Meski tidak melakukan banyak hal, tetap saja terasa melelahkan. Untung depresinya tidak kambuh. Obat yang ia konsumsi cukup manjur, membuat perasaannya stabil. Ia menarik napas lega.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Nama yang muncul membuat jantungnya berdegup.

“Ya, Tuan Axton?” suaranya lirih.

“Bagaimana kondisi anakku?”

“Dia sudah jauh lebih baik. Kalau hasil tesnya bersih, bisa langsung pulang.”

“Bagus. Lalu kamu? Bagaimana harimu?”

“A-aku baik-baik saja…”

“Kamu selalu terbata-bata kalau aku tanya soal dirimu. Apa aku membuatmu tidak nyaman?”

“Tidak! Hanya saja… aku belum terbiasa.”

“Benarkah? Tapi aku belum lupa pertanyaanku. Aku ingin jawabanmu begitu aku kembali ke sana.”

Kiandra terdiam, wajahnya panas. “A-ah, ya.”

“Istirahatlah. Sampai jumpa, Kiandra.”

Panggilan terputus. Kiandra menjatuhkan ponsel ke pangkuannya. Untung Kenric sedang tidur, kalau tidak pasti anak itu menggoda habis-habisan. Jantungnya berdetak tidak karuan. Kenapa Axton harus mengingatkan hal itu lagi? Ia bahkan belum punya jawaban!

Tapi satu hal yang pasti, perasaannya pada Axton berbeda. Ia memang pernah mencintai Aiden, tapi tidak pernah sedalam ini. Apa ia baru saja membandingkan mereka lagi? Kiandra menutup wajah dengan kedua tangan. “Astaga, ada apa denganku?” gumamnya.

Lebih baik ia tidur saja.

**

Pagi harinya, sekitar jam enam, Kiandra terbangun. Kenric masih terlelap. Ia meraih ponselnya. Ada dua pesan masuk dari ayahnya dan dari Axton.

Pesan ayahnya sederhana, tapi hangat. Menyemangati dan bertanya kapan ia pulang. Kiandra tersenyum lalu membalas singkat, mengatakan mungkin ia masih lama.

Kemudian ia membuka pesan dari Axton. Jantungnya kembali berdebar kencang. “Rawat Kenric baik-baik, dan jangan lupa jaga dirimu juga. Aku merindukan kalian berdua.”

Astaga. Kalimat terakhir membuat wajahnya memanas seketika.

“Kiandra jelek, kenapa kamu senyum-senyum bodoh menatap ponsel? Wajahmu juga merah. Pasti Daddy yang kirim pesan ya? Sudah kubilang, akui saja. Aku nggak akan menentangnya.”

Kiandra menoleh. Kenric rupanya sudah duduk di ranjang, menyeringai nakal.

“D-diam, Tuan Muda! Kamu yang salah! Kamu yang bilang ke Daddymu kalau aku menyukainya!” seru Kiandra panik.

Kenric mengangkat bahu. “Aku cuma membantu. Lagipula itu bukan kebohongan. Aku nggak pandai berbohong, itu tidak baik. Tapi kalau kamu nggak mau, aku bisa tarik kembali kata-kataku.”

“Sudah telanjur, Nak! Lagian, ayo ganti infus dulu. Aku panggil perawat, ya.” Kiandra menyeringai balik.

“Apa?! Jangan! Jangan berani panggil perawat jelek itu!” wajah Kenric langsung pucat.

Kiandra tertawa puas. “Itu hukumanmu. Tunggu di sini, aku panggil dulu.”

“Kamu! Aku benci kamu, Kiandraaa! Aku akan mengadu ke Daddy!” oceh Kenric sambil manyun.

Kiandra masih tertawa kecil. Anak ini memang luar biasa. Ia lalu bangkit, berniat mencari sesuatu untuk dimakan karena perutnya tiba-tiba lapar.

Tiba-tiba seseorang memanggil. “Kak?”

Kiandra menoleh. Jantungnya serasa berhenti. Anaya.

“A-Anaya?! Ngapain kamu di sini?” Sial. Kemarin Aiden, sekarang adiknya lagi.

“Aku sama Ibu. Lupa ambil foto USG, katanya ditinggal di sini. Kalau kamu? Ngapain ke rumah sakit?”

Kiandra panik. Anaya tidak boleh tahu soal pekerjaannya. “Ah… cuma check up. Aku duluan ya, ada urusan. Titip salam buat Ibu.”

Tanpa menunggu jawaban, Kiandra segera bergegas. Ia memilih lewat tangga belakang. Benar-benar sial!

1
Rohana Omar
up date .....up date jgn di gantung seperti baju di jemuran athor
Melon: Update terusss ko tiap harii, 1 hari 3 bab yaa☺️
total 1 replies
kayahhh
lanjut thierr
kayahhh
rame
Anonymous
🩵
Lina ayuu
oke
Silvi
gud
Sania Anugrah
👍👍
Anonymous
lanjut 🤭
Lira
God
Diana sabila
lanjut 😍😍😍
Dewi sartika
bagus
sumiati
la jut
sumiati
bagus
erin
lanjut 😍
Asyatun 1
lanjut
Mira Hastati
bagus
Asyatun 1
lanjut
Sastri Dalila
👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!