NovelToon NovelToon
Suami Hyper Anak SMA

Suami Hyper Anak SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Teen Angst / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Raey Luma

"DAVINNNN!" Suara lantang Leora memenuhi seisi kamar.
Ia terbangun dengan kepala berat dan tubuh yang terasa aneh.
Selimut tebal melilit rapat di tubuhnya, dan ketika ia sadar… sesuatu sudah berubah. Bajunya tak lagi terpasang. Davin menoleh dari kursi dekat jendela,
"Kenapa. Kaget?"
"Semalem, lo apain gue. Hah?!!"
"Nggak, ngapa-ngapain sih. Cuma, 'masuk sedikit'. Gak papa, 'kan?"
"Dasaaar Cowok Gila!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raey Luma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi

Setibanya di rumah. Bi Marni langsung membawakan handuk dan juga teh hangat yang kebetulan ia buat belum lama.

"Non, dari mana aja?" tanya Marni, dengan cemas.

"Ini nih. Dari tadi nungguin si Davin. Tapi, dia malah enak enak di rumah, tanpa mikirin aku." Balas Leora, sambil menggosokkan handuk ke rambutnya yang masih basah.

Davin yang baru saja melepas jas, langsung menyeret tangan Leora. "Ikut gue!"

"Den. Tunggu sampai Non Leora minum teh anget dulu." Marni mencoba menghentikan.

"Aku bisa buatin sendiri, Bi. Ada hal yang harus aku omongin sama dia. Penting." katanya dengan tergesa.

Marni hanya terdiam di ruangan itu, melihat Davin dan Leora yang perlahan mulai dekat daripada sebelumnya.

Sementara di sisi lain, Leora masih marah terhadap pria yang kini sedang bersamanya.

"Lepasin gue. Davin! Lo kasar banget jadi cowok!" tegas Leora, sambil menghempaskan tangan Davin dari lengannya sendiri.

"Ikut ke kamar gue."

"K-kamar lo? Mau ngapain? Dasar mesum!"

Davin mendengus kesal. “Bukan itu maksud gue, Leora. Lo masih aja salah paham.”

Suara hujan di luar masih terdengar deras, petir menyambar samar di kejauhan.

Tanpa banyak bicara, Davin membuka pintu kamarnya dan berdiri di sana, menatap Leora tajam tapi tak seagresif tadi.

“Masuk,” ujarnya datar.

Leora menatapnya waspada. “Gue gak mau. Kalo lo ada niat aneh, gue bakal teriak.”

“Lo pikir gue semesum itu?” jawab Davin, lalu berjalan ke meja belajarnya. Ia mengambil sesuatu dari laci dan menaruhnya di atas meja. “Nih. Gue cuma mau lo lihat pesan dari Om Ardy."

Leora tertegun. Tatapan matanya berubah, dari marah menjadi canggung.

"Papa?” katanya pelan, suaranya menurun. “Jadi lo ngajak gue ke sini cuma mau nunjukin itu doang?”

Davin menatapnya sekilas. “Baca dulu. Baru ngomong."

Leora pun membuka ponsel itu, dan membaca isi pesan di dalamnya.

"Leora. Papa lagi sibuk banget. Tolong, jangan buat masalah. Ikutin perkataan Davin. Bagaimanapun kamu sudah jadi istrinya."

"Ck. Gak Papa, gak elo, sama aja nyebelin." kata Leora, sambil melempar asal ponsel Davin.

"Lo baca satu lagi."

"Emang ada?"

"Ada lah, oon. Masa lo gak bisa lihat pesan dibawahnya."

Leora mendengus, mengambil kembali ponsel Davin dengan malas. “Apa lagi sih…” gumamnya sambil menggulir layar.

Pesan berikutnya. Dari Papa Ardy juga.

"Malam ini Papa mau video call. Papa pengin lihat kalian berdua bareng. Kalian harus rukun dan harmonis ya. Papa percaya sama Davin, bakal jaga Leora dengan baik.”

Leora terdiam. Wajahnya seketika menegang.

“Rukun? Harmonis? Papa pikir ini acara sinetron kali ya!” serunya, menatap Davin tak percaya. “Dan lo… lo bener-bener nurut, cuma buat itu?”

Davin tidak menjawab. Ia hanya melangkah pelan ke arah lemari, membuka pintunya, lalu menarik keluar setumpuk pakaian wanita lengkap—mulai dari piyama bersih, handuk baru, sampai alat make up kecil yang disusun rapi di meja rias.

Leora memandanginya, bengong. “Gila. Lo tuh beneran gila, Davin. Dari mana lo dapet semua ini?”

“Dari toko. Gue beli sendiri,” jawab Davin santai. “Papa lo bilang, kita harus kelihatan seperti pasangan beneran. Jadi ya… gue siapin semuanya.”

“Dan harus di kamar lo?” suara Leora meninggi. “Kenapa gak di ruang tamu, atau dapur, atau mana kek! Kenapa harus di tempat ini?”

Davin menatapnya lama, dengan sorot mata yang sulit dibaca. “Karena kalau Papa lo lihat latarnya ruang tamu, semua orang bisa nebak kalau kita cuma pura-pura. Tapi kalau di kamar—”

“Berarti lo pengin Papa gue mikir kita beneran…”

“Persis,” potong Davin datar. “Biar gak ada yang curiga. Lo maunya Papa terus mikir kita cuma akting karena keputusan mereka, gitu?”

Leora menatapnya tajam, tapi hatinya justru berdebar.

“Lo keterlaluan, Vin.”

“Gue cuma nurut pesan Papa lo. Lo juga harusnya gitu.”

Leora menggigit bibir bawahnya, menahan campuran emosi dan kebingungan.

Di satu sisi, ia kesal. Bagaimana bisa Davin seenaknya mengatur hidupnya?

“Gue gak mau lakuin itu semua,” katanya pelan tapi tegas.

“Please. 30 hari aja, setelah itu lo bebas mau lanjut atau cuekin gue. Ini buat Papa lo dan Papa gue juga,” sahut Davin tenang. “Cuma pura-pura.”

Kalimat itu menancap di kepala Leora, membuat dadanya terasa sesak entah kenapa.

Davin lalu berjalan ke arah meja, menyalakan laptop, dan memeriksa sambungan internet. “Sepuluh menit lagi. Papa lo bakal nelpon.”

Leora terdiam di ambang pintu kamar, menggenggam handuknya erat.

"Oke. Gue mandi dulu, tapi lo harus keluar."

"Gak masalah,"

Keduanya kini melakukan aktivitas berbeda. Yang tidak Leora tahu, pria itu diam diam belajar masak dan membuatkan teh untuk dirinya.

Davin tidak pernah menyentuh kompor sebelumnya, namun karena ia sudah menyepakati perjanjian Papanya, akhirnya ia belajar banyak hal. Meskipun, ia sendiri tak yakin pernikahan konyol ini akan bertahan.

Sepuluh menit berlalu, Davin masuk ke kamarnya. Namun, tak ditemui Leora di sana.

Ia melangkah ke pintu kamar mandi.

Tok. Tok.

Leora menjawab, dengan suara parau. "Gue puyeng, Vin."

"Leora, lo jangan becanda."

Keran air tak berhenti mengalir. Leora tak menjawab lagi.

Davin kembali mengetuk pintu itu.

Tok. Tok.

Leora.

Namun tak ada jawaban.

Bingung. Bagaimana ia masuk ke dalam untuk memastikan. Ia takut dicap mesum.

Davin kembali menatap pintu itu lama. Jantungnya berdetak tak karuan.

“Leora, buka pintunya,” ujarnya pelan tapi tegas. Tak ada sahutan.

Rasa cemas mulai naik ke dada. Ia menatap gagang pintu, lalu menghela napas dalam.

“Maaf, Lora,” gumamnya, sebelum akhirnya memutar knop dan mendorongnya perlahan.

Begitu pintu terbuka, uap hangat menyelimuti ruangan. Leora terduduk di lantai, bersandar ke dinding, wajahnya pucat, bibirnya gemetar. Beruntung handuk sudah terpasang di badannya.

“Leora!” Davin langsung menghampiri, menahan tubuh gadis itu yang hampir jatuh.

“Aku... pusing…” suaranya nyaris tak terdengar.

Tanpa pikir panjang, Davin mengangkatnya ke pelukan, membawa Leora keluar dari kamar mandi dengan hati-hati.

Air masih menetes dari ujung rambutnya, membasahi bahu Davin yang dingin.

“Lo kenapa Leora? Jangan bikin gue panik,” bisik Davin lirih, menatap wajahnya yang lemah.

Baru saja Davin meletakkan Leora di tempat tidur, notifikasi panggilan video muncul di layar laptop.

Nama Papa Ardy terpampang jelas.

“Gila… sekarang?” gumam Davin, panik. Ia melirik Leora yang masih setengah sadar, lalu buru-buru menutup selimut sampai bahunya.

Dengan napas memburu, Davin menekan tombol accept.

Wajah Papa Ardy langsung muncul, disertai senyum lega.

“Davin! Leora! Akhirnya Papa bisa lihat kalian berdua,” katanya semangat.

Davin mencoba tersenyum kaku. “Iya, Pa. Tapi Leora ketiduran. Tadi kami abis kehujanan.”

“Oh begitu?” Ardy mencondongkan wajah ke layar, matanya memperhatikan selimut yang menutupi bahu Leora. “Kalian… udah kelihatan akrab, ya?”

Davin nyaris tersedak udara. “Ah—iya, Pa. Sedikit… akrab.”

Leora tiba-tiba bergumam dalam tidur, “Davin…”

Davin menegang seketika. Menelan ludah.

Papa Ardy tertawa puas. “Nah, gitu dong. Papa senang liat kalian udah cocok. Jangan sering berantem, ya. Jaga Leora baik-baik.”

“Iya, Pa…” jawab Davin pelan, menatap Leora yang kini tampak damai di pelukannya.

"Nanti salamin ke Leora, kalo Papa baik baik aja di sini."

"Iya, Pa..."

"Kalau gitu Papa tutup dulu teleponnya, kayaknya papa salah waktu. Maaf udah ganggu waktu kalian berdua."

"Enggak P-pa–"

Panggilan terputus. Davin segera menepuk jidatnya.

Kacau.

Pasti hal ini akan sampai pada Papanya juga.

"Leora. Kenapa sih lo pingsan gak tau waktu banget. Ujung-ujungnya entar gue juga yang lo salahin."

1
Shifa Burhan
author tolong jawaban donk dengan jujur

*kenapa di novel2 pernikahan paksa dan sang suami masih punya pacar, maka kalian tegas anggap itu selingkuh, dan pacar suami kalian anggap wanita murahana, dan suami kalian anggap melakukan kesalahan paling fatal karena tidak menghargai pernikahan dan tidak menghargai istrinya, kalian akan buat suami dapat karma, menyesal, dan mengemis maaf, istri kalian buat tegas pergi dan tidak mudah memaafkan, dan satu lagi kalian pasti hadirkan lelaki lain yang jadi pahlawan bagi sang istri

*tapi sangat berbanding terbalik dengan novel2 pernikahan paksa tapi sang istri yang masih punya pacar, kalian bukan anggap itu selingkuh, pacar istri kalian anggap korban yang harus diperlakukan sangat2 lembut, kalian membenarkan kelakuan istri dan anggap itu bukan kesalahan serius, nanti semudah itu dimaafkan dan sang suami kalian buat kayak budak cinta dan kayak boneka yang Terima saja diperlakukan kayak gitu oleh istrinya, dan dia akan nerima begitu saja dan mudah sekali memaafkan, dan kalian tidak akan berani hadirkan wanita lain yang baik dan bak pahlawan bagi suami kalau pun kalian hadirkan tetap saja kalian perlakuan kayak pelakor dan wanita murahan, dan yang paling parah di novel2 kayak gini ada yang malah memutar balik fakta jadi suami yang salah karena tidak sabar dan tidak bisa mengerti perasaan istri yang masih mencintai pria lain

tolong Thor tanggapan dan jawaban?
Raey Luma: Sementara contoh yang kakak sebutkan mungkin lebih menonjolkan karakter pria yang arogan, sehingga apa pun yang dia lakukan selalu tampak salah di mata pembaca. Apalagi di banyak novel, perempuan yang dinikahkan secara paksa biasanya digambarkan berasal dari tekanan ekonomi atau tanggung jawab keluarga, sehingga karakternya cenderung lebih lemah dan rapuh. Dan itu yang akhirnya membuat tokoh pria terlihat seperti pihak yang “dibenci”.


Beda dengan alur ceritaku di sini, di mana pernikahan mereka justru terjadi karena hal konyol dua orang ayah yang sama-sama sudah kaya sejak lama, jadi dinamika emosinya memang terasa berbeda.

Kurang lebih seperti itu sudut pandangku. Mohon maaf kalau masih ada bagian yang kurang, dan terima kasih sudah berbagi opini 🤍
total 2 replies
Felina Qwix
kalo aja tau Rey si Davin suaminya Leora haduh🤣🤣🤣
Raey Luma: beuuh apa ga meledak tuh sekolah🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!