Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dengan Evan
Aku menyinggungkan senyumanku, persaingan yang sangat menarik bagiku apalagi ini adalah saingan bersama suamiku sendiri serta wanita simpanannya itu.
"300 Jutaaaa!!!! " teriak lelaki yang berada depan dengan sorakan tak percaya semua orang yang berada di ruangan tersebut.
Angka yang paling tinggi dari punya mereka, bahkan wanita itu langsung kaget bukan main dan menatapku dengan tajam.
Sontak saja membuatku tersenyum bangga kepadanya, namun saat aku senyum bangga Evan tiba-tiba menatap kearahku dengan tatapan yang kosong dan terlihat dia biasa saja.
Itulah yang paling tinggi dan tidak ada yang tindis harga termahal ku untuk mengambil kalung itu, kalung yang membuatku takjub dan tak percaya bahwa kalung ini di lelang.
Aku dengan bangga naik untuk membayar serta mengambil barang tersebut dengan sebuah kotak emas didalamnya, ada juga beberapa orang yang memotret ku yang tengah memegang kalung itu.
Selesai dari lelang kalung itu namun lelang masih berjalan, tetapi aku sudah memilih untuk pulang karena aku sudah menemukan barang yang kubeli.
"Dasar wanita jalang!! kamu sengaja untuk bersaing denganku? " umpat wanita yang tengah berjalan kearahku yang tidak lain itu adalah wanita berambut pendek simpanan Evan.
"Bukannya aku yang pertama kali mengangkat nomor itu? bukankah kamu yang berniat bersaing denganku? " sahut ku dengan tenang.
Dia hanya terdiam, terlihat dari wajahnya ia sangat kesal saat menatapku.
"Isabel aku tau dirimu, kamu adalah putri dari kakek tua bangka itu. Dan juga kamu adalah perebut suami orang" umpat ku sambil menunjuk-nunjuk kebagian dada wanita berambut pendek itu.
"Apa yang kau bilang hah?!!! aku sama sekali tidak merebut suami orang" jawabnya dengan kesal .
Tangannya ingin menampar ku namun dengan secepat mungkin aku mengambil tangan wanita itu langsung saja ku putar tangan itu hingga dia merintih kesakitan.
"Arghhhh lepaskan tanganku" teriak wanita itu sambil terus memberontak memegang tangannya.
"Jangan coba- coba bilang aku bersaing denganmu!! wanita perebut" umpat ku lalu pergi dengan kesal.
Saat aku masuk kedalam mobil terlihat pula Evan yang sudah keluar dan berjalan kearah wanita itu, dengan menatap mobilku.
“Tatapan itu lagi“ Batinku.
Dengan secepat mungkin aku meninggalkan kota itu, Sebenarnya aku juga takut jikalau Evan akan mengejarku.
Tak perduli larut malam mobilku tetap melaju dengan kecepatan sedang, menelusuri jalan kota yang ramai dengan beberapa kendaraan yang masih berlalu-lalang di jalan yang aku lalui.
Beberapa jam aku lalui, dengan mobil yang menelusuri area perkampungan akhirnya tepatnya di jam dua malam mobilku sampai tepat di halaman rumahku, aku langsung memasuki area garasi mobil.
Aku mengambil tas serta kotak tersebut dan masuk kedalam rumah tak lupa juga menguncinya.
”Keren sekali kalung ini” ucapku lalu memakai kalung tersebut, kulihat dengan seksama dari cermin kalung itu sangat cantik sekali sangat pas untukku.
Tak lupa aku memperbaiki rambutku agar rapih dan berfoto memperlihatkan kalung tersebut lalu ku unggah ke akun instagramku.
Aku langsung merebahkan tubuhku diatas kasur empuk, rasanya hari ini sangat capek sekali tidak. seperti biasanya dan sangat senang saat bersaing memperebutkan sebuah kalung yang sudah menjadi milikku.
Keesokan harinya aku terbangun, aku menatap kamarku yang anehnya aku sudah tidak berada dikamar lagi namun berada di lantai. Sontak saja membuatku kaget aku langsung berdiri dan melihat ke sekelilingku.
”Terjatuh yah” ucapku sambil menggaruki kepalaku.
Saking capeknya semalam, apalagi aku sampai pulang selarut malam itu membuatku tidur dengan gaya yang berbeda dari sebelumnya.
Aku jalan kekamar mandi masih dengan menguap, kulihat wajahku di cermin sangat berantakan bahkan rambut sudah seperti gembel.
Lima menit kemudian aku pun sudah selesai membersihkan tubuhku, pagi yang cerah dan juga tubuhku yang sudah segar bugar.
Kupilih satu persatu baju yang menurutku cocok, lalu kupakai.
Karena memang belum lapar, aku tidak langsung memasak. Aku mengambil handphone ku yang berada diatas meja rias.
Sontak saja aku kaget bukan main, banyak sekali notifikasi dari akun instagramku. Banyak sekali yang komentar serta memberikan like dan tak lupa juga sebuah komentar dari Tika temanku sendiri.
Pesan dari banyak orang masuk ke akun instagram ku, namun yang kubalas hanya pesan dari Tika saja.
”Kenapa aku telfon kamu dari beberapa minggu nggak aktif? ” tanya Tika di pesan instagramku.
”Nomorku sudah ku ganti” jawabku di pesan yang ia kirim.
Baru saja ingin beranjak dari kamarku namun, handphone ku langsung berbunyi lagi sebuah notifikasi pesan masuk.
”Berikan nomormu Sya, dan satu lagi kenapa nomormu diganti? ” tanya Tika lagi ingin tau di pesan yang masuk.
”Kerumahku saja di kampung melatih melayu jalan kasarah nomor 05 rumah yang dipenuhi depannya pohon rambutan” balas ku dengan secepatnya. Tak lupa juga aku memberikan nomorku kepada Tika.
Tidak ada jawaban apapun dari pesan itu, tak kuhiraukan lagi aku langsung membuat kopi hangat serta mengambil beberapa cemilan lalu menikmatinya didepan TV.
Aku menikmati hari yang cerah dan menikmati ketenangan dalam hidupku seperti dulu saat belum menikah.
Ku lihat lagi akun instagramku banyak sekali komentar dari banyaknya orang soal kalung dari lelang yang kupakai.
Komentar baik dari banyaknya orang dan juga ada yang tidak percaya dengan seluk beluk kalung yang aku pakai.
Saat kecil itu adalah kalung ibuku, kalung kesayangan ibuku namun ibuku menjualnya karena keadaan yang tidak memungkinkan dan kurangnya biaya kehidupan.
Aku juga tidak tau dengan seluk beluk lainnya kalung yang kupakai, namun aku tidak mau mencari lebih tentang kalung ibuku.
Untunglah sekarang kalung ini sudah ditanganku, dan menjadi milikku lagi.
Ku lempar lagi handphone ku lalu kunikmati semua cemilan yang masih tersisa.
Tring Tring~~~
Handphone ku berdering satu panggilan dari nomor baru yang masuk di akun instagramku namun aku tidak tau pasti siapa.
Tanpa basa basi lagi aku mengangkat panggilan itu.
"Hallo? " ucapku di panggilan itu.
"Kita ketemukan Di cafe Hudari sekarang" ucap seorang lelaki yang aku tau jelas itu suara dari Evan.
”Sialan, mau apa lagi lelaki itu” umpat ku kesal.
Aku memakai baju yang rapih serta mengambil handphone lalu pergi meninggalkan rumah menuju cafe itu.
cafe yang tidak jauh dari rumahku mungkin hanya beberapa menit saja sampai disana.
”Bagaimana dia tau aku ada di tempat ini” gumamku kesal.
Setelah beberapa menit akhirnya mobilku sampai di depan cafe itu langsung saja ku parkir kan mobilku dengan secepat mungkin.
Saat masuk kedalam cafe, aku celingak-celinguk mencari seseorang. Terlihat dibagian ujung seorang lelaki yang tengah duduk dengan dua minuman yang sudah dipesan, lelaki itu tak lain adalah Evan.