"Saya tidak merasa terjebak dengan pernikahan ini.Kamu tau,tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.Semua atas kehendak Tuhan.Daun yang jatuh berguguran saja atas kehendak Tuhan.Apalagi pernikahan kita ini,terjadi atas kehendak-Nya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Elang berpapasan dengan Galang saat akan memasuki ruang kerja pak Panca.Galang menjabat sebagai Direktur Utama di perusahaan milik keluarga yang bergerak di bidang Eksport Import Kimia.Sedang pak Panca bertindak sebagai seorang CEO.Elang lebih memilih mendirikan perusahaan Software bersama dua orang sahabatnya sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Dua bersaudara itu memasang wajah penuh permusuhan.Kalau bukan karna sedang di kantor mungkin adu jotos akan terjadi kembali.
"Pagi,pi." Sapa Elang ramah begitu berhadapan dengan pak Panca yang sedang duduk di kursi kebesarannya.
"Pagi,El." Sahut pak Panca tersenyum.
Bagaimana khabar istri kamu?" Pak Panca langsung ke pokok pembicaraan setelah pindah duduk ke sofa yang ada di pojok ruangan.
"Salma baik-baik aja,pi." Elang Senang papinya menyebut Salma dengan kata istri kemudian duduk di sebelah sang papi.
"Apa kamu akan meneruskan pernikahan kamu dengan Salma?"
"Tentu saja,pi."
"Kenapa?"
"Elang bahagia dengan pernikahan ini."
"Apa Salma juga bahagia?" Elang terdiam sebentar.
"Elang akan buat Salma bahagia,pi.Karna itulah tugas seorang suami terhadap istrinya." Jawab Elang yakin.
Pak Panca manggut-manggut,merasa terharu dengan jawaban Elang."Tapi bagaimana dengan Vania?"
"Elang akan temui Vania secepatnya untuk membicarakan hal ini."
"Kamu temui Vania nanti setelah pulang bekerja tak perlu menunggu besok.Jangan sampai Vania tau hal ini dari orang lain." Saran pak Panca.
"Baik,pi.Terimakasih atas pengertian papi." Elang merasa bahagia sang papi tak menyalahkan dirinya.
Ayah dan anak itu larut dalam obrolan panjang selama satu jam lebih.
"Sebentar lagi papi ada rapat." Pak Panca berdiri sembari melihat jam di pergelangan tangannya.
"Papi yakin kamu bisa menyelesaikan semuanya.Mengenai mami,kamu jangan kuatir.Mami mu itu wanita yang lembut dan penyayang,dia hanya butuh waktu untuk menerima istri kamu." Sambung pak Panca kemudian menepuk-nepuk pundak Elang.
Elang memeluk pak Panca dengan haru."El tidak akan pernah kecewain papi dan mami,El sayang kalian semua."
"Salam buat istri kamu." Ucap pak Panca sebelum Elang meninggalkan ruangannya.
Sementara Salma memutuskan untuk kembali ke kosannya.Sudah tidak ada semangat untuk kerja.Kata-kata mami Rieta silih berganti memenuhi ingatannya.Dua minggu penuh kejutan dalam hidupnya.Sang kekasih hati menikah diam-diam.Kemudian di lamar dan menikah mendadak dengan adik kandung sang kekasih.Sungguh semua membuat hidup gadis itu serasa jungkir balik.Salma terus menangis sampai tertidur hingga melupakan janjinya pada Kanaya teman satu kantornya yang menunggu jatah makan siang darinya.
Sore harinya tepat pukul empat setelah ngantor,Elang sengaja menjemput Vania di tempat kerjanya.
"El...kamu jemput aku...?" Vania berlari kecil dengan anggun menghampiri Elang yang baru saja turun dari mobil.Gadis itu merasa bahagia,Elang hari ini menjemputnya.Setelah hampir dua Minggu selalu banyak alasan jika di minta untuk menjemput.
Elang memaksakan senyumannya begitu Vania ada di hadapannya.Gadis itu begitu cantik dan fashionable mengenakan stelan kantor ala-ala Drakor.Sangat serasi di tubuhnya yang tinggi proposional.
"Sayang,kamu ga mau kedalam dulu temuin papa aku.Papa nanyain kamu terus loh." Vania langsung memeluk dengan manja lengan Elang.
"Lain kali aja,takutnya om Farhan masih banyak kerjaan." Sahut Elang menatap gedung perkantoran milik keluarga Vania yang dulu sering di kunjunginya.Karna om Farhan papanya Vania adalah teman ngobrol yang asik bagi Elang.
Vania bergelayut manja di bahu Elang yang sedang fokus menyetir mobil.Elang hanya bisa membiarkan karna hal itu karna memang sudah menjadi kebiasaan Vania bila mereka bertemu walau sebenarnya dia mulai merasa risih.
"Van...ada hal serius yang mau saya bicarakan sama kamu." Ucap Elang setelah menyesap minuman yang telah tersedia.Pria itu membawa Vania ke restoran yang sering mereka kunjungi.
Vania tersenyum bahagia,matanya berbinar cerah dan indah menatap Elang.Dia tau apa yang akan di sampaikan kekasih hatinya itu.
Seperti yang telah dia dengar dari tante Rieta dan mamanya sendiri,bahwa dia dan Elang akan menikah bulan depan.Pasti kekasihnya akan menyampaikan perihal tersebut.
Tangannya menggenggam erat kedua tangan pria pujaan hatinya itu.Siap mendengar hal serius yang akan di bicarakan Elang.
Elang menarik sedikit nafas dan menghembuskannya dengan sangat pelan.
Namun pria itu hanya diam,tak sanggup rasanya mengatakan pada Vania bahwa dirinya telah menikah dengan wanita lain.
Hal itu pasti akan menyebabkan wanita yang telah mengisi hari-harinya sejak mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu itu hancur.
"El...katanya ada yang mau kamu bicarakan,tapi kok malah diam?" Tanya Vania merasa heran dengan sikap Elang.Matanya menatap lekat wajah tampan lelaki yang amat di cintainya.
Elang menatap Vania."Van..maaf kalau apa yang saya katakan ini akan menyakitimu.Tapi percayalah ini terjadi begitu saja tanpa di rencanakan.Tak ada niat sedikit pun untuk menyakitimu."
Vania bertambah heran dan sedikit was-was."Elang,katakan sebenarnya ada apa? Jangan buat aku bingung."Vania semakin kencang menggenggam tangan Elang.
"Kita ga bisa bersama lagi,saya telah menikah dengan wanita lain." Akhirnya kata-kata itu terucap dari bibir Elang.
Sontak mata bening Vania tampak mulai berkaca-kaca.Bibirnya terlihat gemetar "Ka...kamu sedang ber-candakan...?" Vania terkejut,apa yang di harapkan tak sesuai ekspektasi.Dirinya mengira Elang akan mengatakan tentang pernikahan mereka.
"Maaf Vania,saya serius." Hanya itu kini yang bisa Elang ucapkan di sertai gelengan.
Vania merasa dunianya berhenti berputar.Nafasnya seakan nyangkut di tenggorokan.Dadanya terasa sakit seperti ada beban ribuan ton menghimpit.Begitu menyesakkan.
"Apa aku ada melakukan kesalahan sama kamu,El? Kalau ada,aku minta maaf dan tolong katakan biar aku bisa memperbaikinya." Ucap Vania dengan terbata-bata.
Elang menggeleng lemah."Kamu ga salah apa-apa,Van.Mungkin kita tidak berjodoh...sekali lagi saya minta maaf."
"Kalau aku tidak melakukan kesalahan berarti selama ini kamu mengkhianati aku.Kamu jahat Erlangga!" Vania menatap tak percaya pada Elang.
Perkiraannya salah,dia mengira selama ini Elang sangat mencintainya,hanya dirinya tak ada wanita lain.Karna memang mereka berdua selalu bersama dan Elang bukan tipe lelaki mata keranjang walau berwajah tampan dan mapan.
"Saya ga pernah mengkhianati kamu Vania,semua terjadi--"
"Lalu ini apa namanya? Kamu tiba-tiba sudah menikah." Potong Vania dengan cepat.
Tiba-tiba gadis itu berdiri dan mengambil tas kerjanya.Air matanya semakin deras mengalir.Sakit rasanya di khianati oleh pria yang paling dia cintai di dunia ini.Hatinya hancur berkeping-keping.
"Kamu mau kemana,Van?"
Tanpa menjawab pertanyaan Elang,Vania bergegas meninggalkan restoran.
"Vania,tunggu.Biar saya antar." Elang menyusul Vania yang berlari menuju jalan raya tanpa melihat ke kiri dan ke kanan.
Sebuah mobil pick up yang sedang lewat melaju dengan kencang menyambar tubuh Vania.Tubuh gadis itu sampai terlempar dengan keras di atas aspal.
"Vaniaaa...!"
Teriak Elang.Tubuh pemuda itu tiba-tiba mematung melihat darah banyak mengalir dari kepala Vania.Dia begitu syok,tak menyangka hal ini akan terjadi.
Dalam sekejap,orang-orang ramai berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.Elang histeris memeluk tubuh Vania.
Untungnya ada salah satu pengunjung restoran yang bersedia membawa Vania ke rumah sakit dengan mobilnya.Di dalam mobil Elang terus memeluk tubuh Vania.Tak perduli begitu banyak darah gadis itu mengenai pakaiannya.