NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Selamat tinggal ....

"Siapa?" tanya Adrian penasaran.

"Nanti saja. Lebih baik, ceritakan tentang gadis yang membuatmu gila."

Adrian menghela napas, bingung harus mulai dari mana. Kisahnya terlalu panjang dan rumit, jika diadaptasi dalam sebuah novel mungkin sudah tersusun 30 Bab.

"Terlalu rumit. Awalnya aku penasaran." Adrian tersenyum tipis, menatap sahabatnya. "Kau tahu, semua wanita memandangku, kemana pun aku pergi. Terkecuali dia. Dia selalu menunduk dan gilanya, dia selalu menolak kebaikanku bahkan mengabaikan pesan yang aku kirim."

"Cantik?"

"Tentu. Cantik, tanpa polesan apapun diwajahnya. Kau tahu kan, seleraku."

"Yes, I know it. Tapi, kita terlalu mirip. Aku takut kita menyukai gadis yang sama."

"Sekalipun sama, jalanmu akan lurus tanpa hambatan. Tidak sepertiku," Adrian memijit pelipisnya.

"Bibit, bebet dan satu lagi, apa itu?" Aland mencoba mengingatnya, "ah, bobot. Sebenarnya, apa artinya ketiga kata itu?"

"Aku juga tidak tahu. Bersyukurlah, kau terlahir dinegara yang berbeda."

"Memang, apa bedanya? Semua orang tua sama saja. Mereka punya pemikiran dan penilaian sendiri."

"Sudahlah. Aku datang, karena butuh teman cerita."

"Tapi, kau belum memberitahuku, apa inti masalahnya?"

"Intinya?" Adrian memperhatikan cairan infus Aland, yang terlihat mulai sedikit. "Aku jatuh cinta, pada wanita yang tidak seharusnya. Orang tuaku, tidak akan setuju. Terlebih, pembicaraan perjodohan masih berlangsung."

"Hahaha .... Kau menyedihkan. Jika kau tidak yakin, lebih baik jangan pernah melangkah maju."

"Entahlah. Aku bingung."

Aland dan Adrian, sudah berteman cukup lama. Keduanya bertemu, saat Adrian mengenyam pendidikan kedokteran di luar negeri. Meski, status sosial Aland lebih tinggi, tapi bukan menjadi penghalang.

"Kau masih tidak tertarik dengan Elena?" Aland tersenyum mengejek. "Sudah secantik itu, tapi masih tidak membuatmu puas."

"Tidak. Dia posesif dan agresif, itu menakutkan."

"Hahaha .... " tawa Aland pecah, "kita seharusnya menjadi pemburu, bukan sebaliknya. Jika terlalu mudah, itu tidak menyenangkan."

"Sudahlah, aku harus pergi. Sebaiknya, kau jaga kesehatanmu. Setiap minggu, kau selalu saja masuk rumah sakit. Apa masakan koki dirumahmu, tidak enak?"

"Aku bosan. Mungkin, aku harus menikah."

"Ya, ya. Aku akan menunggu undanganmu."

Adrian keluar ruangan dengan senyum mengembang. Namun, senyum itu langsung memudar tatkala Elena berdiri dihadapannya. Dulu, hubungan mereka tak seperti ini. Mereka hanyalah teman kuliah, bahkan bisa dibilang jarang saling bertegur sapa, kecuali masalah tugas. Namun, semua berubah saat Elena muncul sebagai calon tunangan yang diperkenalkan orang tua Adrian, yang tak lain, putri rekan kerja mereka.

Adrian sudah jelas-jelas menolak perjodohan dan meminta Elena melakukan hal yang sama. Namun, gadis itu memiliki pemikirannya sendiri. Ia justru mengaku kepada orang tuanya, jika ia sudah jatuh cinta dan ingin menikah.

Karena cara baik-baik, tidak ampuh kepada Elena. Adrian memilih mengabaikan, membuat wanita itu, seperti tidak terlihat. Namun sayangnya, gadis itu tidak kenal menyerah.

"Tunggu!" panggil Elena, namun Adrian terus berjalan tanpa menjawab apalagi menoleh.

Elena, hanya bisa mengepalkan tangan, memendam amarah. Entah mengapa begitu sulit menaklukkan pria itu? Sementara, wanita sialan itu tidak melakukan apa-apa, tapi mampu menarik perhatian Adrian.

"Adrian," panggil Andrew, berlari kecil menyamakan langkah rekannya yang terburu-buru.

"Kenapa? Aku mau pulang, aku lelah."

"Aku dengar, kau sedang dekat dengan cleaning services disini?"

Adrian berhenti dan menatap rekannya, tidak suka. "Kau mengejarku, hanya untuk memastikan hal itu?"

"Hmm. Kau tahu, semua orang sedang penasaran. Apalagi, para gadis yang mengejarmu." Andrew maju selangkah dan berbisik. "Mereka sedang bertaruh."

Rahang Adrian mengetat, dengan wajah memerah. Lagi-lagi, ia tersulut emosi, jika menyangkut masalah pribadinya. Tanpa pikir panjang, ia mendorong Andrew, hingga tubuhnya mendarat ditembok bercat putih.

"Bertaruh? Kalian pikir, masalah pribadiku adalah permainan."

"Hei, rileks. Bukan aku yang memulai, aku hanya memberitahumu."

"Lalu, aku harus mencari siapa?"

"Aku dengar dari asistenku, dokter Elena, yang memulainya."

Adrian melepaskan tangannya, dari jas Andrew. Ia menoleh, hendak berlari menuju lift, namun Andrew mencegat langkahnya.

"Adrian, jangan! Jika kau merasa terganggu, itu akan menguntungkannya. Anggap saja, kau tidak dengar apa-apa."

Adrian menghembuskan nafas kasar, sembari berkacak pinggang dan mendongak frustasi. Andrew hanya memperhatikan tanpa mengatakan apa-apa. Wajah Adrian menujukan kemarahan berapi-api. Tapi, kenapa? Andrew bertanya dalam hati. Apa mungkin, gosip itu benar?

Hati sudah kalut, pikirannya kacau, sekarang malah ditambah dengan kemacetan parah dijalan. Belum lagi, cuaca terik seperti berada di gurun pasir yang gersang. Kendaraan berbaris rapi, sambil terus membunyikan klakson yang memekakkan telinga. Adrian tak mau kalah, ia melakukan hal yang sama, sembari memaki untuk meluapkan kekesalannya.

"Masih sore, kau sudah pulang, anakku." Wanita separuh bayah, duduk dengan anggun sembari memegang cangkir teh. Pandangannya lurus menatap layar TV yang menyala.

"Aku lelah," jawab Adrian.

"Aku dengar, akhir-akhir ini, kau dekat dengan seorang gadis."

"Fuck," umpat Adrian setengah berbisik. Tangannya terkepal, menonjolkan pembuluh darahnya. Kali ini, ia benar-benar murka kepada Elena. "Ma, tolong jangan ikut campur urusanku."

"Tidak, sayang. Mama harus melakukannya, sebelum kamu tersesat lebih jauh." Mama meletakkan cangkirnya, dengan santai.

"Mama. Aku hanya berteman dengannya, tidak lebih. Akan sangat memalukan, jika mama menghampirinya. Padahal, hubungan kami tidak sedekat itu."

"Anakku. Mama mengenalmu, dengan baik. Kau tidak pernah menggandeng tangan seorang gadis. Tapi, kau menjadikan dirimu seperti supir, untuk wanita itu," bentak mama.

"Elena!" desis Adrian, dengan wajah memerah, "apa dia, yang memberitahu Mama?"

"Benar. Dia calon istrimu, jangan lupa!"

"Aku tidak akan pernah menerimanya, Ma. Aku bisa meninggalkan dia dipelaminan, jika kalian memaksaku."

"Adrian," teriak Mama dengan mata yang hampir melompat keluar dari tempatnya, "jika kau tidak menyukai Elena, carilah gadis yang setara dengan kita. Kau mau membawa pulang wanita seperti itu di keluarga ini. Kau tidak berpikir, bagaimana mereka akan menatapnya dengan sinis, mengabaikannya, merendahkannya dan tidak menganggapnya sebagai istrimu."

"Cukup!" geram Adrian, dengan ritme napas yang tidak teratur, "aku tidak punya hubungan apa-apa dengannya. Aku hanya merasa iba."

"Apa kau yakin itu rasa iba?" selidik Mama, dengan tatapan tajam, "baiklah. Mari kita berhenti disini. Mama akan memegang ucapanmu. Tapi ingat ini, anakku. Wanita itu, tidak diterima disini. Jangan coba-coba, menariknya masuk dalam duniamu, karena dia akan terluka."

Adrian mematung, dengan kepalan tangan yang gemetar, ritme napasnya lebih cepat dari biasanya. Karena amarah tak kunjung reda, ia memilih memutar badan, dan pergi.

Dalam kamar yang sangat luas, didominasi warna krim dan coklat. Adrian berdiri di balkon, dengan kedua tangan memegang erat besi pembatas. Ia mendongak dan berkata, "maaf, karena aku terlalu pengecut. Tapi sepertinya, jodoh masih terlalu jauh untuk kita berdua. Selamat tinggal, cinta pertamaku."

🍁🍁🍁

1
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
retiijmg retiijmg
ayo raya lawan jgn mau dihina,direndahkan & diinjak2 harga diri km.
bntar lg km ketemu sm laki2 yg tulus yg mampu bahagiakan km.
plg suka crita klo perempuannya tangguh & kuat
Amie Layli
semangat raya,buktikan ke arya kalau kamu bisa sukses,bisa memberi kehidupan yg layak untuk lily tanpa bantuan si arya
🌻Nie Surtian🌻
Tetap semangat Raya...💪💪💪 Demi Lily, ibu dan adikmu...
irma hidayat
yang kuat raya Tuhan lagi menguji kesabaranmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!