Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. De Javu 2
Puluhan orang mulai berdatangan ke kediaman Hasto. Mereka pun mulai bergotong royong mempersiapkan pemakaman juragan kambing itu.
Hasto tak memiliki banyak kerabat sehingga para warga yang lebih banyak membantunya.
Marni yang kala itu berusia 15 tahun menangis di kamarnya. Sementara Ajeng menghandle semuanya. Sebagai anak tertua sudah seharusnya ia bertindak sebagai kepala keluarga menggantikan sang ayah.
Setelah acara pemakaman selesai sore harinya pengacara keluarga pun datang. Seluruh keluarga berkumpul, termasuk adik dan kaka Hasto.
Semua orang tampak berharap Hasto akan mewariskan sesuatu kepada mereka. Hanya Marni yang masih meratap di dalam kamarnya. Ia sama sekali tidak dilibatkan dalam acara itu.
Terkadang ekspektasi kita yang terlalu tinggi tak sesuai dengan kenyataan. Ajeng yang mengira sang ayah akan mempercayakan semua perusahaannya kepadanya ternyata salah.
Lelaki itu justru mewariskan semuanya untuk Marni putri kandungnya. Ia hanya di berikan lahan pertanian.
Tentu saja hal itu membuat Ajeng sangat marah. Bagaimana mungkin ia yang selama ini merawat sang ayah hanya diberikan sepetak sawah, sementara Marni si anak iblis yang membunuhnya justru yang mendapatkan semuanya.
"Karena Marni masih di bawah umur, maka semua aset yang diwariskan kepadanya sementara dikelola oleh pihak yayasan yang ditunjuk. Marni akan mendapatkan semua haknya jika sudah dewasa atau menikah," ucap sang pengacara
Semenjak hari itu Ajeng yang dulu sangat menyayangi Marni berubah sangat membencinya. Ia bahkan mengusir Marni dari rumah.
Marni hidup sebatang kara seperti seorang gelandangan. Beruntung ada seorang wanita tua yang mau menampungnya.
Suatu hari Ajeng datang mencarinya, wanita itu menyuruh Marni untuk pulang untuk dinikahkan sengan sepupunya.
Marni yang begitu menyayangi kakaknya itupun menurut. Ia sama sekali tak menolak permintaan sang kakak.
Pernikahan pun berlangsung meriah. Pesta pernikahan digelar selama tiga hari tiga malam diakhiri dengan pertunjukan wayang kulit.
Pertunjukan wayang kulit berlangsung meriah , semua orang larut dalam alur cerita yang begitu menegangkan.
Sementara itu seorang wanit tua tengah menabur kemenyan diatas bara api. Rapalan mantera mulai mengalun bersama kepulan asap hitam yang mulai memenuhi ruangan.
Aroma dupa yang begitu khas menyebar keseluruh ruangan. Suara alunan Gending Jawa membuat Marni mulai merasa pusing. Keringat dingin mulai membasahi wajah ayunya.
Ia mulai melihat benda-benda di sekitarnya bergoyang seperti hendak runtuh. Marni mulai bangun dari pelaminan dan berjalan menghampiri sang suami yang sedang bercengkrama dengan sahabat-sahabatnya.
Namun tiba-tiba semua ia merasakan semua benda berputar membuat ia semakin pusing dan tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri.
*Bruughhh!!
Suara merdu lantunan kidung membuat Marni perlahan membuka matanya.
Tak ada siapapun di tempat itu, hanya cahaya lampu yang membuatnya merasa silau, hingga ia menutupi matanya dengan telapak tangannya.
"Mas, Mas Aryo...." ucapnya lirih
Ia menggerakkan jemarinya berusaha menggapai lengan suaminya. Namun Aryo tak menghiraukannya.
Ia masih saja asyik bercengkerama dengan sahabatnya. Mereka bahkan memilih berpindah tempat saat Marni mendekatinya.
Marni pun membalikkan badannya, ia berpikir untuk kembali ke kamarnya. Meskipun langkahnya terasa berat ia berusaha menyeret kakinya meninggalkan area pelaminan. Suara lantunan tembang jawa semakin membuatnya kehabisan tenaga.
*Brughhh!
Marni kembali ambruk tepat di depan kamarnya.
"Tolong...." suara Marni lirih bergema namun tak seorangpun yang datang menolongnya.
*Tak, tak, tak!
Suara derap langkah kaki terdengar semakin mendekat.
"Tolong!" seru Marni saat melihat seseorang berhenti tepat di depannya
Seorang wanita tua menyeringai di hadapannya.
"Sekarang kau tidak akan bisa melawanku siluman jahat. Kau sudah terperangkap dalam tubuh wanita malang itu dan aku akan segera membunuh kalian berdua!" seru wanita itu
Wanita itu kemudian mengambil sebuah karung yang berisikan semut merah dan melepaskannya tepat di tubuh Marni.
"Sekarang matilah kau siluman kalajengking!" pekiknya
Marni menggeliat kesakitan saat semut-semut itu mulai menggigit tanda lahirnya.
Suara tangisan Marni justru membuat wanita itu semakin tertawa bahagia.
Sementara itu dibalik pintu, Ajeng tampak tersenyum bahagia melihat kemalangan adiknya.
*********
Suara puluhan batu kerikil tampak berjatuhan di atas genting membuat Marni menyeringai memperlihatkan deretan giginya yang hitam.
"Dia datang lagi!"
Wanita itu menyeret kakinya berjalan meninggalkan Amar.
"Sebaiknya kau tidur saja le, biar aku yang menyelesaikan masalah ini," ucapnya
Amar mengangguk, ia buru-buru menuju ranjang tempat tidurnya dan berbaring. Marni bahkan menutupi tubuh pria itu dengan selimut.
"Jangan lupa berdoa le," imbuhnya
Lagi-lagi Amar hanya mengangguk. Marni kemudian mulai berkidung. Suaranya yang begitu khas membuat Amar meremang hingga ia harus bersembunyi dibalik selimut.
*Dug, dug, dug!!
Suara berisik dari balik jendela seolah berusaha meredam suara kidung Marni yang makin lama semakin menghilang berganti dengan kerasnya suara bising benda tersebut.
Kini Amar membuka selimutnya saat mendengar suara benda yang sengaja membentur jendela kamarnya. Firasatnya mulai tidak enak saat melihat Marni berhenti berkidung.
Mendengar suara berisik dibalik Jendela kamarnya membuat wanita itu pun beranjak dari duduknya. Marni kini berdiri tepat di depan jendela kamarnya.
Perlahan ia membuka jendela kamarnya. Ia terkesiap saat melihat puluhan semut merah merayap masuk ke jendela kamarnya.
Saat ia mulai menggerakan tangannya untuk menghalau semut-semut merah itu tiba-tiba terdengar suara alunan gamelan membuat Marni tiba-tiba hilang keseimbangan. Ia memegangi kepalanya sambil berusaha meraih sesuatu untuk menopang tubuhnya yang limbung.
"Mas...Mas Amar, tolong aku!"
Suara Marni tiba-tiba kembali seperti sedia kala. Wajahnya memucat dengan keringat dingin membasahi keningnya.
*Bruughhh!!
Amar segera melompat dari ranjangnya dan menangkap tubuh Marni yang ambruk
"Tolong aku...."
Amar terlihat panik saat mengetahui Marni tiba-tiba pingsan. Ia semakin panik saat melihat puluhan semut merah bergerak mendekati wanita itu.
"Dek, bangun dek, bangun!" Amar berusaha menyadarkan Marni, namun gadis itu tak kunjung membuka matanya
"Apa yang terjadi denganmu dek, kemana nenek yang selalu menjagamu?" imbuhnya
Melihat semut-semut itu mulai merayap ke atas tubuh wanita itu membuat Amar buru-buru menggendong wanita itu dan menyingkirkan semut-semut yang menempel di tubuh Marni.
Saat Amar hendak meninggalkan kamarnya, tiba-tiba terdengar suara kidung yang membuat kakinya sulit di gerakan.
"Astaghfirullah, apa lagi ini!" pekiknya
Tiba-tiba saja Amar merasakan seperti ada kekuatan gaib yang menarik tubuh Marni hingga terlepas dari gendongannya.
"Marni!!"
Ia seketika melotot saat melihat tubuh wanita itu terlentang di udara. Satu persatu pakainya terlepas hingga ia tak mengenakan sehelai benangpun. Tidak lama tubuh Marni jatuh ke lantai membuat semut-semut merah mendekatinya.
Aroma sirih mulai memenuhi ruangan membuat Marni pun membuka matanya.
Ia mulai menggeliat kesakitan saat semut-semut itu menggigit tanda lahirnya.
"Mas, tolong aku!!"