"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seperti ibu hamil
Satu bulan berlalu, hubungan Aurora dan Vallerio semakin lengket. Keposesifan pria itu patut di acung jempol, dia tak pernah membiarkan Aurora pulang dan pergi sendiri, walau waktunya sibuk, dia masih menyempatkan diri untuk sekedar berduaan dengan gadisnya.
Pagi ini di kantor, Vallerio yang baru saja datang kini menghempaskan tubuhnya di kursi kebesaran. Pekerjaannya akhir akhir ini sangat serius, dia tidak lagi seperti di hari pertama, yang datang malas malasan.
Tapi tiba tiba saja Vallerio merasakan hal berbeda pada tubuhnya.
“apa aku salah makan?” perutnya serasa di kocok, rasa mual menghantuinya. Dia berlari cepat ke kamar mandi.
“huekkkkk” memuntahkan semua isi perutnya di dalam westafel
“huekkkk huekkkk” wajahnya memerah, dia terduduk lemas di lantai kamar mandi sembari memijat tengkuknya sendiri.
Di ingat ingat, dia tidak makan hal aneh pagi ini, tapi kenapa perutnya seolah enggan menerima makanan biasa yang dia makan setiap paginya.
Cukup lama dia di kamar mandi, perlahan berdiri dan kembali ke kursinya.
Dia meraih ponselnya, kemudian menelpon sang asisten.
“datang ke ruanganku!” ujarnya saat telepon itu tersambung.
Tak berapa lama, terlihat Gino datang ke ruangannya.
“Ada apa tuan? Anda kenapa?” tanya Gino panik melihat wajah pucat Vallerio. Dia mendekat, memperhatikan Vallerio yang tengah memegang perutnya.
“Entahlah, kenapa perutku rasanya sakit sekali, perasaan tadi aku tidak makan sembarangan tapi sempat mual dan muntah, kamu bisa memijat punggungku? Mungkin aku masuk angin!” ujar Vallerio masih dengan tampang lemasnya.
Gino mengangguk, mulai memijat tengkuk dan punggung pria itu.
“Sudah sudah!” setelah cukup lama, dia menyuruh Gino menyudahi pijatannya.
“apa sudah mendingan?”
Hm, suruh Defi membelikanku rujak yang di jual di kedai pak Baron!” perintahnya lagi.
“Rujak tuan?” Gino yang bingung sendiri bertanya, dia pikir salah dengar, tapi begitu Vallerio mengulangi kalimatnya yang sama, Gino mengeryit kening.
Gegas dia keluar, berjalan ke meja sekertaris, “Def” panggilnya pada Defi sang sekertaris.
“Iya pak” jawab wanita itu sembari menunduk hormat.
“Tuan Vallerio menyuruhmu ke kedai pak Baron, membeli rujak katanya!” jelas Gino.
“APA?? Tapi kenapa harus aku? Lagi pula ke sana itu sangat jauh loh pak, lagian kenapa tiba tiba pak Vallerio menginginkan rujak!” Defi berwajah masam, dia melakukan aksi protesnya di hadapan Gino.
Pria itu mengedikkan bahunya sekilas, “kamu kalau mau protes jangan sama saya, pergi saja ke ruangan Tuan langsung!” ujarnya kemudian berlalu sana tanpa peduli dengan Defi yang saat ini menendang angin.
...----------------...
Dengan wajah yang di tekuk, sembari menggerutu tak jelas menyumpahi atasannya, Defi berjalan keluar menuju mobilnya.
Dia melajukan mobil itu pergi menuju kedai pak Baron yang di maksud.
“Disini tempatnya ibu hamil!” guman Defi saat sudah sampai dan melihat ke dalam ada beberapa wanita hamil tengah menikmati hidangan rujak itu.
“pak dua bungkus rujak ya” pesannya. Dia merogoh selembar uang seratus dari dompetnya,
“Nona mau rujak apa? Buah atau sayur? Kalau buah ada belimbing, ada mangga, ada nanas, ada salak dan___”
“kalau sayur?” tanya Defi memotong pembicaraan pak Baron.
“kalau sayur hanya satu jenis nona, mau yang mana?” Defi bingung sendiri pasalnya dia tidak sempat bertanya yang mana maksud dari Vallerio.
Wanita itu memijat pangkal hidungnya, mencari ponsel di saku tasnya yang ternyata lupa di kantor.
“hais, terus aku harus gimana?” ujar Defi
“bungkus rujak sayur dan rujak buah mangga ya pak” pada akhirnya dia mengikuti kata hati, entah benar atau salah nanti di pikirkan lagi.
“sambalnya di campur atau?” tanya pak Baron lagi lagi membuat Defi ingin sekali meninju wajahnya itu.
“Suka suka bapak saja!” jawabnya dengan nada yang di tahan, dia takut nanti kelepasan emosi dan berujung memaki pria itu.
“Ini ya nona, totalnya dua puluh ribu!” pak Baron menyerahkan kantong berisi rujak itu pada Defi.
“Ambil saja kembaliannya pak!”
“Wah, Makasih nona..” Defi meninggalkan kedai itu kembali ke mobilnya.
Lima belas menit berlalu, dia sekarang sudah kembali di kantor. Berjalan cepat menuju ruangan Vallerio.
“masuk!” dari dalam Vallerio mempersilahkan wanita itu usai Defi mengetuk pintu ruangannya.
“ini rujaknya pak” Defi memberi kantong rujak itu, Seketika Vallerio berbinar, membuka satu persatu bungkusan rujak tersebut.
“loh kok yang ini Def” Defi yang baru saja menghela nafas lega melihat wajah Vallerio berbinar kini kembali pias saat pria itu mulai protes.
“Ya kan itu rujak pak!”
“tapi bukan yang ini maksudku Defi, disana ada rujak buah melon dan belimbing kan? Kenapa tidak beli yang itu, kenapa malah membawa mangga dan sayur sayuran ini? Udahlah, aku mau kamu pergi beli lagi. Ingat, rujak buah melon dan belimbing!!! Yang manis dikit jangan lupa banyakin sambalnya!” banyak sekali maunya, seketika Defi ingin sekali menendang wajah pria di depannya.
Tangannya terkepal kuat, dia menahan segala gejolak yang hampir saja memuncak.
“bapak kenapa seperti orang hamil saja, biasanya hal seperti itu hanya di lakukan wanita hamil pak, banyak maunya!” gerutu Defi tanpa sadar.
Wanita hamil?
“Apa maksudmu Def?” tanya Vallerio memastikan.
“iya, begininya pak, kebanyakan wanita hamil itu persis seperti bapak yang banyak mau. Biasanya jika mereka mengidam itu kepingin yang asem asem gitu, belimbing, mangga muda dan lain sebagainya, bukankah terdengar sama? Kalau bapak sudah beristri mungkin aku berpikir istri bapak tengah hamil dan bapak mengalami kehamilan simpatik, tapi ini kan bapak belum punya istri ya? Jadi membingungkan!” ujar Defi panjang lebar berhasil menyadarkan Vallerio sepenuhnya.
Seketika dia melupakan rujak, berdiri dari kursi kebesarannya, menyambar kunci mobil dan keluar meninggalkan Defi yang kini melongo menatap heran pada bosnya tersebut.
“aneh!” Defi juga turut keluar, dia mengunci pintu ruangan Vallerio, dan kembali ke mejanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪