Nana Martir adalah gadis yang cantik secara fisik dan juga pintar, dia lahir dari keluarga yang sederhana . Ayahnya hanyalah seorang tukang dan ibunya berjualan makanan. Tetapi dia banyak disukai karena berbagai prestasi yang boleh dia gapai , dia juga orang yang sangat berprinsip. Nana juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Joshua Martir, yang juga seorang anak dengan prestasi tidak kalah dari kakaknya.
Nana Martir selalu memegang prinsipnya "Aku adakah Aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Christi Jawan Tenda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Hati
Belsazar turun dari mobil menghampiri Sadrakh dan Nana. Nanapun begitu terpanah melihat Belsazar yang melangkah maju mendekati mereka berdua.
"Biar aku saja." ucapan Belsazar dan langsung menggendong Nana masuk ke kedai.
Sadrakh kaget dan tak berdaya, tapi seakan protes namun tidak mampu menghadapi kakak sepupunya.
Nana sangat syok dan hampir pingsan lagi karena digendong Belszar.
Masing-masing pengawal dari kedua tuan muda ini, hanya bisa tertawa kecil karena mereka mengerti akan ada perebutan cinta disini.
Sadrakhpun mengikuti dari belakang dan memasuki kedai.
"Nana!" suara kaget dan penuh kekhawatiran dari Mama Lana.
Mama Lanapun langsung mempersilahkan kedua tuan muda tampan masuk ke bagian belakang kedai yang juga menjadi tempat tinggal mereka.
Para pelanggan juga sempat risuh melihat adegan tadi, bukan hanya karena kondisi Nana, tapi ada dua pria tampan seperti artis.
Mama Lanapun mulai bertanya, dan Nana menjelaskan kejadian di sekolah. Sadrakhpun menceritakan dengan rinci bagaimana dia menolong Nana.
Ibu Lanapun berterima kasih, cuma menjadi sedikit penasaran kenapa yang gendong Belsazar.
"Apakah kalian saling mengenal?" pertanyaan tante Lana kepada Belsazar dan Sadrakh.
"Iya, Sadrakh adalah adik sepupuku."
"Jadi kalian cucu dari Oma Hada?" sedikit terkejut.
"Sadrakh cucu paling bungsu di keluarga kami." jelas Belsazar.
Nana yang menyaksikan semua ini, menjadi pusing karena situasi ini begitu kebetulan.
Mendengar percakapan diruang tamu, Papa Simonpun keluar dengan kursi rodanya.
Semua terkejut dan spontan kedua tuan muda itu berdiri dan memberi salam juga memperkenalkan diri.
Papa Simon tersenyum dan berterima kasih kepada mereka, dan dengan diam-diam mengamati dan mengagumi serta tersenyum melirik Nana.
Tak lama kemudian Belsazarpun memohon diri untuk pamit , sekalian mengambil pesanan kue Brudel Oma Hada.
Ketika Belsazar beranjak, justru Sadrakh masih betah untuk tinggal tapi langsung dipanggil pulang oleh kakak sepupunya, jika diamati akan menjadi saingan cintanya.
Kedua saling menatap seperti ada sengatan listrik yang saling beradu, namun Sadrakh tetap kalah dari Belsazar.
Keduanyapun keluar dari kedai Nana, dengan rasa persaingan yang besar.
Sadrakh melangkah ke mobilnya dengan angkuh, tapi seketika terhenti karena ada suara yang keluar dari mobil Belsazar.
"Bocah!" sahut Tuan Yusuf.
"Papa." agak kaget, karena mereka belum tahu kedatangan papa Yusuf.
"Sampai bertemu di rumah."
Mobil masing-masingpun berjalan dan menuju kediaman Andes.
Situasi di ruang tamu Nana. Papa Simon menatap Nana sedih karena apa yang dia alami. Gadis yang sangat disayanginya, mengalami luka yang serius hanya karena ulah dari siswa lain yang iseng.
Nana sudah mengerti kegundahan hati papanya, tapi tetap tersenyum untuk mengisyaratkan dia baik-baik saja.
"Anak gadisku telah membuat kegundahan dihati banyak orang, sampai ada yang berbuat seperti ini." Suara Papa Simon dengan penuh ketenangan sambil membelai rambut Nana.
"Benarkah papa ?". nana kurang paham.
" Nana, cobalah ingat bagaimana rancangan jahat kakak-kakak Yusuf karena iri hati, dan juga kecemburuan Kain terhadapa Habel?" mencoba memberi pengertian kepada Nana.
"Iya Papa, aku ingat." jawab Nana.
"Inilah yang kau alami, sama seperti Yusuf dan Habel." dengan wajah sedih.
"Tapi papa aku tidak sedih, buktinya TUHAN menolongku, aku ada dihadapan papa saat ini."
Papa Simon mendekati Nana, memeluknya erat dan menaikkan doa dalam hati.
"TUHAN, bentengilah anakku, anak yang KAU percayakan secara ajaib bagiku. Amin"
Nanapun mencoba menghibur papanya agar tidak khawatir.
Tiba-tiba mama Lana berlari dari kedai, langsung menyalakan TV. Dan disana terlihat tiga anak pemenang Olimpiade Mata Pelajaran Matematika.
Disitu Joshua sedang di wawancara dan memberi beberapa pernyataan , bagaimana usaha dia belajar bisa mewakili sekolah dan mengikuti berbagai seleksi dan sampai di tingkat nasional bahkan bisa jadi pemenang.
Dalama wawancarapun, mereka bertanya apa yang menjadi pegangan Joshua sehingga bisa ada dititik ini.
Joshuapun menjawab dukungan keluarga Papa Simon, mama Lana dan kakak yang paling dia sayangi Nana.
Joshuapun membagi satu ayat Alkitab.
" Amsal 1 : 7a .Takut akan TUHAN adalah permulaan dari pengetahuan."
Semuanyapun bertepuk tangan dan memberi selamat kepada tiga anak yang berbakat itu.
Air mata harupun mengalir saat itu, di ruang tamu sederhana keluarga Martir.
"TUHAN mengizinkan luka, TUHAN juga yang membalut." suara hati papa Simon.
Kediaman Andes
Mama Dorkas yang sibuk dan penuh sukacita menyiapkan makanan, pujian rohani berkumandang di rumah itu.
"Istriku..."
Mendengar suara itu, mama Dorkas berlari ke bagian depan rumah, karena sudah mengetahui suara suaminya.
Keromantisan itupun disaksikan kedua anak muda, yang membuat mereka iri dan memasang wajah mamelas.
Mereka berduapun langsung berjalan masuk, sementar orangtua yang berpelukan saling bergandengan tangan menuju ruang makan.
Semua pelayan tersenyum apalagi Pak Tom yang sudah mengikuti keluarga ini semenjak dia muda.
Tuan Yusuf langsung mencari ibunya, sementara Oma Hada asik dengan kursi goyangnya memandang keindahan taman belakang rumah.
"Ibu suri, saya menghadap." suara menggoda Tuan Yusuf.
"Nathan memang mewarisi sifatmu yang selalu menggoda." sahutan Oma Hada kepada putra sulungnya.
Tertawalah ibu dan anak itu, Tuan Yusuf memapah Oma Hada dan menuju meja makan. Pak Tompun diperintahkan untuk memanggil Belsazar dan Sadrakh bergabung bersama.
Melihat menu diatas meja, Tuan Simon tidak berhenti memuji istri yang pintar memasak.
Belsazar dan Sadrakhpun bergabung dan makan bersama, sambil bercengkrama akrab.
Sementara Nathan sedang sibuk di rumah sakit, dan beberapa menit lagi dia akan masuk ruang operasi, menangani pasien rujukan dari pulau Siau.
Pasien ini adalah seorang Dosen yang mengalami kecelakaan pada saat menuju desa terpencil untuk penelitian.
Nathan membaca riwayat pasien ini, agar dia bisa mengambil tindakan tepat. Operasi ini juga ditangani bersama dr. Absalom.
Sebenarnya dr. Easterlah yang akan berkerjasama dalam operasi ini bersama Absalom. Tapi dia langsung mundur. Karena itu Nathan yang menggantikannya.
Kedua dokter Andes inipun bergegas ke ruang operasi.
Operasi berjalan selama 4 jam dengan lancar, mereka berduapun keluar dengan sukacita. Penanganan tepat waktu , nyawa bisa terselamatkan.
Pasien bernama Abipun segera dibawah keruang VIP No 813.
Berlarilah seorang wanita dengan menggunakan seragam ASN, menuju Costumer Service dan menanyakan ruang inap pasien Abi Kansil.
Merekapun menunjukkan jalannya, dan berpapasan dengan dr. Nathan. Nathan sempat melirik sedikit begitu juga dengan wanita itu.
"Ma, aku sudah di rumah sakit Harapan Kasih."
"Tolong kau jaga kakakmu disana, besok mama dan papa menyusul."suara dari telepon diseberang.
"Baik ma."
Zevanya Kansil, wanita yang memiliki rambut lurus sebahu, berkulit putih memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi, imut dan manis dengan mata bulat dan bulu mata lentik, adik dari Abi.
Berprofesi sebagai guru di SMU 1 Manado. Sekolah Negri yang daya saingnya sama dengan Pelita Kasih.
Zeva sedang duduk dan pintupun terbuka, masuklah dr. Nathan dan Absalom. Untuk memeriksa keadaan Abi.
Tatapan mata Nathan dan Zevapun bertemu.
Nathan langsung menuju Abi dan mulai ada tindakan medis disana. Seorang perawatpun membantu proses itu. Kemudian memberitahu kondisi pasien kepada Zeva.
Sambil perawat menjelaskan , sorot mata Nathan tidak lepas dari Zeva, bahkan mulai mengamati tulisan di tangan kanan seragam Zeva (Dinas Pendidikan), kemudian mulai mengagumi cara berbicara wanita itu yang memang sangat teratur, dan santun. Ditambah senyum kecil setelah merasa lega dengan kondisi kakaknya.
Senyuman itupun diperhatikan Absalom, dan sepupunya itu mulai menyadari Nathan sedang terbuai oleh adik pasien mereka.
"Dokter Nathan, apakah kita sudah bisa melanjutkan ke ruang berikutnya?" sahut Absalom
Dengan kesal Nathan menatapnya dan mengambil langkah keluar ruangan, berpamitan juga kepada Zeva.
"Hmmm, sepertinya ada yang terpesona nih." dengan nada menggoda dan tertawa kecil.
Nathan tidak menjawab dan terus berjalan meninggalkan Absalom.