Perjuangan seorang pemuda yang bernama Barata untuk balas dendam karena di hina oleh tunangannya.Dia dianggap tidak cocok oleh tunangannya yang merupakan murida dari salah satu perguruan terkenal.Karena bercita-cita ingin menjadi kuat dan tidak mau di remehkan ia pun mencoba mendaftarkan diri ke suatu perguruan.Namun di tengah jalan tanpa dia sadari tiba-tiba ada sebuah cahaya yang menabrak dirinya hingga membuatnya pingsan.Hal itulah yang membuat dirinya terlambat untuk mendaftar sebagai murid baru.
Secara pelan tapi pasti Barata terus berlatih dan melangkah dari titik lemah sampai menuju ke titik yang paling kuat.Dia pun akhirnya menemukan sebuah perguruan yang mau menerima dirinya dan menjadi murid utama di sana.
Setelah berlatih beberapa bulan akhirnya ia pun oleh gurunya diikutsertakan dalam sebuah pertandingan yang mana di sana ia bertemu dengan tunangannya yang juga ikut dalam pertandingan itu.Bagaimana cerita selanjutnya ikuti saja dalam sang penerus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di bawah guyuran hujan bgn 1
Ki Jatiwaringin tak perlu menunggu lama karena beberapa saat kemudian Ki Bayarana datang bersama Sarwati adik seperguruannya sedangkan Wisangkara datang bersama dengan muridnya Sungsang.
"Maaf jika kedatangan kami berdua harus membuat mu lama menunggu Ki Jatiwaringin."Ucap Wisangkara.
"Ah kalian tidak datang terlambat aku juga baru sampai di sini, jadi kau tidak perlu minta maaf pada ku Wisangkara."Ucap Ki Jatiwaringin.Ia kemudian menoleh ke arah Ki Bayarana yang datang dengan membawa seorang wanita.Ki Bayarana yang melihat sorot mata Ki Jatiwaringin penasaran itu segera memperkenalkannya.
"Ini adalah Sarwati adik seperguruannya, yang beberapa waktu lalu pernah bertarung dengan Barata Ki Jatiwaringin."
"Selamat bergabung dengan kami Nyai Sarwati."Ucap Ki Jatiwaringin.Dengan penuh keramahan.
Sarwati hanya mengangguk sambil tersenyum masam menanggapi perkataan Jatiwaringin itu.
"Kapan kita akan berangkat Ki Jatiwaringin , bukankah semua sudah datang."Ucap Wisangkara.
"Sekarang juga kita berangkat,ayo ."Seru Ki Jatiwaringin.Kemudian melesat ke arah Utara dengan diikuti oleh keempat orang itu.
Malam itu terlihat awan hitam menggantung tebal di angkasa tidak ada satu bintang yang terlihat.Angin pun bergerak cepat menggoyangkan ranting ranting pepohonan dan menggugurkan daun daun kering.
Tidak lama kemudian terdengar guruh di langit dengan sesekali terlihat kilatan cahaya setelah itu rintik rintik gerimis mulai berjatuhan.
Ki Jatiwaringin dan ketiga orang lainnya yang merupakan para pendekar tingkat raja itu melesat sangat cepat.Wisangkara terlihat menggandeng tangan Sungsang supaya dapat mengimbangi kecepatan mereka karena saat ini ia hanya seorang pendekar tingkat atas tahap pertama.
"Cepat kita jangan sampai kehujanan di jalan "Seru Ki Jatiwaringin.Ketika merasakan gerimis semakin menjadi.
Mendengar ucapan Ki Jatiwaringin keempat orang itu pun menambah kecepatannya dan setelah sekian lamanya menempuh perjalanan akhirnya mereka pun sampai di perguruan pedang terbang tepat di saat hujan sudah deras.
Kelima orang itu menatap pintu gerbang di depannya dengan tubuh basah kuyup.
"Sialan padahal tadi siang cuaca begitu cerah tidak tahunya malamnya hujan deras begini"Gerutu Wisangkara.
"Sudahlah Wisangkara tidak kau sesali keadaan ini setelah mendapatkan gadis itu maka akan segera terbayar hujan deras ini."Ucap Ki Bayarana.
Bajra dan Pasopati yang melihat gurunya sudah datang langsung buru buru menghampirinya.
"Lapor guru ,selama aku dan Pasopati serta para murid lainnya di sini tidak melihat ada tanda-tanda kalau pemuda itu di dalam perguruan ini, yang ada hanya Warisapana dan putrinya guru."Ucap Bajra.Memberikan hasil pengintaiannya
"Benar guru sepertinya Barata tidak berani pulang kemari kemungkinan ia takut dengan kita guru."Tambah Pasopati.
Mendengar laporan kedua muridnya itu Ki Jatiwaringin mengangguk angguk sambil tersenyum simpul, Barata baginya sekarang bukanlah buronan utama setelah di perguruan pedang terbang itu ada gadis berdarah suci yang menurutnya lebih penting.
"Setelah ini kita akan bergerak ke desa watu gede kemungkinan dia ada di sana."Ucap Ki Jatiwaringin kepada Bajra dan Pasopati.
"Baik guru."Ucap mereka.
"Tunggu apa lagi Jatiwaringin ayo kita segera masuk."Ucap Wisangkara.
"Baiklah ayo kita dapatkan gadis berdarah suci itu."Ucap Ki Jatiwaringin.Langsung berkelebat melompati pintu gerbang setinggi dua tombak di depannya.
Bajra dan Pasopati merasa heran dengan gurunya, kenapa dia tetap masuk padahal sudah jelas Barata tidak ada di dalam sana.
Karena tidak mau ambil pusing Bajra dan Pasopati serta para muridnya segera menyusul lima orang itu masuk ke dalam.
Ki Jatiwaringin dan keempat lain sudah berdiri di halaman depan , mereka menatap kearah pintu rumah yang tertutup rapat di depannya.Hujan yang makin deras mengguyur tubuhnya tidak mereka hiraukan.
Wisangkara yang sudah tidak sabar langsung melangkah menuju ke rumah yang ada di depannya itu.Sarwati yang sebelumnya pernah kesitu segera menyuruh Wisangkara berhenti.
"Tunggu Wisangkara jangan kau lanjutkan langkah mu itu."Teriak Sarwati.
Wisangkara segera menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya , kemudian bertanya kepada Wanita itu.
"Memangnya ada apa kau menghentikan langkahku,apa kau ingin mendahului ku."Tanya Wisangkara.
Sarwati kemudian mengambil sebuah biji kerikil di bawah kakinya.Tanpa banyak kata ia kemudian melemparkan batu kerikil itu kearah rumah tersebut wuuuus......dess... wuuuus....!!!Batu kerikil itu kembali lagi ke arahnya.
Kejadian itu langsung membuat semua orang yang ada di situ terkejut, mereka tidak mengira kalau Warisapana sangat berhati-hati dengan memasang pagar pelindung di sekitar perguruan itu.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau di sekitar rumah itu di pasangi pagar pelindung nyai."Tanya Wisangkara.Ia merasa beruntung tadi sempat di hentikan oleh wanita itu.
"Perlu kau ketahui Wisangkara sebelumnya aku pernah datang ketempat ini dan mendapati rumah itu di pasangi Pagar pelindung yang tidak kasat mata."Ucap Sarwati.Menjelaskan.
"Kalau begitu akan aku hancurkan pagar pelindung itu."Ucap Wisangkara.
Wisangkara segera mengangkat satu tangannya keatas sambil mulutnya komat-kamit merapal mantra dan tiba-tiba saja tangan kanannya bergetar dan menyala merah membara di itulah pukulan seribu kehancuran yang merupakan salah satu jurus andalannya.
Hiiiaaaaat..... wuuuus..... slaaaap sreeeeeet...... duuuaaarrr....!!! tempat itu terguncang hebat beberapa saat.
Tapi alangkah terkejutnya Wisangkara setelah melihat pukulannya tidak membuahkan hasil,ia tidak percaya pagar pelindung itu mampu menahan pukulannya, padahal pukulan tersebut gunung pun tidak sanggup untuk menahannya.
"Ini tidak mungkin bagaimana bisa pagar pelindung itu begitu kuat."Ucap Wisangkara.
"Guru bagaimana kalau aku ikut membantu mu."Ucap Sungsang.
"Baiklah ayo kita serang pagar pelindung itu bersama sama sekali lagi."Ucap Wisangkara.
Guru dan murid itu langsung mengerahkan kekuatannya untuk menghancurkan pagar pelindung itu.
Hiiiaaaaat... wuuuus..... duuuaaarrr....!!! Rumah itu kembali terguncang namun tetap saja pukulan mereka itu tidak berhasil membobolnya.
"Biadab !"Maki Wisangkara dengan perasaan kesal.
Ki Jatiwaringin menggelengkan kepalanya melihat dua kali kegagalan Wisangkara menghancurkan pagar pelindung itu.
"Sebaiknya ayo kita gabungkan kekuatan kita untuk menghancurkan dinding pelindung itu."Ucap Ki Jatiwaringin.Karenabia pun juga merasa tidak sanggup.
"Baiklah untuk menghemat tenaga sebaiknya memang begitu "Ucap Ki Bayarana.
Kelima orang itu kemudian mengerahkan kekuatannya dan wuuuus....!!!! Duuuuuaaaarr....!!! ledakan besar pun mengguncang tempat ini dan ternyata usaha mereka itu tidak sia sia karena berhasil membobol pagar pelindung itu.
"Sungguh pertahanan yang sangat kuat ,aku baru tahu kalau Warisapana mempunyai pagar pelindung sekuat itu."Ucap Ki Jatiwaringin.
Setelah pertahanan rumahnya berhasil di bobol Warisapana segera muncul.
"Ternyata ada tamu tak di undang yang mendatangi tempat ku ."Ucap Warisapana yang tiba-tiba keluar dari dalam.Dengan bersikap tenang.
"Warisapana cepat kau serahkan Barata pada ku secara baik-baik jangan paksa aku untuk menggunakan kekerasan pada mu."Ucap Ki Jatiwaringin,beralasan. Padahal dia jelas jelas sudah tahu kalau Barata tidak ada di situ.
"Aku tidak tahu di mana dia Jatiwaringin, bukan kah kau sendiri tahu waktu itu dia hilang dari perguruan tapak suci."Ucap Warisapana.
"Kau pikir aku bodoh Warisapana sebagai gurunya aku tahu kau pasti menyembunyikannya."Ucap Ki Jatiwaringin.Dengan mencoba bersilat.