Ibu Susu Untuk Putriku Sendiri

Sebelum menjawab pertanyaan Sean, bunyi ponsel Sean membatalkan Rubby untuk menjelaskan tentang keberadaan bayinya. Tentu saja Rubby harus berbohong agar dicurigai oleh Sean.

Sean mendengarkan penjelasan orang suruhannya yang saat ini sedang mencari informasi keberadaan Rubby. Sementara Rubby tidak bisa mendengarkan percakapan itu karena Sean menggunakan handsetnya.

"Tuan. Gadis yang bernama Rubby sedang berada di Amerika. Tepatnya di kota anda sekarang berada. Dia kehilangan bayinya yang sengaja diberikan ibunya pada seorang wanita yang juga ditinggal mati oleh bayinya beberapa saat pasca melahirkan.

Dan nona Rubby sedang mencari bayinya itu. Sementara ibunya saat ini masih mengalami koma dan bertahan di rumah sakit," tutur si penelpon dan Sean hanya berdehem dan mengangguk.

Sean ingin menanyakan seperti apa penampilan Rubby sekarang pada si penelpon namun ia tidak bisa lakukan itu karena Rubby ada di sampingnya. Sean terpaksa mengirim pesan untuk menanyakan keinginannya tersebut pada anak buahnya.

"Maaf tuan...! Aku tidak bisa menanyakan sejauh itu pada karyawannya. Beri saya kesempatan untuk menyelidikinya lebih lanjut sesuai keinginan tuan," sahut anak buahnya Sean.

"Baik. Aku tunggu informasi baru darimu. Lakukan sesuai rencana dan beri kabar padaku jika mendapatkan informasi walaupun hanya sedikit," balas Sean.

"Baik tuan." Keduanya mengakhiri obrolan mereka. Sean tampak lega kini karena satu langkah lagi ia bisa membuktikan kalau wanita bercadar disampingnya ini adalah Rubby-nya.

"Apakah ada hal yang penting?" tanya Rubby melihat wajah Sean terlihat gamang.

"Tidak apa. Hanya urusan pekerjaan. Apakah kesayanganku sudah tidur? Biarkan aku menggendongnya...!" pinta Sean tidak ingin melihat Rubby kelelahan mengurus bayinya.

"Tidak apa. Aku senang baby Oliver berada di dalam gendonganku," ucap Rubby yang sudah memperlihatkan lagi wajah bayinya di hadapan Sean setelah disusuinya.

"Rubby. Apakah aku harus menjadi mualaf dulu baru bisa menikahimu?" tanya Sean.

"Kalau mau menjadi mualaf silahkan saja, Sean! Tidak harus menikahiku. Apalagi seorang pria yang menjadi mualaf harus di khitan terlebih dahulu," ucap Rubby.

"Khitan? Maksudnya?" tanya Sean yang belum mengerti istilah itu.

"Iya. Khitan adalah mengambil bagian ujung dari alat kelamin sesuai petunjuk dokter ahli atau orang yang dipercayakan untuk melakukannya," jelas Rubby.

"Apaa...?!" maksudmu milikku yang gagah ini harus dipotong?" Sean merapatkan pahanya dengan tubuh bergidik ngeri.

Rubby cekikikan melihat ekspresi wajah takut Sean." Masa seorang mafia hebat seperti mu takut dipotong itunya? Cemen...!" Rubby membalikkan jempolnya meremehkan Sean membuat Sean kesal lalu menyerang Rubby.

"Aku tidak takut...! Baiklah. Aku akan melakukannya. Seberapa dokter akan mengambilnya? Punya ku cukup panjang dan tidak akan mengurangi kenikmatan bila melewati malam pengantin denganmu," sungut Sean dan kini Rubby yang gantian merinding karena ia sudah merasakan milik Sean. Apa lagi milik Rubby sudah dioperasi kembali menjadi perawan sesuai dengan keinginan ibunya.

Tidak lama kemudian, ada notifikasi gambar masuk ke ponsel Sean dan Sean akhirnya membuka notifikasi itu dan terlihatlah foto Rubby yang terbaru yang mengenakan pakaian syar'i lengkap dengan cadarnya.

Jantungnya Sean rasanya ingin meledak saat ini karena di foto itu wajah Rubby terlihat dekat dengan mata yang sama yang ditatapnya setiap saat. Sean meminta Dick menepikan mobilnya.

"Kenapa kita berhenti di sini, Sean?" tanya Rubby bingung karena mereka berada di tempat yang cukup sepi.

"Berikan bayi itu padaku...!" datar Sean dan Rubby buru-buru memberikan kepadanya.

"Dick. Tolong gendong bayiku...! Bawa bayiku keluar sebentar...! Aku ingin bicara dengan Rubby secara pribadi," ucap Sean dan Dick menuruti perkataan bosnya itu.

"Ini sudah malam Sean. Tidak baik bawa bayi keluar. Di luar dingin, Sean," bujuk Rubby.

"Hanya sebentar saja...! Bayiku sangat kuat sepertiku....!" lagi-lagi Sean membuat Rubby begitu takut.

"Rubby. Dengarkan aku dan aku mohon kali ini jangan pernah lagi mempermainkan aku kalau kamu masih ingin melihat bayiku setiap saat," ucap Sean serius.

"Maksud kamu apa Sean?" gugup Rubby berusaha memalingkan wajahnya dari Sean namun Sean lebih dulu menangkup kedua pipinya Rubby. Kedua wajah mereka bersitatap. Mata Rubby terlihat sayu menatap mata Sean yang seakan ingin menelanjangi dirinya.

"Apakah kamu adalah Rubby wanita yang tidak sengaja aku tiduri atau aku perkosa?" tanya sambil mengeratkan tangkupannya di pipi Rubby yang tidak bisa mengelak lagi.

"Lepaskan aku Sean...! Aku bukan Rubby...!" tegas Rubby berusaha melepaskan diri dari Sean..

"Kalau begitu, buktikan kalau kamu bukan wanita yang aku perkosa itu. Buka cadarmu..! Setelah itu akan melepaskanmu," titah Sean namun Rubby menggelengkan kepalanya.

"Baiklah. Kalau begitu biar aku yang akan melepaskan sendiri cadar ini dan aku akan memperkosamu lagi. Apakah kamu ingin itu?" Sean tidak bisa lagi mengulur waktu dan terus bersabar menunggu Rubby jujur padanya.

Mendengar ancaman Sean, Rubby ketakutan hingga keduanya saling beradu fisik di dalam mobil.

"Lepaskan aku Sean...!" Rubby berusaha mendorong tubuh Sean namun Sean lebih dulu menarik cadar Rubby hingga terlepas.

Rubby berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya namun Sean membukanya dengan paksa. Ia sudah sempat melihat wajah Rubby walaupun sekilas.

"Benar kau adalah Rubby ku. Wanita yang aku cari selama ini. Sayangku...! Tahukah kau bahwa aku sangat merindukanmu, sayang?" Sean memeluk tubuh Rubby dengan erat membuat Rubby menangis histeris. Ia sebenarnya juga merindukan Sean. Merindukan ayah dari putrinya itu. Sean mengecup sayang kening Rubby lalu membawanya ke dalam dada bidangnya.

"Maafkan aku sudah memaksamu seperti ini, sayang. Aku tidak punya cara lain lagi untuk memaksamu mengakui dirimu sebagai Rubby. Aku jatuh cinta pertama kali padamu. Hariku menjadi kelabu semenjak kau pergi dariku dengan hati terluka. Aku sangat menyesal telah menodaimu," ucap Sean sambil membelai kepala Rubby.

Ia biarkan Rubby menangis dalam pelukannya. Jika tidak ingat keadaan Rubby yang masih menjaga dirinya dengan berpakaian syar'i, ingin rasanya Sean memagut bibir Rubby untuk melepaskan kerinduannya dan menyampaikan rasa sayang dan cintanya pada Rubby.

"Aku mencintaimu Rubby. Aku sudah yakin sekali bahwa kamu adalah wanitaku saat pertama kali kita bertemu di dalam lift. Kamu Rubby ku." Sean terus bergumam dengan kalimat yang sama.

Sean sampai memangku Rubby seperti anak kecil. Ia begitu takut kehilangan lagi wanitanya. Itulah sebabnya ia ingin segera menikahi Rubby.

"Mencintaimu membuatku gila setiap saat. Aku tidak betah bekerja di luar terlalu lama hanya ingin bisa bersamamu. Rubby, Aku sangat mencintaimu, sayang." Sean merenggangkan pelukannya ingin mengangkat dagu Rubby agar ia bisa menatapnya lebih lama. Bukan hanya Rubby yang terharu tapi juga Sean yang juga ikut menangis karena merasa sangat bahagia.

Walaupun masih terbalut jilbab, namun Sean merasa menemukan belahan hatinya dalam diri Rubby.

"Kamu lebih terlihat cantik memakai jilbab ini. Aku sangat menyukainya. Wajahmu lebih teduh. Maukah kamu menikah denganku, Rubby? Aku ingin menebus segala dosa dan salahku karena cintaku juga begitu besar padamu," tanya Sean penuh penekanan pada kalimatnya dan Rubby mengangguk nya dengan air mata berderai.

"Terimakasih sayangku...!" Sean kembali memeluk Rubby penuh sayang. Tidak lama kemudian terdengar suara tangisannya baby Oliver membuat kedua orangtuanya ini harus sadar dari kondisi mereka yang sedang haru biru.