Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. jeruk pandai akting
Calista melirik Barra yang tampak fokus pada ponselnya. "Elo nggak mau makan lagi? Masih banyak loh ini!" Kata Calista. Ia tidak tau apa yang terjadi namun wajah Barra terlihat serius.
Barra melirik Calista sejenak, lalu tersenyum. "Enggak. Kasihan gue sama orang nggak makan bertahun-tahun." Ucap Barra membuat Calista menatapnya sinis.
Calista nggak suka di katain seperti itu. Ia harusnya juga sadar sih bahwa dia tidak boleh makan seperti ini di depan orang lain. Mungkin orang lain juga akan terganggu dengan cara dia makan.
Calista pun perlahan-lahan memperbaiki cara makannya. Ia tidak makan serakus tadi. Sembari makan sembari Calista melihat ke kanan dan kiri memperhatikan orang-orang yang ada di taman ini juga. Banyak kupu-kupu yang menghinggap di bunga juga.
Wosss....
Angin kencang tiba-tiba datang, Calista menyipitkan matanya. Lalu kemudian ia menyuapkan sesendok lagi nasi goreng tersebut.
Barra sendiri pandangannya tak lepas memandangi Calista. Ia terkekeh gemas. Ia pun reflek menyingkirkan poni tipis yang di terjang angin tadi.
Calista yang mendapatkan perlakuan itu tidak terkejut. Apalagi cowok-cowok Playboy pasti sering kayak gini.
"Jangan kayak gini. Ntar Lo suka beneran sama gue!" Celetuk Calista. Ia merasa tidak baper sama sekali dalam hal ini.
Barra lumayan terkejut ya, pasalnya biasanya cewek kalau di perlakukan manis dikit langsung ngefreez. Lah ini Calista kok enggak...
Barra pun menyangga tangannya untuk memandangi Calista. "Menarik juga Lo!" Kata Barra singkat. Calista sendiri sudah terbiasa dengan godaan cowok, pandangan cowok, dan perlakuan manis cowok. Bukannya Calista cewek murahan, tapi Calista terkadang juga bekerja di bar milik kakaknya Deolinda.
"Banyak manusia kayak elo!" Sahutnya.
Sebagai wanita yang cantik dan memiliki body goals. Calista sering di goda oleh cowok-cowok disana. Padahal pakaian Calista jauh dari kata sexy. Meski yang menggoda cowok tajir maupun tampan pun, Calista tetap tidak tertarik. Bukannya Calista menerima godaan mereka, Calista ketika di sentuh pun langsung ia tepis, apalagi menyentuhnya bagian yang berharga dari tubuh Calista. Pasti Calista langsung menghajar orang tersebut.
"Oh ya? Tapi gue beda dari yang lain." Bantah Barra. Tentu ia tidak terima di samakan sama cowok-cowok yang entah seperti apa yang Calista maksud.
"Terserah deh. Tapi di mata gue Lo sama aja kayak yang lain."
"Oke, udah habis nasi gorengnya." Kata Calista menutup kotak bekal yang dibawakan oleh Barra itu.
Barra hanya diam sembari mendengarkan Calista. Ia menjadi tertarik, dan ingin tau lebih banyak tentang Calista. Sepertinya, Calista adalah perempuan yang susah di taklukkan jika seperti ini.
"Eum... Thank you makanannya. Gue mau ganti baju dulu." Kata Calista hendak berdiri namun lengannya di cekal oleh Barra. "Elo kalau butuh bantuan gue, gue akan bantuin. Tapi dengan syarat..."
Mata Calista dan Barra bertemu. Mereka saling memandang satu sama lain. "Apa?" Tanya Calista.
"Lo harus jadi pacar gue!" Ucap Barra tanpa Ragu. Sejujurnya, ini bukan kemauan Barra sepenuhnya. Namun, di lubuk hatinya paling dalam ada keinginan terbesar untuk membantu Calista. Dan berharap Calista mau.
Calista yang larut dalam tatapan itu pun segera menyadarkan dirinya. "Sinting! Tawaran macam apa tuh!" Kata Calista langsung menghempaskan tangannya lalu berjalan pergi meninggalkan Barra.
"Huh! Jeruk... Lo membuat gue semakin tertarik!" Gumam Barra. Lumayan tercengang dengan sikap Calista.
Calista sendiri, kini ia berlari ke koridor hendak pergi ke kamar mandi wanita. Namun setelah merasa agak sepi Calista berhenti disitu.
Entahlah, Calista tadi hanya pura-pura baik-baik saja. Sejujurnya ini pertama kalinya Calista merasakan getaran yang berbeda saat di sentuh oleh orang lain, termasuk Barra. Apalagi saat tadi mata Barra yang coklat pekat itu mampu menusuk hatinya. Hingga Calista merasakan sedikit sakit di bagian dadanya. Jantungnya juga berdegup dengan kencang.
"Enggak Calista. Lupakan!" Ucapnya terdengar lemas. Ia berdiam sembari bersandar di tembok dengan memejamkan matanya sejenak. Setelah merasa dirinya tenang, Calista pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Ia berjalan lemas ke kamar mandi, setelah itu ia masuk ke salah satu kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sehabis main basket pasti berkeringat kan...
Tak butuh waktu lama untuk membersihkan tubuhnya. Setelah merasa segar Callista keluar dari kamar mandi tersebut untuk kembali ke kelasnya.
Sampai di depan kelas, Calista tersenyum melihat Deolinda yang berada di kelasnya. Mungkin dia sedang mengerjakan tugas.
Calista pun langsung masuk menyusup agar tidak ketahuan Deolinda. Dan..dor...
"Huh! Asem!" Kata Deolinda. Ia tentu terkejut dengan perlakuannya. Calista pun duduk disamping Deolinda. Karena memang mereka berdua sebangku. "Cie... Yang lagi berbunga-bunga. Kapan tuh... Kok gue nggak di kasih tau sih!" Kata Calista menggoda.
Deolinda tersenyum tipis, ia tidak keberatan memberitahu apapun jika orang tersebut adalah Calista. "Eum... Mungkin ini udah 2 hari hahah..." Sahut Deolinda.
Calista yang mendengar itu pun terkejut tapi juga ikut senang. Ia tau temannya saat ini pasti lagi pdkt.
"Gilak Lo bisa dapetin Nelson. Anaknya lumayan rajin kan. Bagus deh kalau Lo sama dia biar nggak jomblo Mulu."
"Eh, sembarangan Lo! Belum tentu juga sih dia suka sama gue atau enggak. Itu kan cuma makan di kantin."
"Ih, siapa sih yang bisa menolak pesona Deolinda." Kata Calista. Calista memang suka banget dengan kecantikan Deolinda. Deolinda memiliki kulit putih rambut sebahu dan juga hidung mancung. Bedanya mata Calista sipit sedangkan mata Deolinda belok.
"Thank you karena membuat gue percaya diri hahaha..."
Calista juga tertawa, ia pun mengambil beberapa buku di loker mejanya. Ia juga ingin mengerjakan beberapa tugas untuk hari selanjutnya agar tugas-tugas itu tidak menumpuk.
Maklum ya sudah kelas 12 pasti lebih banyak kegiatan. Baru saja Calista hendak mulai namun ia merasakan gatal-gatal di tangannya.
Calista awalnya mulai mengabaikannya namun lama kelamaan tangannya itu semakin gatal dan merambat banyak bentol-bentolnya.
Calista mulai risih, ia pikir ia terkenal ulat bulu. Deolinda pun menoleh merasakan Calista yang tidak nyaman.
"Heh! Tangan Lo kenapa? Kena ulat bulu ini?" Tanya Deolinda
"Eh, Calista Lo kenapa?" Tanya teman di depannya. Siswi itu menoleh ketika mendengar ucapan Deolinda.
"Kayaknya gue kena ulet bulu deh." Sahut Calista.
"Cepet bawa ke UKS aja segera langsung di tangani." Ucap salah satu teman kelasnya juga.
"Emang Lo habis dari mana." Tanya teman sampingnya
Tak mampu menjawab beberapa pertanyaan Calista di antar ke UKS. Saat itu juga bertepatan guru masuk.
"Astaga Calista tangan kamu kenapa?" Tanya Bu Guru.
"Kayaknya kena ulat bulu Bu. Saya izin ya Bu."
"Yasudah kamu. Ke UKS sana."
Dibalik itu semua ada seseorang yang tersenyum menang melihat hal itu.
"Hahahahah rasain Lo!"