Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.
Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.
Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.
"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.
"Kau adalah milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Ashley Cemburu
Setelah melewati malam festival yang menyenangkan. Ada kabar tentang kepulangan Ashley, Sora langsung pergi menemuinya.
Sora memandangi Ashley dengan pandangan penuh tanya, tapi bibirnya terdiam. Dia sangat ingin menanyakan darimana saja ataupun apa yang ia lakukan. Tapi, Sora merasa itu bukan urusannya. Dia tetap diam, menahan rasa penasarannya. Kecuali jika Ashley yang memberitahunya sendiri.
Sepulangnya Ashley, ia langsung mengerjakan dokumen. Izek hanya berdiri berjaga di depan ruangan. Biasanya Javier selalu memenuhi kebutuhan Ashley. Tapi, karena Javier tidak ada jadi Sora yang mengambil alih tugasnya. Sora menyeduhkan teh serta menyiapkan beberapa camilan dan mulai mengerjakan tugasnya.
"Bagaimana harimu?" tanya Ashley memecahkan keheningan. "Apa saja yang kau lakukan?"
"Tidak banyak yang aku lakukan disini. Aku hanya membaca buku di perpustakaan." jawab Sora.
"Tadi malam ada festival Gifu, kau tidak pergi bersama temanmu?" timpal Ashley.
"Tidak!" Sora berbohong. "Aku tidak pergi kesana karena tidak tahu harus meminta izin kepada siapa. Sedangkan Jendral sedang tidak ada di tempat." jawab Sora dengan lancarnya.
Sepertinya dia terlalu banyak berbohong, hingga tidak ada rasa takut lagi untuk berbohong.
"Benarkah?" Ashley berjalan mendekati Sora. "Lalu, darimana kau mendapatkan gelang ini." la menarik tangan Sora, melihat sebuah gelang melingkar di pergelangan tangannya. "Aku tidak pernah melihat kau memakai gelang ini, sepertinya masih baru."
"Shit." gumam Sora. Dia lupa untuk melepaskan gelangnya.
Ashley memandangi Sora dengan tatapan menunggu jawaban. la berusaha mencari tahu darimana gelang itu berasal.
Sora meliriknya dengan gugup, merasa ragu untuk menjawabnya. "Ini ... aku mendapatkannya dari Flora." sahut Sora. "Semalam Flora pergi ke festival bersama yang lain dan ... membelikan gelang ini untukku." jawab Sora, suaranya terbata menjadi kurang meyakinkan.
'Nanti saat aku bertemu Flora, aku harus memberitahunya, aku takut Ashley akan menanyakan langsung kepadanya dan jika ia mendapati jawaban yang berbeda apa yang akan terjadi kepadaku.' batin Sora gugup.
Ashley mengerutkan keningnya, ia tak percaya. Ia melepaskan tangan Sora dan kembali ke meja kerjanya dengan wajah yang masam.
Keheningan terjadi di ruangan, sepanjang hari Ashley hanya terdiam. Saat Sora bertanya, ia hanya mengucapkan satu kata ya atau tidak. Tidak ada kata-kata lain. Sepertinya Ashley marah kepadanya.
'Tapi untuk apa dia marah, aku hanya seorang asistennya. Kenapa ia harus begitu protektif?" batin Sora.
Hingga sore pun tiba, pekerjaannya sudah selesai. Sora keluar tanpa bisa mencairkan suasana.
...****************...
Hari pun berganti, Ashley masih saja merajuk. Hari ini di lapangan, para prajurit menjadi sasaran amarahnya. Ia melatih mereka dengan tegas dan berat.
"Ada apa dengan Jendral?" tanya seorang prajurit.
"Sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik." sahut temannya.
Mereka sudah merasa nyaman akhir-akhir ini. Jadi, saat Ashley kembali seperti dulu, semua orang jadi terus bertanya-tanya dan merasa aneh dengan sikapnya.
Ashley mengajak bertarung melawan prajurit, siapapun lawannya akan ia hadapi meskipun harus melawan banyak sekaligus.
Semuanya dikalahkan, kekuatan Ashley memang sangat hebat. Sehingga ia bisa menjadi seorang Jendral di usianya yang masih muda dan bisa mempertahankannya hingga sekarang.
Matahari telah terbenam, pelatihan pun selesai. Semuanya kelelahan, mereka menggerutu betapa kerasnya latihan hari ini.
"Sora, kembali dan istirahatlah!" Perintah Ashley.
"Bagaimana dengan makan Jendral? Aku harus menyiapkan makan malam dulu."
Ashley langsung menolak. "Tidak perlu!Tidak perlu membawakan makan malamku, kau bisa kembali." jawabnya dengan nada dingin.
la pun pergi meninggalkan lapangan latihan, Sora hanya berdiri diam melihat sosoknya yang semakin menjauh.
"Ada apa dengan jendral? Apa kalian sedang bertengkar?" Soren mendekat. Ia menyadari perubahan sikap jendral terhadap Sora.
Sora menatap Soren dengan tatapan sedih, rasanya dia ingin menangis. Perasaannya sangat aneh, saat Ashley berbicara dengan nada dinginnya, itu membuat hatinya merasa sakit. Seperti kembali ke awal, hubungan mereka kembali menjadi orang asing.
"Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya, aku telah melakukan kesalahan kepadanya." tutur Sora, air mata menggenang dimatanya.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi? jendral tidak akan marah tanpa alasan, kan." ucap Soren penasaran.
Sora menceritakan semua hal yang dia bicarakan kepada Ashley. "Aku sudah berbohong dan mengatakan kalau aku tidak pergi ke Festival sama sekali dan mengatakan kalau gelang ini pemberian dari Flora. Sepertinya, ia tahu aku berbohong kepadanya."
"Kenapa kau harus berbohong kepadanya? Kenapa tidak memberitahu hal yang sebenarnya?" ucap Soren Bingung.
"Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa bilang kalau aku pergi bersama seorang pria. la akan tambah marah kepadaku."
"Kenapa ia harus marah? Apa hubungannya dengannya? Kau bukanlah kekasih ataupun tunangannya. Tidak ada alasan ia harus marah jika kau jalan dengan pria lain."
Kata-kata Soren seperti menampar pipinya. Apa yang dikatakan Soren benar. Dan dia juga berfikir hal yang sama. Hubungannya dengan Ashley hanyalah hubungan seorang pelayan dan majikan. Bukan hubungan yang mendalam. Tidak ada alasan untuknya marah. Jika, dia pergi dengan seorang pria manapun.
"Kau harus membuat batas hubungan yang jelas dengan jendral." ucap Soren.
"Hmm. Iya."
Perasaannya menjadi lebih baik setelah berbicara dengan Soren. Dia bahkan tidak menyangka dapat nasihat dari orang yang selalu memasang wajah kaku.
"Sora!" Tiba-tiba Ashley kembali, dengan ekspresi sangat marah. "Kau berbohong kepadaku!" bentak Ashley.
"Apa maksud Jendral?"
"Gelang ini. Kau mendapatkannya dari seorang lelaki kan? Kenapa kau berbohong?" Ashley menjadi marah ketika melihat ekspresi Sora yang acuh tak acuh.
"Iya. Aku berbohong. Aku pergi ke festival bersamanya dan ia memberikan gelang ini." sahut Sora. Amarah Ashley memuncak.
"Apa yang kau lakukan?" Ashley menarik tangan Sora, lalu menarik gelangnya hingga putus. Batu-batuannya berhamburan kemana-mana.
"Aku tidak suka! Aku tidak suka kau mendapatkan barang dari pria lain." ucap Ashley dingin.
"Apa hak Jendral?!" teriak Sora hingga membuat air matanya mengalir. "Jendral hanyalah atasanku, Jendral tidak punya hak untuk mengaturku. Aku bisa dekat dengan siapapun. Aku hanya asisten Jendral bukan kekasih Jendral."
Ashley terkejut, matanya terbuka lebar. Kata-kata Sora seperti sebuah tamparan keras baginya. Hubungan mereka tidak spesial seperti itu, ia menjaga Sora disampingnya hanya karena membutuhkan darahnya.
"Jika tidak ada urusan lain, saya undur diri." ujar Sora lalu pergi meninggalkannya yang masih mematung disana.
Sora pergi dengan air mata yang masih menggenang di matanya. Perasaannya kacau. Dadanya terasa sakit.
"Sora!" Sora berpapasan dengan Aldrich. "Ada apa denganmu?" Wajah khawatir tampak jelas saat ia melihat Sora menangis.
Sora tidak bisa menahan diri lagi dan menangis dengan keras dihadapannya. Aldrich tampak bingung. la memeluk Sora dan mengelus punggungnya dengan lembut. Usapan tangannya sangat nyaman. Aldrich terus diam hingga Sora tenang.
"Maafkan aku." ujar Sora, Setelah menangis lama akhirnya dia merasa lebih baik.
"Jadi, apa kau mau menceritakan apa yang terjadi padamu?" tanya Aldrich dengan suara lembut.
Sora menceritakan semua hal yang terjadi kepadanya. Tentang kemarahan Ashley.
"Itu sebabnya, jendral terlihat marah setelah berbicara denganku."
"Apa maksudmu?" Sora tidak mengerti.
"Tadi aku berpapasan dengannya, sepertinya jendral memperhatikan gelang yang kupakai. la bertanya darimana aku mendapatkannya, aku bilang aku pergi ke Festival kemarin." jelas Aldrich. "Aku tidak menyebutkan aku pergi denganmu. Tapi setelah mendengar penjelasanku, jendral tampak marah dan pergi begitu saja."
'Padahal gelang yang kumiliki tidak sama dengan gelang yang dipakai Aldrich. Tidak ada tanda kesamaan sama sekali, Aldrich tidak mengatakan ia pergi denganku. Tapi bagaimana bisa ia dengan yakinnya, aku pergi ke festival bersama Aldrich.' batin Sora.
"Maafkan aku." ucap Sora.
Aldrich memiringkan kepalanya memandangi Sora dengan tatapan bingung. "Kenapa kau meminta maaf?"
"Itu karena gelangnya rusak. Aku tidak menjaganya dengan benar." sesal Sora.
"Tidak perlu dipikirkan." Aldrich mengelus kepala Sora. "Lain kali, aku akan memberikan hadiah yang lebih bagus."
...****************...
Sora kembali ke kamarnya, dia tidak bisa tidur. Dia memandangi langit-langit sambil melamun. Kembali membayangkan ekspresi wajah Ashley yang mematung.
"Kau harus membuat batasan yang jelas." Kata-kata Soren terus terngiang di kepalanya.
Mereka tidak memiliki hubungan apapun. Hanya hubungan yang saling membutuhkan. Tapi kenapa dadanya terasa sakit dan aneh. Dia tidak mengerti perasaan apa yang dia rasakan saat ini.