NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Arumi

Di Balik Cadar Arumi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:20.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan kisahnya yuk lansung aja kita baca....

Yuk ramaikan...

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, like, subscribe , gife, vote and komen yah....

Teruntuk yang sudah membaca lanjut terus, dan untuk yang belum hayuk segera merapat dan langsung aja ke cerita nya....

Selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

"Arin!?" Aris tampak terkejut.

"Iya. Mas lupa Arin datang semalam diantar Farhan?"

Aris menajamkan kesadarannya yang belum benar-benar pulih.

"Iya, ya?" jawabnya kemudian.

"Nah, sekarang kita sholat berjamaah," balas Arumi sambil berusaha bangkit, kembali berdiri.

"Kalian sholat saja berdua, Mas mau ke masjid." Aris bangun dan langsung menyibak selimut. Menurunkan kedua kaki secara bergantian. "Tolong siapkan sarung dan baju." Lantas beranjak dari tempat tidur.

Arumi ternganga. Pasalnya, selama menikah dengan pria itu, ia tidak pernah melihat Aris melaksanakan sholat berjamaah di masjid, kecuali di hari Jumat.

"Baik. Rum siapkan pakaian Mas."

Saking senangnya, Arumi bergegas dengan gerakan cepat menuju lemari mereka. Ini adalah kesempatan langka seorang Aris. Ia merasa seperti bersama dengan sosok lain dari diri suaminya. Sejak semalam, Aris berubah bak malaikat. Sikapnya yang sebelumnya dingin, perkataan ketus dan tidak perduli, berubah drastis tanpa syarat apapun. Ya, sejak semalam. Sejak pria itu mengatakan bahwa Aris telah menemukan cara terbaik menuntaskan masalah mereka.

"Mbak, Mas Farhan itu orangnya seperti apa, sih?"

Arumi yang sedang memindahkan tumis kangkung, melirik iparnya yang duduk di kursi meja makan.

"Kamu menyukainya, Rin?" tebak Arumi.

"Ish, ya enggaklah, Mbak. Ketemu juga baru satu kali." Arin menjawab.

"Ingat, jangan pacaran."

Arumi menegaskan.

"Mbak Rum ada-ada aja, deh. Kami belum tentu bertemu lagi kan?"

"Maksud mbak, entah dengan Farhan atau dengan siapapun. Biarkan laki-laki itu yang mengejar kamu."

"Mbak Rum ngomong apa, sih? Aku kan masih kuliah."

"Nah, apalagi masih kuliah. Selesaikan dulu kuliahmu, cari kerja, cari diut untuk bahagiain mama dulu. Soal jodoh, nanti datang dengan sendirinya."

"Iya, Mbak. Arin tadi kan cuma nanya sekilas tentang mas Farhan karena dia begitu baik, padahal penampilannya amburadul begitu."

"Farhan itu pria baik. Tapi jangan terpaku dengan kebaikan dia. Apa karena dia ganteng makanya kamu segitu penasaran?" Arumi yang sengaja menggoda iparnya, mendapati pipi Arin bersemu merah ketika menyebutkan ketampanan seorang Farhan.

"Nggaklah," sangkal gadis berlesung itu.

"Baguslah. Karena kalau kamu menyukainya, Mas Aris adalah orang pertama yang nggak akan setuju."

Arumi beralih ke meja dapur, meninggalkan Arin sejenak untuk mengambil menu lain yang sudah siap dipindahkan ke meja makan. Arin termangu, mendapat peringatan keras dari Arumi membuatnya teringat pada pertemuan semalam saat Farhan dan Aris bertemu. Gadis itu menghela nafas berat.

"Rin! Tolongin Mbak, sini!"

Lamunannya harus dikejutkan oleh panggilan Arumi. Arin bergegas datang dan melihat menu sarapan mereka sudah siap dipindahkan.

Pagi di meja makan, Aris menikmati sarapannya dengan lahap. Begitu juga dengan Arin. Tidak dengan Arumi, ia sedikit menahan rasa laparnya.

"Kamu sakit, Rum?" Aris rupanya menangkap keganjilan diri istrinya.

"Sedikit pusing, Mas."

"Mungkin karena kemarin malam nggak tidur semalaman, ditambah lagi kerja sampai malam," celetuk Aris.

"Memangnya Mbak ngapain nggak tidur semalaman?" sela Arin sambil menyuap. Aris dan Arumi saling memandang. "Banyak pesanan, ya?" imbuhnya lagi.

"Ya. Makanya kamu sering-sering ke sini biar bisa membantu Mbakmu." Aris mengambil alih menjawab pertanyaan itu.

"Iya, iya. Ini sudah kebetulan pas libur semester, jadi aku memang sengaja mau membantu Mbak Rum di toko."

"Kamu nggak sibuk? Mempersiapkan skripsimu mungkin?" tanya Arumi.

"Tenang, Mbak. Aku ikut proyek dosen. Jadi, tinggal mengolah data doang, nggak sampai membuat penelitian sendiri. Sudah dicicil kok. Gampang lah." Arin menanggapi penuh keyakinan.

"Beneran bakal lancar?"

"Iya, Mas. Sudahlah, tenang aja. Semester depan adalah semester terakhir Arin menempuh kuliah."

"Syukurlah. Setelah itu, nanti cari kerja dulu, jangan buru-buru menikah." Aris mengingatkan.

"Enggak, Mas."

"Oh, iya. Ngomong-ngomong, kamu dengan Farhan enggak membuat janji ketemuan di luar kan? Mas lihat meskipun kalian baru kenal, tapi sudah akrab sekali."

"Gimana mau membuat janji, HP saja nggak punya?"

Arin menanggapi dengan bersungut-sungut. Ia cukup kesal dengan teguran kakaknya.

"Cuma memperingatkan sebelum kamu benar-benar dekat dengannya," ucap Aris.

"Memangnya kenapa sih, Mas nggak suka sama Farhan? Orangnya kelihatan baik kok." Arin menyatakan keberatannya.

"Dari mana kamu tau dia baik. Baru sekali bertemu kan?" Aris menatap Arin dengan sorot mata cukup tajam, membuat gadis 20 tahun itu menunduk.

"Laki-laki seperti itu yang menjadi incaranmu? Kamu itu wanita berpendidikan. Jangan sembarangan dekat dengan laki-laki, apalagi ketemunya di jalanan."

"Mas." Arumi menyenggol pelan lengan suaminya, mengisyaratkan agar menyudahi pembahasan tentang Farhan.

Arin yang menunduk, tidak mengabaikan sarapannya yang masih setengahnya. Aris menatap dengan menghela nafas panjang. Bungsu dari mamanya itu memang sangat manja, tapi Aris begitu menyayangi gadis yang terpaut tujuh tahun darinya.

"Setelah makan, bersiap-siaplah kalian berdua. Cari galeri ponsel di sekitar sini ." Aris meneguk sisa air minum di gelasnya setelah memberikan perintah.

"Beli HP, Mas?" Arin lantas menatap Aris dengan mata berbinar-binar.

"Kamu, giliran ngomongin HP langsung heboh." Aris beranjak.

"Iyalah, kan sedang butuh?" jawab Arin.

"Minta sama Mbakmu," balas Aris. Tapi bantu Mbakmu beres-beres rumah dulu."

"Aseeek! Tenang, Mbak Arumi antarkan Mas Aris ke depan. Biar Arin yang membereskan ini semua. Termasuk menyapu dan mengepel." Arin bergerak cepat bangkit dari kursinya.

"Itu sarapanmu enggak dihabisin dulu, Rin?" tegur Arumi.

"Nggak, Mbak. Tinggal sedikit kok." Ia sangat bersemangat hingga merasa cukup kenyang.

Aris dan Arumi menanggapi dengan saling melempar senyum.

"Setelah membeli ponsel Arin, sebaiknya nggak usah ke toko. Aku takut kamu jatuh sakit karena kurang istirahat," ucap Aris. Arumi mengenakan cadarnya sebelum sampai di depan pintu, berjalan mengiringi suaminya.

"Iya, Mas."

"Hampir lupa." Aris mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Ada undangan dari pak Wijaya. Acara akikah putrinya yang baru lahir."

"Kita?" tanya Arumi menggantung.

"Ya. Cuma kita yang mendapat undangan ini. Entahlah, aku juga bingung."

"Bisa begitu? Mungkin karena pak Wijaya dekat dengan Mas Aris."

"Nggak, malah akrab setelah acara gathering itu. Tapi mana mungkin beliau menganggapku dekat dengannya, kami jarang-jarang mengobrol oh koma kecuali kemarin saat memberikan undangan ini ."

"Masa, sih ?"

"Kata pak Wijaya, istrinya yang mengundang kita. Kan aneh ?"

" Mas kenal istrinya?"

"Tidak terlalu."

"Kita datang atau enggak bagusnya, Mas? Kesannya aneh begitu."

"Datang, dong. Enggak enak juga. Ini undangan akikah yang diundang keluarga besarnya saja. Mungkin kita sudah dianggap keluarga baginya, anggap saja begitu. Ini simpan."

Arumi menerima lipatan undangan dari tangan Aris. Tanpa terasa, mereka sudah berada di dekat mobil.

"Oh iya, tolong awasi Arin. Aku nggak mau dia dekat-dekat dengan Farhan," ucapnya sambil masuk. Arumi tidak ingin memantik perdebatan. Ia pun mengangguk, mengiyakan perintah pria yang sekejab kemudian sudah ada dalam mobil.

1
Merah Mawar
Ok cukup bagus
Bellenav
Buruk
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!