Hubungan asmaranya tak seindah kehidupannya. Hatinya sudah mati rasa karena selalu dipermainkan oleh para pria. Namun, seorang pria yang baru pertama kali ia jumpai malah membuat hatinya berdebar. Akankah Violet membuka hatinya kembali?
Sayangnya pria yang membuat hatinya berdebar itu ternyata adalah pria yang menyebalkan dan kurang ajar. Gelar 'berwibawa' tidaklah mencerminkan kepribadian si pria ketika bersamanya.
"Kau hanyalah gadis manja, jangan coba-coba untuk membuatku kesal atau kau akan tau akibatnya." — Atlas Brixton Forrester.
****
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
...Sebelum membaca wajib LIKE! ☺️...
...***...
Puas mengelilingi museum hampir 2 jam, kini Violet mengajak Atlas untuk membeli sesuatu. Oleh-oleh khas Belanda yang sudah sejak lama Violet inginkan.
Violet memilih toko aksesoris lebih dahulu. Untuk snack-snack nya nanti saja ketika sudah hendak pulang.
Dari aksesoris anak-anak hingga orang dewasa pun ada di sana. Bahkan aksesoris laki-laki juga ada, seperti kalung, topi, jam tangan, gelang, ikat pinggang dan lainnya.
Itu adalah toko aksesoris yang paling terkenal di Belanda. Wajar jika pengunjungnya semakin hari semakin banyak.
"Ambil apapun yang kau mau," ucap Atlas.
"Kau yang membayar?" tanya Violet sumringah.
Atlas mengangguk sambil berdehem singkat. Bibirnya tersenyum melihat Violet semakin antusias. Dia memilih mengikuti istrinya, matanya pun hanya tertuju pada Violet, tidak melihat ke kiri kanan yang terdapat banyak pengunjung.
"Lebih bagus yang mana?" Violet memegang dua aksesoris yang berbeda warna.
"Ambil dua-duanya," jawab Atlas.
"Baiklah!" jawab Violet dengan senyum lebarnya. Jawaban Atlas adalah jawaban yang dia harapkan.
Violet berjalan menuju rak miniatur yang berjejer rapi. Dari yang kecil sampai yang besar pun ada di sana. Bentuknya juga unik.
"Aku ingin membeli ini untuk mengisi rumah baru kita," celetuk Violet.
Atlas mengangguk, "Ya, ambil saja. Ambil yang sedikit besar," katanya.
Violet menurut, ia pun mulai memilih miniatur di sana. Rumah barunya yang khas Belanda memang cocok dengan miniatur-miniatur tersebut.
Sesudah selesai berbelanja oleh-oleh, keduanya pun memutuskan makan siang di sebuah restoran.
Seperti itu saja seterusnya, sampai Violet merasa lelah untuk jalan-jalan.
****
Cinta datang seiring berjalannya waktu.
Untuk orang-orang yang dijodohkan seperti Violet dan Atlas ini mereka menyetujui kata-kata tersebut. Cinta hadir karena terbiasa, cinta juga bisa hadir karena rasa nyaman, bahkan cinta juga bisa hadir karena kita sudah bergantung pada orang itu.
Seperti Violet yang mulai bergantung pada Atlas, dia juga merasa nyaman saat berada di dekat Atlas, apakah dia sudah cinta? Tentu saja belum. Violet adalah tipe orang yang tak mudah jatuh cinta, baginya waktu 2 bulan saja tak cukup untuk mengenal satu sama lain. Dia hanya akan merasakan nyaman, tapi tentang cinta, dia tidak akan secepat itu merasakannya.
Apalagi sekarang Violet berada di fase mati rasa. Setelah para mantannya menorehkan luka yang mendalam, dia kesulitan menerima orang baru, sulit untuk mencintai orang baru. Ada benarnya pula orang tuanya menjodohkan nya dengan Atlas. Dengan menikah, dia bisa berlatih untuk membuka hati kembali.
Berbeda jika tidak ada status apapun, Violet tak akan bisa mencoba membuka hati.
Status merekalah yang membuat Violet berusaha membuka hati. Selain itu juga dia yakin kalau Atlas tak akan meninggalkannya, entah apa yang membuat Violet sangat yakin.
Hari-hari mereka lalu bersama. Di Belanda mereka memang benar-benar hanya melakukan liburan saja, tidak ada malam pertama atau sentuhan intim lainnya. Violet belum siap dan Atlas juga tak memaksa.
Setelah pulang dari Belanda, 5 hari kemudian mereka pindah ke rumah yang sudah dibelikan oleh Rachel, rumah impian Violet yang bernuansa khas Belanda.
Perabotan rumah tangga yang sudah Violet pilih pun telah disusun oleh orang-orang suruhan Violet.
Atlas pergi menghadiri rapat sedangkan Violet asik menyulap rumah impiannya agar lebih sempurna. Dia sama sekali tidak meminta pendapat siapapun untuk mempercantik rumahnya, semuanya dia yang mengatur. Gadis itu memiliki pendirian sendiri meskipun kadang ragu dengan pilihannya.
"Letakkan di sana saja. Aku tidak suka jika terlalu berdempetan," titah Violet pada pekerja nya untuk meletakkan nakas kecil di dekat pintu utama saja.
"Nona, bagaimana dengan lukisan ini?"
"Di sana. Tolong gantung di sana." Violet menunjuk dinding yang dekat dengan sofa ruang tamu. Lukisan yang berukuran hampir 2 meter itu terlihat begitu cocok dipajang di ruang tamu.
Selesai semua disusun, Violet kembali memperhatikan semuanya, jika dia rasa ada yang tidak cocok, ia akan merubah tempatnya.
Dan ya, sekarang senyumnya mengembang begitu lebar kala melihat isi rumahnya dan Atlas terlihat sangat menawan. Matanya seakan tak rela mengalihkan pandangannya dari sekelilingnya.
Setelah orang-orang yang dia suruh tak lagi di sana, Violet pun mengeluarkan ponselnya dan memotret isi ruangan, dia juga mengambil video ala home tour.
"Di mana putriku?"
Violet mendongak ketika mendengar suara mommy nya. Dia pun segera menuju ke arah pintu utama.
"Mom!" seru gadis itu.
"Oh, wow... Kau sudah menyelesaikan semuanya?" Rachel menatap kagum sekeliling ruangan rumah tersebut.
"Tentu saja! Bagaimana? Indah, kan?" Violet tersenyum bangga.
"Ya, seleramu memang tak diragukan lagi," balas Rachel.
Violet menggiring Rachel untuk duduk di sofa.
"Daddy tidak ikut?" tanya Violet.
"Setelah rapat, dia akan datang kemari," jawab Rachel.
Rencananya malam ini mereka akan makan bersama, Violet sudah mengundang kedua mertuanya, tapi ternyata mereka sedang berada di luar kota, jadilah hanya Rachel dan Daxton yang akan ikut makan malam nanti.
"Bagaimana untuk yang lain?" tanya Rachel sambil melihat sekelilingnya. Rumah impian Violet itu masih terlihat kosong karena tidak terlalu banyak barang.
"Mungkin nanti aku akan menambahkan sedikit. Aku lebih suka nuansa seperti ini dibandingkan banyak benda yang memenuhi setiap sudut," jawab Violet sambil mengotak-atik ponselnya, membalas pesan dari Atlas.
Rachel mengangguk berulang kali. Dia terdiam sejenak, lalu menatap anaknya. "Bulan madu kemarin, kalian sudah melakukan hubungan itu?" tanyanya penasaran.
Violet mendengus, ia menatap malas ke arah mommy nya. "Menikah tanpa cinta, memangnya bisa melakukan hubungan itu?" Ia bertanya balik.
Rachel mengangkat kedua alisnya, kagum dengan jawaban putrinya. "Mommy hanya bertanya. Biasanya orang-orang bisa melakukannya tanpa cinta, bukan? Siapa tau kau salah satunya."
"Mommy kira aku wanita macam apa?" Violet berdecak. "Aku berbeda, jangan samakan aku dengan orang-orang di luar sana."
Rachel terkekeh. "Baiklah putriku yang manis..."
****
"Lama tidak bertemu, bagaimana kabar kalian?"
Rachel tersenyum lebar menyambut kedua sahabat Violet. Dia memeluk Kana dan Elle bergantian.
"Tentu saja baik, Bibi. Bibi apa kabar? Kenapa makin cantik saja?" Kana menatap Rachel dengan kagum, Elle mengangguk setuju. Wanita di depan mereka ini makin tua malah makin terlihat cantik dan awet muda.
Rachel terkekeh mendengar pujian dari Kana. "Kabarku selalu baik, sayang. Kalian juga makin hari makin cantik. Semoga cepat mendapatkan jodoh, ya," balasnya.
Kana dan Elle tersenyum malu malu. Mereka pun masuk ke dalam menuju ruang tamu.
Di sisi lain...
"Jangan macam-macam!" Violet memelototi wajah tampan suaminya. Tangannya mencengkram lengan kekar yang merangkul pinggangnya.
"Tidak."
"Kalau begitu lepas ini." Violet berusaha menyingkirkan tangan Atlas dari pinggangnya, namun pria itu semakin mengeratkan rangkulannya.
"Aku tidak akan macam-macam kalau kau diam," ujar Atlas.
"Bagaimana bisa diam?! Aku kedinginan!" kesal Violet. Saat ini mereka memang berada di bawah guyuran shower, Violet menghadap ke dinding membelakangi Atlas, sedangkan pria itu memeluk pinggangnya dari belakang. Romantis sekali, bukan?
Atlas terkekeh kecil. Dia pun mengalah dan melepaskan pelukannya. Memeluk Violet sudah menjadi kebiasaannya, tubuh idealnya membuat Atlas betah.
Atlas bergerak mematikan shower, lalu mengambil handuk untuk istrinya.
"Keluarlah lebih dulu," titahnya.
"Kau mau apa?" Mata Violet menyipit curiga.
"Jadi kau mau aku melihatmu telanjang?" tanya Atlas, sebelah alisnya terangkat.
Violet berdehem gugup. "T-tidak..."
"Kalau begitu keluarlah." Atlas mengendikkan dagunya, menyuruh Violet agar keluar.
Violet pun menurut, namun sebelum itu dia memasuki ruang bathtub untuk melepas tanktop dan celana pendeknya. Iya, dia mandi menggunakan itu jika bersama Atlas. Kalau mandi sendiri dia tidak akan memakai benda itu.
Aneh memang, tapi ini Violet.
***
kalau ky gitu mlah mirip binaragawan