Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setan Pocong Berkeliaran
Pov Sukarmin
Mataku menatap ke arah luar, terlihatlah ada dua orang laki-laki yang turun dari motor, yang satu sudah kelihatan kakek-kakek dan yang satunya masih muda, mungkin seumuran denganku. namun ketika mereka berdua hendak masuk disusul orang yang ketiga sehingga, mereka pun datang bersamaan seperti sudah direncanakan, mungkin mereka ingin mengetahui bagaimana cerita yang aku lalui tadi malam, karena aku belum menjawab dan menceritakan rasa penasaran mereka.
"Assalamualaikum!" Terdengar suara pak RT mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam." jawab Kami serempak.
"Silakan masuk Pak RT, aki Nanang, Kang Jaya." Jawabku dengan sumringah merasa bahagia atas kehadiran ketua kampung yang selalu Sigap membantu warga yang sedang kesusahan tanpa membeda-bedakan Kasta.
Sebelum mereka duduk. mereka mengeluarkan tangan untuk mengajak kami bersalaman. Kang Jaya terlihat sumringah melihatku sudah duduk sambil menghadapi segelas kopi.
"Alhamdulillah ternyata kamu sudah bisa duduk dan sudah menghadapi segelas kopi, akang merasa bahagia dengan perubahanmu yang signifikan, tidak seperti semalam yang sangat mengkhawatirkan." ujar Kang Jaya dengan wajah yang dipenuhi Rasa Bahagia.
"Yah saya juga merasa bahagia ketika melihat Mamang sudah bisa duduk, tadinya Saya berencana mengajak Mamang untuk dicek ke Puskesmas." Timpal Pak RT dengan wajah yang dipenuhi ketulusan, sedangkan aki Nanang Dia terlihat mengulum senyum.
"Alhamdulillah Pak RT, saya sudah lumayan mendingan. hanya kepala saja yang masih terasa pening, Tapi itu masih bisa dimaklum karena pulang hujan-hujanan." Jawabku menjelaskan keadaan.
"Apa perlu kita pergi ke Puskesmas untuk memeriksa kesehatan Mamang seperti apa?"
"Saya rasa tidak perlu Pak RT, karena kalau pening seperti ini mungkin satu atau dua hari bisa sembuh, hanya membutuhkan istirahat yang cukup."
"Syukurlah kalau begitu, tapi kalau Mamang ingin pergi ke Puskesmas, Ayo saya antar." jawab Pak RT seolah belum puas menolong warganya.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesiapan pengurus Kampung dan warga yang begitu antusias menolong ketika ada warga lain yang sedang kesusahan. Namun untuk pergi ke Puskesmas Saya rasa belum perlu."
Mendengar penjelasanku semua orang yang berada di tengah rumah, mereka pun terlihat mengulum senyum merasakan kebahagiaan atas warga dan tetangga yang sudah bisa pulih dari penyakit yang diderita. Begitu juga dengan Ati yang terlihat tersenyum kembali tidak seperti semalam yang hanya bisa menangisi keadaan suaminya.
Selanjutnya aku dimintai keterangan tentang kejadian tadi malam, sehingga aku pun menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat, membuat anakku terlihat melongok merasa kaget dengan cerita bapaknya. Mungkin dia tidak percaya dengan apa yang aku sampaikan tapi setelah aku menjelaskannya secara detail dan melihat kondisiku yang sangat lemah seperti orang yang benar-benar kesakitan, kepalaku diikat menggunakan handuk di pondokku ada luka bekas cakaran.
"Nah begitulah kejadian yang aku alami tadi malam?" ujarku mengakhiri pengalaman yang begitu menakutkan.
"Apa kejadian ini tidak ada hubungannya dengan macan tutul yang kemarin kamu bunuh?" tanggap Jaya dengan penuh kecurigaan.
"Aku juga tidak tahu Kang, namun yang jelas Aku sekarang sudah memiliki pengalaman luar biasa, bisa bertarung dengan siluman yang tubuhnya seperti asap. di Serang menggunakan golok tidak mempan seperti menghajar air."
"Yah pengalaman Ujang begitu luar biasa, dan bisa jadi makhluk hitam yang tadi malam ada hubungan erat dengan macan tutul yang dibunuh. makanya aki selalu berpesan Jangan bertindak gegabah, sebelum dipikirkan akibatnya. hobi berburu tidak apa-apa, namun semuanya ada aturannya. hutan itu milik bersama yang membutuhkan perawatan semua pihak, jangankan memburu hewannya mengambil pohon yang berada di dalamnya harus dengan aturan, takut menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar." tanggap Aki Nanang yang diakhiri dengan nasehat.
"Iya saya mengakui kesalahan saya aki, awalnya saya hanya menginginkan kembali hewan buruan saya yang sudah dicuri oleh macan tutul, itu tidak berniat membunuhnya."
"Yang sudah terjadi biarkan terjadi jadikan pengalaman yang begitu luar biasa, Untuk pembelajaran kedepannya. supaya lebih berhati-hati dalam bertindak!"
"Berarti kemarin bapak belum pulang sampai waktu Ashar, bapak sedang bertarung dengan macan tutulm" tanggap Dudung yang sejak dari tadi terlihat melongo penuh kekaguman dengan pengalaman yang aku lalui.
"Iya bapak kemarin bertarung dengan macan tutul," jawabku menjelaskan kembali.
Semua orang terlihat terdiam, kepala anakku terlihat manggut-manggut salah sedang membayangkan apa yang dialami oleh bapaknya kemarin siang.
"Kenapa kamu malah terdiam Dudung?" Tanya Ati yang menangkap perubahan sikap anak kita.
"Aku juga ingin bertarung dengan Jin ataupun dedemit, aku ingin menangkap setan pocong karena dia sangat mengganggu ketentraman warga. Ternyata bukan di kampung kita saja yang diganggu oleh makhluk putih berkuncung, di kampung Cicukang juga ada kejadian yang menggemparkan warga kampungnya." jawab Dudung menjelaskan penemuannya.
"Kamu kalau berbicara itu jangan asal nguap, kejadian yang menimpa Bapakmu harus dijadikan cermin bagi kehidupanmu, Mending kalau kamu dalam keadaan dilindungi oleh sang pencipta. Bagaimana kalau tidak? pasti kamu sudah balik nama seperti yang dialami Bapakmu tadi malam." jawab Ati yang terlihat terkejut ketika mendengarkan keinginan anaknya.
"Hahaha, memang benar kata pepatah buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, sifat-sifat Jang Sukarmin sudah mulai menurun kepada anaknya. aki sangat salut dengan keberanianmu Dudung, namun keberanian saja tidak cukup untuk menghadapi situasi yang genting, dan jangan ingin bertarung melawan siluman ataupun dedemit karena mereka sangat licik dan sangat kuat. Bapakmu bertarung bukan keinginannya melainkan menyelamatkan diri dari keadaan yang begitu mendesak." Tanggap aki Nanang yang selalu memberikan nasihat dalam setiap pembicaraan yang keluar dari bibirnya, aki Nanang bukan orang tua sembarangan melainkan sepuh yang dipenuhi oleh ilmu kehidupan ataupun kebatinan.
"Jang apa yang disampaikan oleh aki Nanang, kamu jangan memiliki cita-cita untuk bertarung dengan setan siluman, Bapak melakukan semuanya hanya untuk menyelamatkan diri." sahutku membenarkan pendapat aki Nanang.
"Apakah ada ilmu untuk menghadapi makhluk-makhluk yang tak kasat mata?" tanya Dudung yang terlihat masih penasaran dengan hantu.
"Pasti ada, karena tidak mungkin diciptakan kalau tidak bisa ditanggulanginya. ingat Allah Tuhan semesta alam tidak akan menciptakan cobaan di luar batas kemampuan makhlukNya. Jadi Bapak sangat yakin kalau ilmu untuk menghadapi siluman itu ada, dan yang paling penting dalam pertarungan, yang pertama adalah keberanian, yang kedua kehati-hatian, yang ketiga pergerakan harus dibarengi dengan ketelitian, jangan Menyerah, Jangan gugup yang paling penting. Jangan menganggap enteng dengan lawan yang kita hadapi, karena tujuan bertarung itu adalah keselamatan, bukan untuk membuktikan siapa yang lebih jago dan lebih unggul." jawabku menjelaskan panjang lebar supaya Dudung mengerti.
Kalau melihat dari penjelasan bapak, bertarung itu berarti sangat mudah?" jawab Dudung yang terlihat sumringah.
"Pemahamanmu sangat rendah Dudung, jangan sombong nanti kita akan celaka." tanggap Amin yang terlihat terkejut dengan apa yang disampaikan oleh temannya.
"Iya kenapa Ujang terlihat sangat ingin sekali bertarung melawan siluman. cita-cita itu harus bagus harus tinggi jangan punya cita-cita untuk bertarung itu cita-cita yang tidak benar."
"Terus cita-cita yang benar bagaimana aki?" tanya Dudung menanggapi pernyataan aki Nanang.
"Cita-cita yang benar bagi setiap anak muda yaitu memiliki keinginan untuk membangun kampungnya, untuk memajukan desanya, dengan cara mengembangkan kehidupan yang semula sebagai petani pasif menjadi petani aktif, yang semula hanya mengandalkan kehidupan dari padi, bisa dikembangkan menjadi pertanian sayuran dan pekerjaan-pekerjaan yang lain, yang dianggap baik, jangan ingin bertarung, karena itu keinginan yang sangat salah." nasihat aki Nanang dengan begitu serius menurunkan pemahaman kepada anak-anak muda yang membutuhkan bimbingan.
"Aki Aku ingin bertarung bukan dengan manusia, melainkan dengan siluman atau setan pocong yang sudah mengganggu kehidupan ketenangan warga kampung?"