Persahabatan adalah yang segalanya dalam hidupnya saat ini, berkuliah di salah satu Universitas besar dan terkenal di dunia adalah impiannya sejak dahulu. Bersama dengan 7 sahabat lainnya yang setanah air di sinilah dirinya berada, Oxford University.
Bangunan tua dengan seribu rahasianya, banyak rumor tersebar kalau setiap tahun akan terbuka sebuah pintu ajaib yang akan menarik beberapa mahasiswa ke dunia Fantasi yang tidak diketahui lokasi pastinya.
Mendengar rumor tersebut mereka berdelapan sepakat untuk mencari tau dan ingin membuktikan kebenarannya, apakah memang benar tentang rumor tersebut atau memang hanyalah rumor angin?
Yuk kepoin ceritanya di sini!
[JANGAN LUPA LIKE, SHARE, DAN KOMEN]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Artyfleyda.
Enjoy!
Alton menarik tangan Gavino dan Edmund menunjukkan keberadaan Artyfleyda di luar dengan ekspresi wajahnya yang jelas terlihat marah, bola matanya yang berwarna putih dengan pupil hitam yang kecil seketika membesar sampai mengeluarkan gumpalan awan halus di sekitanya.
Lilyana melihat dengan jelas kalau tatapan amarah dari Artyfleyda dilontarkan pada mereka bertiga, sedetik kemudian Air Dragon tersebut terbang entah kemana lalu pintu depan diketuk dengan sedikit kencang.
Mr. Willow membuka pintu perpustakaan dengan wajahnya yang kaget seperti melihat sebuah kekacauan yang sangat besar, lantai di istana bergetar silih berganti diiringi suara mengaung yang terdengar sangat menyeramkan.
"Apa yang kalian bicarakan sampai-sampai Artyfleyda tiba-tiba memberontak ingin menghampiri kalian segera?" bulu halus di wajah Mr. Willow basah karena keringat, tanduknya berubah warna sedikit pucat.
"I think he heard what we talk about," lirih Brandon melihat kedatangan Artyfleyda dari belakang Mr. Willow.
Langkah kakinya menghentak lantai dengan kuat seolah sengaja melakukan hal demikan, berjalan masuk ke perpustakaan dan berhenti tepat di hadapan Ryah, Meisie, dan Lilyana yang seketika diam membatu tidak berkutik apapun.
Jurylis dan Lullayva datang dari pintu masuk belakang menatap terdiam melihat Artyfleyda berdiri tegak di dalam ruang perpustakaan.
Leyna meronta melepaskan cengkraman tangan Clayde di pergelangan tangannya berlari menghampiri tiga sahabatnya. "Lu pada please jangan pulang, niat kita datang ke sini mungkin buat menjelajah saja tapi inilah takdir yang harus kita hadapi saat memasuki negeri ini."
Desya mendongak menatap tajam ke Artyfleyda yang kini beralih menatap ke arahnya, sejenak Desya merasakan kalau sekelilingnya sunyi tidak ada siapapun, ia merasa baru saja berdiri di sebuah tempat entah berantah.
Sekelilingnya hanyalah putih seolah berada di dimensi lain pandangannya melihat sekitar tapi tidak ada siapapun saat berbalik ke depan ia melihat wujud Artyfleyda di sana, ada yang berbeda dari penampilannya, tubuhnya dua kali lipat lebih besar dan gumpalan awan yang selalu mengikutinya berkurang.
Wujud Artyfleyda dari bagian kaki hingga ke ekor panjangnya selalu tidak kelihatan karena tertutup oleh awan tapi kali ini Desya melihat seluruh tubuh dari Air Dragon tersebut dengan jelas.
Keempat kakinya sangat kekar dengan cakar yang tajam, otot-otot menonjol di sepanjang pergelangan kaki hingga naik mendekat ke leher, sayapnya juga terlihat lebih lebar. Artyfleyda terdengar mengatakan sesuatu tapi entah kenapa Desya tidak bisa mendengarnya karena hembusan angin mengacaukan.
"Desya Hadley, you must meet my other brothers, the Elemental Dragons. Your friends must not leave this country before you have my brother's elemental powers."
Setelah mendengar suara Artyfleyda mengatakan hal tersebut kesadaran Desya kembali seperti sedia kala di mana ia berada di perpustakaan, Lloyd segera menahan tubuhnya yang sedikit kehilangan keseimbangan sesaat.
Lullayva membelalakkan matanya melihat kejadian barusan, bagaimana Artyfleyda menatap Desya yang ia yakini kalau Naga tersebut baru saja menggunakan kemampuan telepatinya yang sudah lama tidak digunakan sejak kematian Raja Derandy.
"Artyfleyda mendengar hampir semua percakapan yang ada di sekitar Istana," ucapan pelan Jurylis mengagetkan mereka semua yang ada di sana dan kompak menoleh ke belakang.
"Oke .... Gua bakalan ikut," Ryah melepaskan genggaman tangan Lilyana di pergelangannya dan berjalan menghampiri Alton.
"Meisie?" Damian menatap ke Meisie penuh harapan agar gadis itu tidak pulang.
"Oke gua ikut." gadis itu langsung melangkah menghampiri Damian dan Damian sigap menariknya untuk dirangkul.
Hanya tersisa Lilyana yang kelihatannya masih kekeh untuk tetap pulang walaupun gertakan dari Artyfleyda sudah sangat jelas menghalanginya, akhirnya Lloyd menarik Frederick berjalan mendekat ke Lilyana untuk membujuknya.
"Ahaetulla bakalan kurang walau hanya satu orang yang tidak ada," dengan perlahan Frederick mendekatkan tangannya meraih tangan Lilyana tapi gadis itu malah mundur selangkah.
Desya menghela nafas berusaha mati-matian menurunkan ego dan gengsinya lalu berjalan mendekat ke Lilyana kemudian memegang bahunya. "Kita udah sahabatan dari masa menengah atas udah banyak ketidaksepakatan yang kita lalui, untuk kali ini tolong untuk mengalah lagi."
Pertahanan Lilyana seketika runtuh dan melepaskan lipatan tangannya di depan dada langsung menarik Desya dalam pelukannya, Desya bisa merasakan kalau Lilyana mengangguk setuju dengan permintaannya. Frederick dan Lloyd tersenyum melihat pemandangan tersebut lalu yang lainnya bersorak kecil.
"Kalian sudah selesai dengan pembicaraan pribadinya?" tanya Jurylis melihat bagaimana hebohnya AHAETULLA saat semuanya sepakat untuk menetap.
Artyfleyda dengan sendirinya berbalik melangkah keluar dengan perlahan Mr. Willow menarik tali kendali di kepala Naga tersebut menuntunnya agar tidak menabrak barang apapun, Desya tersenyum tipis menatap tubuh Artyfleyda yang sudah kembali seperti awal.
"Sudah lalu sekarang apa?" tanya Clayde dengan ekspresi wajahnya yang bersemangat, Leyna hanya tersenyum pasrah melihat kelakuannya.
"Setelah kepulangan putri Ayruila kalian akan pergi melakukan perjalanan dengannya .... Berkelana mencari keberadaan Naga Elemen yang tempatnya jauh dari kerajaan dan mencari sumber kekuatan Naga awal yang sudah tinggal sedikit,"
Lullayva berjalan mendekat ke jendela menutup tirai hingga seluruh ruang perpustakaan hanya diterangi chandelier, saat semua sudah minim cahaya Jurylis mengeluarkan pedangnya yang tajam dan menghunusnya ke udara.
Sebuah peta daratan muncul di atas permukaan lantai menampakkan siluet dengan detail dari sebuah pegunungan, daratan biasa, lautan, hutan, dan yang lain-lainnya. AHAETULLA berjalan mendekat melingkari peta tersebut.
Lullayva menaburkan sebuah bubuk yang berasal dari tangannya di atas peta lalu peta tersebut bereaksi dengan beberapa titik tertentu yang bercahaya, wanita itu berdehem sesaat sebelum memulai menjelaskan.
"Peta yang saat ini di hadapan kalian adalah peta keseluruhan isi dari negeri TREQUENIX mulai dari lautan, daratan, pegunungan apapun yang ada di negeri semua siluetnya digambarkan di sini. Mengingatkan sekali lagi kalian akan berkelana untuk menemui Naga Elemen, empat kaum terkuat, dan sumber kekuatan Naga awal."
"Kesempatan waktu yang sudah semakin menipis bergantung besar pada kalian semua .... Dengan cepat atau lambatnya kalian mendapatkan itu semua, baik dengan cara berpencar atau tetap bersama-sama berkelana mencari tiga keutamaan ramalan tanpa berpisah sekalipun itu semua tergantung pilihan kalian."
Edmund dan Brandon ketahuan menelan salivanya dengan susah payah Lloyd yang menyadari hal tersebut tertawa kecil menepuk bahu keduanya, Desya menyentil tangan kiri Lloyd dan seketika pria itu langsung diam kembali fokus menatap ke peta.
"Tuan Putri Ayruila sendiri akan ikut berpartisipasi mengikuti perjalanan kalian berpetualang di alam bebas, aku tidak akan bisa membantu kalian lebih dengan ikut kalian berkelana karena kekuatanku akan hilang saat menjauh dari istana ini."
"Aku akan meminta bantuan orang terpercaya Raja yang lainnya, ia adalah kaum Centaur yang sangat pintar dan juga cerdas mungkin menjelang sore ia akan sampai kemari setelah melakukan perjalanan dari luar kerajaan."
"Tunggu sebentar Lullayva Jurylis." Desya maju perlahan mendekat ke peta, kepalanya menunduk enggan menatap ke Lullayva ataupun Jurylis. "Kalian sangat yakin kami semua akan berhasil melakukan ini semua dengan waktu yang sudah semakin menipis ini?"
"Kami mempercayakan semuanya sepenuhnya kepada kalian, takdir keberlangsungan berdirinya pemerintahan Raja Ryudelys bergantung kepada kalian dan Putrinya Ayruila." jawab Jurylis menjawab pertanyaan Desya.
Continue.
Maaf kalau terkesan menggurui ya😥 aku cuma merasa sayang karena lihat karya ini punya potensi karena udah lumayan. semangat terus, aku bakal sering mampir kok!