NovelToon NovelToon
Pesona Teman Papah

Pesona Teman Papah

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Cintapertama / CEO / Beda Usia
Popularitas:113.7k
Nilai: 5
Nama Author: Arasa Aurelia

BOCIL MINGGIR DULU

MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!!!!


Rihana seorang gadis berusia 22 tahun yang baru saja lulus kuliah, menolak kenyamanan bekerja di perusahaan keluarga. Ia memilih untuk mengasah kemampuannya sendiri di dunia kerja yang sebenarnya. Tak disangka, lamaran magangnya diterima di sebuah perusahaan multinasional ternama di Kota X.

Kegembiraannya mendadak sirna ketika ia dipertemukan dengan CEO muda dan karismatik perusahaan itu. Pria itulah yang merenggut keperawanannya tepat 3 hari lalu dan berhasil menjadi suaminya tepat 1 hari setelah kejadian itu. Lebih mengejutkan lagi, pria itu adalah teman dekat ayahnya, hanya berselisih lima tahun dari sang ayah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arasa Aurelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

"Uhuk uhuk" Rihana langsung tersedak mendengar ucapan yang keluar dari mulut suaminya itu.

"Minum dulu" dengan cepat Mahendra memberikannya minum.

"Gara-gara kamu" omelnya lagi setelah batuknya reda.

"Maaf, lanjutkan makannya. Saya pergi menelpon Hans dulu ya"

Sebelum pergi Mahendra menyempatkan diri untuk mencium puncak kepala Rihana lalu mengacak-acak rambut sedikit. Barulah Mahendra benar-benar melangkahkan kakinya menuju balkon yang berada di kamarnya.

"Pak Swandi sudah aman?" tanya Mahendra

"Sudah tuan, beliau meminta cakrawala untuk meredam beberapa berita miring tentangnya."

"Sudah clear kan?"

"Aman tuan" Mahendra manggut-manggut dari balik telpon, masih banyak pekerjaan yang perlu dipastikan oleh Mahendra. Hingga pikirannya teringat dengan dua sejoli yang beberapa hari lalu sedang bertengkar hebat.

"Bagaimana dengan masalah Xavier dan Lion?"

"Mereka berdua sudah berbaikan tuan, bahkan mereka bekerja sama untuk mengumpulkan bukti kejahatan Narendra Nusantara. Saya tidak tau detailnya mengapa mereka berdua bisa berbaikan secepat kilat."

"Baguslah. Saya dengar Xavier datang ke markas Cakrawala, apa itu benar?"

"Benar tuan, Xavier sedang berada disebelah saya. Kami sedang menonton bola di televisi yang berada di ruangan tuan Lion. Anda mau bicara?"

"Iya, berikan telponnya pada Xavier" Hans bergegas memberikan ponsel berlogo Apel digigit itu pada Xavier yang duduk disebelahnya.

"Ada apa kak"

"Berhentilah menjalankan bisnis gelap itu"

"Aku juga maunya kaya gitu kak, tapi kalau sampai papah tau aku bisa dibunuh" jawab Xavier dengan nada sedih, pasalnya Xavier memang tidak mau menjalankan bisnis gelap itu karena resikonya sangat banyak, tuntutan dari papahnya membuat Xavier terpaksa menjalankan bisnis itu.

Dulu Mahendra juga sama, dipaksa untuk menjalan bisnis gelap. Beruntung Mahendra cepat tersadar dan memberontak. Mahendra lebih memilih menjalankan bisnis dari keluarga mendiang sang ibu daripada harus menjalankan bisnis gelap sang ayah.

"Saya akan melindungi kamu."

...****************...

"Pak Lion tunggu disini aja. Ga masalah kan?" tanya Alexa yang sudah bersiap keluar dari mobil miliknya.

"Tidak masalah" jawab Lion singkat lalu memasukan sebuah pulpen kedalam tas kecil milik Alexa.

"Pulpen? untuk apa pak?" tanyanya dengan heran

"Saya mengawasi kamu dari sini. Jika terjadi sesuatu didalam kamu bisa menekannya 2 kali. Ketika kamu menekannya satu kali saya bisa mendengar percakapan yang ada didalam." jelas Lion dengan singkat.

Melihat situasi yang aneh membuatnya bertindak memberikan pulpen dengan teknologi canggih pada Alexa. Penjagaan dirumah keluarga besar Alexa sangat ketat bahkan anggota cakrawala tidak ada yang boleh masuk kedalamnya kecuali supir.

Situasi yang mendesak membuat Lion megambil keputusan secara sepihak, Lion memutuskan memasuki rumah besar itu bersama Alexa sementara anggota Cakrawala menunggu didepan gerbang utama rumah megah itu.

Alexa tersenyum kecil menatap Lion "Aku baik-baik saja, ini hanya acara makan malam biasa. Pak Lion tidak perlu khawatir. Ingat, jangan bertindak tanpa perintah dariku." ucapnya dengan nada lembut namun penuh penekanan.

"Baiklah, silahkan pergi nona Alexa"

"Jangan bertindak tanpa perintah dariku."

Alexa mencoba mengingatkan Lion kembali setelahnya ia melangkahkan kakinya dengan mantap menuju rumah besar bak istana itu. Seluruh penjaga yang menyambutnya masuk memberi salam hormat padanya dengan cara menundukkan kepala.

Sesampainya diruang makan sudah banyak anggota keluarganya yang datang. Dengan cepat Alexa memposisikan dirinya untuk duduk disamping mamanya yang berada tepat ditengah meja.

"Aktor utama kita sudah datang, silahkan makan dulu Alexa" ucap mamah tiri Alexa menyambut kedatangan nya dengan seringai licik diwajahnya. Perasaan Alexa mulai tidak enak dibuatnya, pasalnya pintu ruang makan mulai ditutup dengan rapat dan para penjaga sudah berjaga diluar pintu.

Alexa mencoba menepis firasat buruknya, bertindak seakan tidak tau apapun lalu tersenyum hangat sembari mengambil salah satu brownies coklat yang ada didepannya.

"Apa yang ingin dibahas?" tanya Alexa to the point, malas sekali jika harus berakting didepannya keluarga nya itu.

"Begini Alexa, kakek kan sudah meninggal satu bulan lalu dan ayahmu juga baru meninggal kemarin." ucap paman Alexa selaku anak kedua dari mendiang kakeknya sekaligus adik dari sang ayah.

"To the point saja, aku tidak suka bertele-tele"

Paman Alexa menjentikkan jarinya untuk memanggil pengacara keluarganya. Pengacara itu terlihat membawa sebuah koper kerja yang ukurannya terbilang sedang, lalu meletakkan koper itu ditengah-tengah meja panjang didepannya.

"Koper ini milik kakek, didalamnya ada surat wasiat pembagian harta waris. Tadinya ayahmu yang mempunyai kuncinya, namun ayahmu mengatakan jika dia tidak memiliki kuncinya lagi-" ucapannya belum selesai namun sudah disela oleh suara halus yang keluar dari mulut Alexa.

"Sebentar. Uncle mengatakan jika ayah mempunyai kunci? darimana uncle tau?"

"Sebelum meninggal ayahmu sudah memberitahuku. Anak ayahmu hanya ada 2, Alex mengatakan dia tidak mempunyai kuncinya."

"Jadi uncle menuduhku?"

"Alexa sayang, berikan saja kunci itu pada pamanmu. Kita bisa tau bagaimana pembagian harta waris itu." ujar mamah tiri Alexa. Dibilang muak sudah pasti, mulutnya saja terlihat manis tapi sifatnya berbanding terbalik.

Merasa situasinya terpojok Alexa memilih menekan pulpen yang diberikan Lion kepadanya. Hanya satu kali Alexa menekannya sehingga Lion dapat mendengar percakapan disana. Pulpen itu masih digenggam erat-erat, seakan ia ragu untuk menekannya dua kali.

Lion tersenyum singkat mengetahui pulpen yang diberikannya bisa berguna untuk Alexa.

"Akhirnya dinyalakan" gumam Lion yang berada didalam mobil.

"Aku tidak punya kuncinya" jawab Alexa dengan santai nya sembari mengambil makanan yang berada tepat didepannya.

"Jangan berbohong, kami semua sudah menunggu kedatangan mu hanya untuk mengambil kunci itu. Berikan kuncinya atau kau akan mati disini." ujar bibi Alexa dengan nada meninggi.

Alexa yang sudah kesal langsung berdiri dari tempatnya duduk. Menatap tajam seluruh penghuni rumah itu. Matanya melotot bukan main melihat pulpen pemberian Lion terlempar dari tangannya menuju meja sebrang, tepat didepan adik tirinya yang bernama Alex.

"Sekalipun aku memiliki kuncinya. Tidak akan pernah aku memberikan nya pada kalian."

"Jangan keras kepala Alexa!! Kami semua sangat yakin kamu memiliki kuncinya." geram Bu Sukma selaku ibu tiri dari Alexa.

Mata Alexa hampir melotot melihat adik tirinya menekan satu kali pulpen miliknya.

"Kenapa dimatikan, apa dia tidak ingin saya mendengar nya." gumam Lion.

Merasakan firasat buruk Lion bergegas keluar dari mobilnya, tepat didepan pintu masuk utama Lion sudah dicegah oleh beberapa pengawal yang berada disana. Dengan gerakan secepat elang Lion berhasil mengalahkan mereka semua.

Dengan gagah Lion memasuki rumah mewah bergaya Eropa itu, cukup lama Lion menebak-nebak mana ruang makan yang dimaksud. Hingga fokusnya menangkap beberapa orang memakai penutup mulut sudah bersiap memasuki sebuah ruangan yang masih tertutup rapat.

"Mereka membawa gas? tapi gas apa?" batin Lion sembari memperhatikan dengan teliti benda yang sedang dipersiapkan oleh orang-orang itu.

"Bagaimana kalian sangat yakin? kalian saja tidak pernah melihatku membawa kunci itu." tanya Alexa

Bukannya Alexa tidak ingin memberikan kunci itu, tapi Alexa tau betul apa isi dari koper itu. Sudah dipastikan seluruh anggota keluarganya akan mengamuk jika mengetahui isi surat waris itu.

"Sandi koper ini hari ulang tahunmu. Dan kami membutuhkan kuncinya untuk membuka bagian kedua, sudah dipastikan jika kunci itu berada ditangan mu." jawab paman Alexa

"Aku tidak memiliki kuncinya. Mungkin ayah menyimpannya ditempat lain." jawab Alexa sembari mendudukkan diri diatas kursi miliknya.

"Baiklah. Sepertinya dia memilih cara yang sama seperti ayahnya." ucap Bu Sukma. Setelahnya semua orang diruangan itu mengambil sebuah masker khusus yang sudah dipersiapkan nya sedari awal.

Semua sudah bersiap keluar sembari menggunakan masker itu, kecuali Alexa. Hanya ia yang tidak memiliki masker khusus itu, perasaan nya semakin tak karuan ketika melihat sebuah asap masuk melalui celah pintu.

'Apa ini sebuah jebakan? apa ini akhir dari hidupku?' batinya sembari mencari telpon genggam miliknya untuk menghubungi Lion.

"Kaka mencari ini?" tanya Alex sembari menunjukkan ponsel berwarna pink dengan logo apel digigit kearahnya.

"Berikan ponselku"

"Didunia ini tidak ada yang gratis kak. Berikan kuncinya maka akan aku berikan ponsel ini"

"Tidak akan."

"Kalau begitu nikmati kematianmu disini." ucap Alex untuk terakhir kalinya, setelahnya ruangan itu menjadi kosong. Menyisakan Alexa yang masih mematung ditempatnya.

"Sia-sia saja jika aku bergerak, ruangan ini tidak memiliki celah" gumamnya dengan pasrah

~Brugh

Suara keras dari arah pintu membuat Alexa langsung fokus kearahnya. Pintu berwarna putih gading itu terbuka, menampakan seorang pria memakai setelah jas berdiri tegap disana. Pria itu terlihat memakai masker khusus seperti anggota keluarganya.

Asap tebal berwarna putih langsung menyerbu masuk keruangan, bergegas Alexa menutup hidungnya sedikit. Pria berpakaian rapih itu berjalan dengan gagah menuju kearah Alexa.

"Pak Lion?"

Tanya Alexa dengan keheranan, tanpa sadar air mata itu turun begitu saja. Mengingat perlakukan keluarga besarnya sungguh membuatnya muak, hanya harta saja yang menjadi perdebatan setiap pertemuan. Yang lebih menyebalkan nya lagi, mereka berencana ingin membunuh Alexa jika tidak menyerahkan kunci itu. Beruntung Lion datang tepat waktu tanpa perintah darinya.

"Ayo keluar, disini tidak aman" ajak Lion sembari mengulurkan tangannya.

"Aku ga kuat, kaki aku terlalu berat untuk melangkah. Kamu bisa pergi sekarang Pak Lion. Aku ga akan nuntut Cakrawala setelah ini"

Alexa masih berdiam diri, posisinya masih sama seperti awal. Duduk manis diatas kursi tanpa terusik sedikitpun. Kakinya benar-benar berat untuk dibawa melangkah, perkataan seluruh anggota keluarganya membuat tubuh Alexa bergetar hebat karena sakit hati.

Melihat Alexa enggan bergerak dari posisinya Lion berdecak kesal. Bergegas tangan kekarnya menarik paksa tangan Alexa. Ditariknya tangan itu untuk berjalan keluar, beruntung kakinya tidak selunak tadi. Alexa bisa berjalan sedikit sembari meneteskan air mata.

~Brugh

Berjalan sembari menangis bukanlah hal yang baik, pandangan yang buram membuat Alexa tersandung tangga kecil didepannya. Beruntung Lion sigap menahan tubuh langsing itu sehingga tak terbentur sudut tangga.

"Ceroboh, ayo jalan lagi." ucapnya dengan wajah datar.

"Keluar lah, aku akan keluar nanti."

"Jangan bodoh, gas itu beracun. Kamu bisa mati sia-sia jika terus disini."

"Keluar Lion, ini perintah dariku." ucap Alexa sembari menahan sakit dipergelangan kakinya. Ingin melangkah lagi tapi kakinya terasa sangat sakit. Kaki Alexa tergilir ketika terjatuh tadi, badannya sudah lemas ditambah kakinya keseleo.

Merasa hidupnya sia-sia Alexa berencana menghirup gas beracun itu namun niatnya terhalang oleh Lion, dengan tegas Alexa memerintahkan Lion untuk keluar lebih dulu supaya ia tidak mati konyol bersama Alexa.

Tanpa disangka justru Lion melepaskan sepatu hak tinggi miliknya lalu mengendong tubuh langsing Alexa menyusuri lorong berwarna putih didepannya.

Alexa semakin menangis kencang dalam gendongan Lion.

"Tahan nafas, gas nya sudah menyebar kearah sini." perintah Lion

"Turunkan aku, kamu melanggar perintah ku sedari tadi."

"Saya bukan pengawal tetap kamu. Jadi kamu tidak berhak mengatur saya. Jangan menangis, pernafasan kamu bisa memburuk jika terus menangis."

Alexa dan Lion

1
Muliati Muliati
seruuuuuuuuuu
Muliati Muliati
Biasa
Muliati Muliati
Buruk
Ulufi Dewi
BAGUS CERITA INI TAPI JANGAN DIGANTUNGIN.......
Ulufi Dewi
AYO LANJUT DONG.......
JANGAN DIGANTUNGIN.....
Ulufi Dewi
keren.... ......
imajinasi diluar nurul....
ada cermin janggih kaya film Star Wars aja
Ulufi Dewi
bingung sih alurnya blm cerita blm bsa ditebak dr romantis jd aksi tembak menembak🔫🔫🔫🔫🔫
Ulufi Dewi
Luar biasa
Ririn Nursisminingsih
bukan tua tpi mateng...🤩🤩
HelseyTa
😂😂😂😂
Nur Adam
lnjut
💝F&N💝
ayo dilanjut.....
dhanyx
lanjut thor...
Qaisaa Nazarudin
Nah kan ku bilang juga apa,Pasti Xavier datang mau ngerebut Leana kembali.. Sebenarnya apa sih masalah mereka? sampai Prabu nekat banget misahin keluarga kecil Xavier..🤔🤔
Qaisaa Nazarudin
Ya ialah Rihana lagi panik-paniknya mikir keluarga,Lha kamu sibuk dengan ena..ena..gimana Rihana gak emo..haiiss..🤦🤦
Qaisaa Nazarudin
Pasti Xavier datang bawak pengawal untuk merebut Leana kembali..
Qaisaa Nazarudin
Lha bukannya tadi katanya main tangan ya..🤣🤣
Qaisaa Nazarudin
Oh Xavier suaminya Leana,Berarti tuh bocah anak nya Xavier kan,Jadi Xavier juga berhak dengan anaknya,Apa Xavier begitu kejamnya sampai menyiksa istri dan anaknya?
Qaisaa Nazarudin
Apakah karna ini juga mereka sekeluarga harus hidup terpisah??
Qaisaa Nazarudin
Aneh hubungan keluarga Rihana..🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!