valerie agtha colla yang harus mengulang hidupnya karena sebuah kesalahan dimasa lalu. penyesalan yang ia kira hanya untuk sementara nyatanya membuatnya terpuruk, hingga tuhan memberinya kesempatan untuk merubah jalan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilan sastia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 26
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
valerie memejamkan matanya menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Setelah usai makan malam valerie segera kembali kekamarnya dengan alasan ingin belajar. Namun, yang sesungguhnya ia lebih menghindari bertemu dengan anggota keluarga lainnya yang kurang menyukainya. Mereka hanya sibuk mencari cari kesalahan dan terus memojokkannya.
Saat ini axel sedang berada diruang kerja daddy rico untuk membahas pekerjaan. Sekali lagi valerie hanya bisa menghela nafas berat, iya ini berat untuknya. Awalnya ia merasa akan mudah asal ia mau memperbaiki diri namun, nyatanya tidak semuda harapannya. Semuanya terasa sulit dan jalannya semakin sempit. Dimasa lalu jalannya sangat mudah sampai akhir kematiannya. Saking bodohnya ia bahkan mati dengan cara yang mudah pula. Lalu sekarang? Ia harus apa kepala valerie terasa ingin meledak.
hubungan mana yang akan ia bangun terlebih dahulu sebab semuanya berantakan. Ia tak memiliki kuasa ia sangat ingin mengendalikan keadaan namun, apa dayanya tangan mungilnya tak memiliki tenaga untuk menarik perhatian orang orang agar bersimpati padanya.
"boleh mommy masuk?" terdengar suara lembut dari belakang valerie.
"eh, mommy!" valerie membalikkan badan dan mendapati mommy maria yang tengah berdiri diambang pintu balkon.
"boleh dong mom" sambut valerie dengan senyuman manisnya.
"sayang mommy minta maaf ya nak" ucap mommy maria mengelus pucuk kepala menantunya.
"gak. Bukan kesalahan mommy" jawab valerie sambil tersenyum ia masuk kedalam pelukan mommy maria. Ia sangat bersyukur diberi seorang mertua yang sangat baik yang mau menganggapnya sebagai anak sendiri.
"harusnya valerie yang minta maaf kemommy. Valerie bukan menantu yang baik seperti kata oma, valerie banyak salah dan kekurangan" ucap valerie menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang ibu mertua.
"sust... Ngomong apa sih nak!! Jangan dengerin omongan oma nak. maklum yah, mungkin pengaruh umur yang sudah semakin menua" jeda mommy terkekeh.
"so omongan oma jangan dimasukin kehati" sambung mommy maria lagi terus mengelus punggung menantunya.
"aku gak papa kok mom" ucap valerie tersenyum lembut. Bohong, jika ia baik baik saja setelah mendengar langsung perbandingan dirinya dengan nadia yang terlalu jauh. Nadia jauh lebih baik dari dirinya dimata keluarga axel.
Meski pun, axel dan mommy membelanya namun, tidak dapat ia pungkiri bahwa hatinya berdenyut sakit. Oma benar jika valerie bukanlah wanita yang baik tetapi itu dulu dikehidupannya yang lalu. Sekarang dikehidupan keduanya ia sedang berusaha menjadi lebih baik lagi. Namun, mentalnya diuji habis habisan oleh mulut mulut yang tak menyukainya.
Valerie tak mengerti dengan fahira ada apa dengan kakak iparnya itu mengapa sangat tidak menyukainya. Sangat berbeda dengan shopia baik dikehidupan dulu mau pun sekarang wanita itu tetap berhati lembut dan selalu sabar. Valerie juga ingin memiliki hati yang seperti shopia namun, sayang imannya tidak sekuat itu.
"eh, mommy disini rupanya? Dicariin daddy tuh dibawah!" ucap axel yang baru masuk kedalam kamar.
Mendengar suara axel dengan terburu buru valerie mengusap air matanya yang sudah jatuh membajiri pipinya. Ia menarik badannya dari pelukan mommy maria.
"oh, baiklah. Val, mommy mencari daddy dulu. Kamu segeralah, beristirahat oke? Jangan memikirkan hal hal yang tidak mampu otakmu tampung" ucap mommy mengecup kening gadis itu dengan sayang. Ia sudah berjanji pada sahabatnya sebelum ia meminta putri sahabatnya itu untuk menjadi menantunya. Jika ia akan terus menjaga dan menyanyangi valerie seperti anak kandungnya sendiri.
pernikahan politik hanyalah formalitas saja agar valerie mau menikah dengan axel. Secara garis besar yang valerie tahu itu adalah sebuah keharusan agar perusahaan ayahnya tetap berjalan lancar dengan bantuan perusahaan keluarga axel. Namun, pada kenyataannya itu hanyalah setingan belaka. Pernikahan itu memang sudah di rencanakan sebelum mereka melahirkan terdengar konyol tapi itulah sahabat. Yang tak ingin saling berjauhan dengan adanya pernikahan antara kedua anak mereka artinya hubungan mereka akan semakin erat lagi dari sahabat menjadi besan.
Valerie menganggukkan kepalanya pasrah. Setelah melihat mommy maria pergi valerie membalikkan badannya kembali dan menaruh kedua tangannya diatas pagar pembatas balkon.
"aku menagi hutang sekarang" ucap axel dengan tiba tiba saat ia sudah sampai disamping wanita itu.
"hutang?" valerie menoleh kearah axel.
"padaku?" tanya valerie lagi memastikan sambil menunjuk dirinya sendiri.
Sejak kapan ia memiliki hutang pada lelaki itu. Dan utang yang mana axel maksud ia belum pernah merasa memiliki hutang sekarang.
"yups" jawab axel masih menatap wajah gadis itu. meski, suasananya tidak terlalu terang namun, axel dapat melihat jika mata wanita itu terlihat sangat sembab. Apa wanitanya habis menangis? Pa karena perkataan omanya tadi di meja makan? Batin axel terus bertanya. Omanya memang sedikit keterlaluan tadi bagaimana bisa ia memojokkan valerie dan membandingkan dengan nadia. Sedangkan nadia dimata axel tidak ada apa apanya dibandingkan valerie. Yang selalu saja menarik dimata axel meski itu hal kecil namun, jika itu menyangkut valerie semuanya sangat menarik.
"apa itu?" tanya valerie.
"ciuman. Kamu berhutang satu ciuman valerie jika kau lupa baby" blus.... Pipi valerie seketika memerah karena mendengar ucapan axel yang mengingatkannya dengan kejadian tadi.
"aku gak mengingatnya" ucap valerie wanita itu mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan mata axel.
"baiklah. Biarku bantu agar kamu mengingatnya" jawab axel mendekat kearah gadis itu.
"oke. Satu kali ciuman dipipi" ucap valerie dengan cepat ia mengangkat kedua tangannya diudara agat axel berhenyi ditempatnya.
"ouhhh, baiklah" axel terus terkekeh ia sangat gemas dengan valerie.
"merem" pinta valerie.
"hah?" beo axel.
"merem cel" ulangi valerie dengan geraman tertahan.
"mengapa?" tanya axel lelaki itu menaikkan satu alisnya bingung. Jika mau cium ya tinggal cium saja apa susahnya. Mengapa harus ada drama merem segala.
"aku malu" cicit valerie mengalihkan pandangannya kesembarang arah.
"hm" gumam axel lelaki itu menggigit dinding mulutnya dari dalam. Ia tengah menahan diri agar tidak menyerang gadis itu sekarang juga.
"merem" cicit valerie lagi.
Axel menutup matanya namun, tidak rapat ia masih dapat melihat apa yang valerie lakukan.
Cup...
Ciuman valerie melesat matanya melotot kaget dengan sempurna. Bagaimana tidak yang valerie sangka akan mengecup pipi axel namun lelaki itu curang dengan sengaja ia menolehkan wajahnya kearah valerie jadilah valerie mengecup bibir axel.
Saat valerie tersadar dan akan menarik kepalanya namun, sayang sungguh sayang. Lagi lagi valerie kalah cepat dari axel. Axel menahan tengkuk gadis itu dan mulai melumat bibir atas valerie dengan lembut.
"rileks" bisik axel disela ciumannya. Axel terus mengeksplor bibir valerie yang terasa sangat manis.
Cup... Axel mengecup singkat bibir valerie setelah ia mengakhiri ciumannya setelah merasakan valerie akan kehabisan nafas.
Ibu jari axel terus mengusap bibir bawah valerie yang terlihat memerah dan sedikit bengkak karena ulahnya. Valerie jangan tanyakan ia belum siuman, otaknya masih sibuk mencerna apa yang sedang terjadi padanya.
"manis" axel mengusap sisa salivanya dibibir valerie dengan gemas.
Cup... Sekali lagi axel mengecup bibir valerie namun, gadis itu tak bereaksi apapun membuat axel kembali mengembangkan senyumnya.