Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Dia sudah mengganti pakaian, Reno yang sadar sedang
di lihat oleh Farah mengangkat baju Dinosaurus yang Farah pinjaman.
Jadi alasan dia ke sini untuk mengembalikan baju
itu, tapi bagaimana Reno bisa tau alamat Farah apakah Pera memberitahunya.
Dari orang yang Farah kenal sangat sedikit yang tau
bahwa Farah tinggal di situ.
Bahkan keluarganya saja tidak tahu.
Sudahlah mungkin Reno menanyakan itu pada Pera.
Saat Farah membukakan pintu Reno dengan santainya
langsung masuk ke dalam.
Farah hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat
sikap Reno seperti itu.
"Dari mereka berempat ( Reno, Rendi, Iplan,
Ical ) siapa yang benar-benar waras." Gumang Farah.
Reno membaringkan tubuhnya di kasur Farah,
bagaimana bisa dia berbuat seperti itu di kamar orang lain. Saat Farah ingin
marah dan menarik paksa Reno turun tabuh Reno panas. Dia sedang sakit ternyata.
Apakah luka Reno infeksi pikir Farah. Farah
bergegas mengambil air hangat untuk memeriksa tubuh Reno.
"Buka bajumu, aku akan memeriksa apakah ada
infeksi!" Ucap Farah yang khawatir.
Reno melepaskan bajunya, Farah memeriksa apakah ada
luka yang infeksi sambil mengelap dengan handuk hangat yang dia bawa.
Tidak ada tanda infeksi sama sekali hanya ada memar
bekas luka. Saat di perhatikan dengan teliti oleh Farah, luka itu di buat dari
beberapa jarum suntik dan bekas jahitan di mana-mana. Ada juga bekas sayatan
pisau lalu lebam bekas tinjuan.
Apa yang sudah terjadi pada tubuh yang sangat
lembut ini pikir Farah.
"Bisa kah kau melepas celanamu juga, aku hanya
ingin memastikan tidak ada infeksi."
Reno pun tanpa keberatan melepas celananya. Yang
Farah lihat sekarang adalah kaki putih mulus dengan di penuhi luka jahitan.
Memang saat di air terus Farah sudah melihat tubuh Reno tapi saat itu Farah
tidak terlalu memperhatikan, ternyata separah ini luka dia.
Syukurnya memang tidak ada luka yang infeksi di
tubuh Reno. Saat Farah membereskan bekas handuk dan air hangat yang dia bawa
Reno sudah tertidur lelap.
Di kamar Farah hanya ada satu kasur dan di sana
juga tidak ada sofa yang bisa di tiduri mau tidak mau Farah jua harus tidur di
kasur yang sama dengan Reno. Setelah hampir tiga jam Farah berusaha tidur, baru
saja Farah bisa memejamkan matanya tiba-tiba Reno memeluk Farah.
Farah terkejut dan tubuh Reno juga semakin panas,
Farah langsung bergegas mencari obat penurun panas dan temperatur untuk
mengukur suhu tubuh Reno. Tapi saat Farah ingin berdiri Reno tidak mau
melepaskan pelukannya.
"Sebentar saja aku mau mengambil obat
yah." Ucap Farah sambil mengelus lembut wajah Reno.
Reno pun mau melepaskan pelukannya. Farah membantu
memberi obat dan mengukur suhu tubuh Reno.
"Kalau sampai pagi masih tidak turun panasnya
kita ke rumah sakit." Ucap Farah tegas.
Reno kembali memeluk Farah, saat ini Reno
benar-benar seperti anak kecil yang ingin di manja. Farah juga tidak keberatan
memeluk Reno meski jantung Farah semakin lama semakin berdetak kencang.
Matahari pun mulai terbit, Hal pertama yang Farah
lakukan setelah bangun adalah memastikan suhu tubuh Reno.
Tubuh Reno sudah tidak panas lagi, Reno juga sudah
bangun dari tidurnya.
Padahal Farah ingin menyiapkan sarapan untuk mereka
makan bersama namun, Reno mendapatkan telpon darurat.
Sebelum Reno keluar, dia menata Farah dengan penuh
ketidak sanggup berpisah lalu memonyongkan bibirnya. Farah yang melihat itu
tidak bisa mengendalikan diri, Farah mengecup manis bibir Reno.
Saat sudah melakukan Farah kebingungan sendiri apa
yang sudah dia lakukan.
Reno hanya menerimanya dengan senang hati lalu
pergi keluar.
"Apa yang baru saja aku lakukan..."
Terima Farah yang masih tidak percaya dengan tindakannya sendiri.
"Bagaimana bisa dia selucu itu." Gumang
Farah.
"Baiklah, ayo sadarkan diri lagi lalu jangan
pernah lepas kendali lagi." Gumang Farah.
Farah pun pergi ke rumah sakit, dan dia di tugaskan
untuk keluar kota sebagai perwakilan dari psikolog rumah sakit. Dia akan di
temani oleh satu psikiater.
Awalnya Farah berharap itu Iplan tapi ternyata yang
menemaninya adalah Ruel.
Meski Farah sudah tidak kesal lagi tapi tetap saja
dia tidak kagum lagi pada Ruel.
Perjalanan mereka penuh dengan keprofesionalan dan
kecanggungan.
Farah benar-benar tidak ingin terlibat dengan Ruel
lagi sama sekali, tapi karna tuntutan kerja dia terus berusaha mengendalikan
dirinya.
Saat di ruang istirahat Farah sedang duduk santai
di sofa tiba-tiba Ruel datang lalu membaringkan tubuhnya di sofa yang sama
dengan kepal di atas paha Farah.
Farah sangat tidak suka Ruel semena-mena seperti
itu, mungkin pertemuan pertama mereka juga karna perbuatan Ruel yang
semena-mena itu. Tapi sekarang situasi telah berubah.
Farah langsung berdiri saat Ruel melakukan itu
"Bukankah itu tidak sopan!" Ucap Farah yang sedang menahan emosinya.
"Oh... Maaf." Sahut Ruel Santai.