ILMU HITAM

" Ayo kita segera berangkat ke Gereja Bunda Maria " Ajak Mama Dian.

Canaya dan Loli setuju, mereka cepat pergi tanpa menunggu lebih lama lagi.

Sesampainya, ketiga orang itu berlari menaiki tangga gereja. Canaya mendorong pintu besar gereja hingga terbuka lebar.

Kebetulan sekali pada saat itu Dian dan Gus Syaif sudah berdiri di depan seorang pastur. Baru saja Gus Syaif akan dibaptis sebelum mengucapkan janji pernikahan.

Dian terkejut melihat kedatangan Canaya bersama Loli dan Mamanya.

" Dian !!! Hentikan !!!" Teriak Canaya lantang.

Dian reflek menarik Gus Syaif ke belakang punggung nya.

" Mau apa kalian datang kesini ? Hah!!"

Loli terkesiap, rupanya benar Dian sudah berubah. Dia terlihat sangat cantik bercahaya.

" Dian, kau jangan gila.. Yang sudah kamu lakukan terhadap ustad adalah sebuah kesalahan besar "

" Kami saling mencintai Nay!! Kenapa kau tidak bisa terima itu? Apa kamu juga mencintai nya?"

Canaya tercekat, dia tidak tahu seperti apa cinta itu. Tapi yang jelas Canaya tidak ingin Dian melakukan sebuah kesalahan fatal.

" Terserah kamu mau bilang apa? Aku cuma tidak ingin sahabat baikku salah jalan "

Mencebikkan bibirnya.

" Tidak usah sok perduli, sekarang pergi lah jika kedatangan mu hanya untuk mengacaukan hari pernikahan ku. Tapi kalau kau mau jadi saksi ? Aku persilahkan "

Dian sudah tidak bisa diajak bicara baik-baik, Canaya sigap memu-kul leher Dian hingga gadis itu tersungkur tidak sadarkan diri.

Pastur yang berdiri tepat di hadapan mereka sampai terkejut. Canaya menarik tangan Gus Syaif , lalu diseret nya pergi.

" Nay!!"

Loli kaget, ia gelagapan dengan tindakan kasar Canaya .

Tapi apa boleh buat, dia terpaksa mengikuti Canaya .

Mama Dian diam mematung, menatap kosong sang anak yang terkapar pingsan.

" Diaaan... Diaaan "

Gus Syaif memanggil-manggil nama Dian sepanjang perjalanan, ia nampak linglung.

" Nay, gimana ini ?" Tanya Loli .

" Aku akan membawa dia pulang ke rumah nya" Jawab Canaya tegas.

Sesampainya di yayasan pesantren, Gus Syaif tidak mau turun. Dia merengek seperti anak kecil meminta bertemu Dian .

" Aku tidak mau, aku cuma mau sama Dian "

Loli sampai bengong melihat tingkah Gus Syaif , dia berubah seratus delapan puluh derajat.

" Dian ada di dalam " Tandas Canaya berbohong.

Salah satu santri yang melihat tingkah Gus Syaif segera melapor ke dhalem. Sontak Nyai dan Kiai langsung panik.

Begitu juga dengan santri senior ketiga sahabat Gus Syaif . Mereka pergi ke area parkir untuk melihat sendiri keadaan Gus Syaif .

" Kenapa dia jadi seperti ini ?" Nyai sangat shock, sedangkan Kiai yang duduk di kursi roda memberikan kode kepada Basri ,Ridho dan Hasan untuk menarik paksa Gus Syaif keluar mobil.

" Aku nggak mau, aku mau sama Dian " Gus Syaif meronta-ronta, ia terus merengek meminta bertemu dengan Dian .

Belum ada yang tahu , mereka semua bingung.

" Nona Canaya , sebenarnya apa yang terjadi dengan Syaifullah ?" Tanya Nyai.

" Saya juga tidak tahu, tapi sebaiknya dia segera dirukyah " Tutur Canaya .

" Ridho , Basri , Hasan .. Cepat buat formasi. Aku sendiri yang memimpin nya" Tegas Kiai, ketiga nama yang disebut mengangguk patuh. Mereka menyeret Gus Syaif meskipun pria tersebut terus meronta-ronta.

" Sekarang gimana Nay?" Tanya Loli sembari terus memperhatikan Gus Syaif yang dibawa paksa masuk ke Dhalem.

" Kita pulang "

Canaya berbalik badan, masuk ke dalam mobil lalu tancap gas.

>>>

Mama Dian menatap sendu putri nya yang tidak sadarkan diri. Hingga habis magrib, Dian belum siuman juga.

Tiba-tiba Dian bangkit, mengejutkan sang Ibu. Dian turun dari tempat tidur nya, ia melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Pandangan nya lurus dan kosong, seperti tak ada sang Ibu disana.

" Dian, kau mau kemana ?" Tanya Mama Dian .

" Mandi " Jawab Dian datar.

Mama Dian merasa ini aneh, tapi karena khawatir Dian lapar. Dia segera keluar untuk menyiapkan makanan.

Seperti kejadian malam sebelumnya, usai mandi Dian langsung berganti pakaian dinas. Ia berbaring menunggu si Genderuwo menjamah tubuh nya.

Dan hal itu pun terjadi, kali ini tidak ada perlawanan dari Dian . Hanya saja Dian memejamkan matanya rapat-rapat.

Sewaktu Dian merasa bahwa si Genderuwo telah menyelesaikan hajatnya, Dian membuka mata nya kembali.

" Tunggu !!!"

Langkah Si Genderuwo terhenti. Ia berpaling.

" Ada apa?"

" Aku punya satu permintaan "

" Katakan !"

" Aku ingin kau melenyapkan Canaya "

" Baik!"

Dian menarik sudut bibirnya, ia puas jika benar hal itu terjadi. Siapapun yang menghalangi keinginan nya, meskipun itu adalah sahabat nya sendiri. Maka Dian tak akan segan untuk membinasakan.

>>>

Canaya sudah tertidur pulas sewaktu si Genderuwo datang memasuki kamar nya berupa kepulan asap hitam.

Genderuwo itu melayang di atas tubuh Canaya , lalu tanpa sungkan mence-k-ik leher gadis itu.

Canaya terkesiap, ia meronta-ronta disertai nafas yang tersengal-sengal. Genderuwo itu semakin menekan cekalan nya supaya mangsa lebih cepat mati.

Tiba-tiba Canaya terdiam, ia tidak mengap-mengap lagi . Malah tersenyum miring dengan tatapan tajam.

" Cuma segini kekuatan mu?"

Genderuwo itu terkesiap, belum sempat ia menarik nafas tiba-tiba sebuah tinju menghantam wajahnya. Ia terpental membentur dinding.

Canaya bangkit, rupanya barusan dia hanya berakting saja.

" Ka- Kau?? Si-siapa?"

Gemetar tubuh si Genderuwo, seumur-umur tidak ada manusia yang bisa memukul wajahnya dengan telak. Biasanya mereka akan membaca ayat suci Al-Quran untuk menghajar dirinya.

" Perlukah kau tahu siapa aku ?"

Canaya mengusap tinju nya sendiri, ia turun dari pembaringan. Berjalan menghampiri si Genderuwo.

" Tunggu !!! Aku tidak akan mengganggu mu lagi, aku janji. Tapi biarkan aku pergi "

" Wahh, kau mengajak ku bernegosiasi ? Baik!! Aku akan melepaskan mu, tapi kau juga harus melepaskan Dian "

" Tidak !!! Dia sudah terikat janji dengan ku"

" Aku tidak perduli, kalau kau masih membuat Dian seperti sekarang. Maka akan ku buat kau menyesal telah menjadi Genderuwo " Canaya memberikan ancaman, supaya Genderuwo itu takut dan benar melakukan perintahnya.

" Tapi jika aku meninggalkan nya, dia tidak akan selamat. Perjanjiannya adalah seumur hidup dengan ku, kecuali dia memiliki pengganti "

" Tidak ada pengganti, tidak ada janji. Yang ada kau harus pergi, atau???"

Canaya menginjak kaki si Genderuwo dengan gerakan cepat.

Genderuwo itu berteriak kesakitan.

" AAAAAAAAAAAA sakit, cepat lepaskan kakiku " Teriak nya, Canaya tidak menanggapi. Malah dirinya semakin menekan injakan kaki nya.

" Baik baik ... Aku akan pergi.. Aku akan pergi meninggalkan Dian . Aku janji "

Barulah Canaya mengangkat kakinya, ia tersenyum puas.

Begitu dilepaskan, Genderuwo langsung berubah menjadi kepulan asap yang melayang keluar dari kamar Canaya .