NovelToon NovelToon
KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:30.2k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

Bumirang Tunggak Jagad terlahir dengan menanggung kutukan karmaphala yang turun temurun diwariskan oleh leluhurnya. Di sisi lain, dia juga dianugerahi keistimewaan untuk bisa menghapus karmaphala tersebut karena terlahir dari satu-satunya keturunan perempuan. Dia juga dianugerahi wahyu agung oleh semesta karena pengorbanan kedua orang tuanya.

Dia harus mengembara sambil menjalani berbagai macam tirakad serta melakukan banyak kebajikan sebagai upaya untuk menghapus karmaphala bawaan tersebut. Pemuda itu pun disinyalir sebagai utusan semesta yang akan meruntuhkan sang penguasa lalim.

Akan tetapi, musuh yang harus dia hadapi tidak hanya sang raja lalim beserta para pengikutnya, tetapi juga dirinya sendiri. Dirinya yang penuh amarah, Baskara Pati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SINGGAH DI HUTAN JATI

Setelah urusan di Desa Janur tuntas, Bumirang pun melanjutkan perjalanan menuju Gunung Ndapan. Bulan masih berada di fase pudar kala dia beranjak, tetapi sekarang ketika kakinya menapak di tepi sebuah hutan yang dikuasai oleh pohon jati, bulan telah memasuki pertengahan fase mati. Begitu matahari undur diri, pekat pun tanpa segan mendekap buana.

Seperti ditelan gulita, sosok Bumirang perlahan lenyap di dalam Ilam-ilam rapat pepohonan hutan. Penghlihatan Bumirang tidak pernah bermasalah terhadap cahaya maupun pekat. Jadi, langkahnya pun pasti dan santai menyusuri jalan setapak, tidak hirau meski berpuluh-puluh pasang mata gaib menatapnya dan para gaib itu pun sepertinya tidak berniat mengusik pemuda tersebut.

"Bumirang! Oeee, Bumirang, aku lapar!" suara laki-laki berteriak ini terdengar sayup-sayup, entah berasal dari mana. Terkesan dekat, tetapi juga terasa jauh.

"Kita cari tempat nyaman untuk duduk dulu." Bumirang berbicara sambil terus melangkah dan tatapan pun tetap fokus ke jalan yang akan dilintasi, sama sekali tidak ada gelagat bahwa dia sedang berbicara dengan seseorang.

"Jangan lama-lama. Cacing-cacing di perutku sudah berkelahi ini." Suaranya melemah dan memelas, seolah benar-benar sedang kelaparan. Padahal, hari ini dia sudah makan sangat banyak, termasuk jatah Bumirang. Karena Bumirang sedang berpuasa jadi tidak masalah.

Terkekeh geli dengan tingkah berlebihan Kamandaka bila menyangkut makanan, Bumirang pun berujar lembut, "Tidurlah dulu, nanti aku bangunkan."

"Aku tidak mau tidur di sini. Perempuan itu brisik sekali." Kamandaka bersungut-sungut. Yang dia maksud adalah Cemeti Kidung Kahuripan. "Teriak-teriak terus, apa tidak capek ...."

"Bersabarlah sebentar lagi." Bumirang membujuk, nada suaranya lembut penuh pengertian, seperti sedang berbicara pada anak kecil yang tengah merajuk.

Usianya belum genap dua dekade, tetapi pembawaannya dewasa dan bijak. Karena latihan keras yang dijalani sejak kecil, penampilan fisiknya pun tidak hanya bongsor, tetapi juga berotot dan gagah. Semua orang mengira dia sudah ada di fase usia dua dekade lebih.

"Huhf. Awas saja kalau bertemu ...." Kamandaka bersungut-sungut lagi. Tubuh mungilnya bersandar pada dinding cupu, wajahnya cemberut dan mata mendelik tajam---seolah orang yang telah membuat kesal ada di depannya.

"Tidak. Kamu tidak akan bertemu dengannya."

"Itu bagus---ah tidak. Lebih bagus bertemu biar aku bisa bilang langsung kalau suaranya sangat menggangu. Bumirang, aku tidak mau lagi menjadi kecil dan dimasukkan ke dalam cupu ini. Aku janji akan patuh. Jadi jangan kurung aku lagi. "

Bumirang tidak menanggapi ocehan Kamandaka yang sering bertolak belakang dengan tindakannya. Pemuda malang kurang waras itu adakalanya bersikap normal selayak orang sehat lahir batin. Namun, ada saatnya juga di mana dia bertingkah sesuka hati dan merugikan orang lain.

Seperti yang pernah terjadi belum lama ini di desa kecil yang mereka singgahi. Ketika Bumirang sedang bertransaksi dengan salah seorang warga di teras depan, Kamandaka diam-diam menyelinap ke halaman belakang.

Melihat ada banyak ayam sedang mematuk makanan di dalam kandang kambing, dia pun langsung memburunya. Berlarian ke sana-kemari membuat kehebohan karena ayam dan kambing yang ketakutan berkotek dan mengembik. Saat Bumirang dan pemilik rumah tiba di halaman belakang, Kamandaka sudah berhasil menangkap dua ekor ayam betina, dan memeluknya erat-erat.

Melihat Bumirang, wajah Kamandaka berseri-seri dan langsung berlari menghampiri. "Aku berhasil menangkapnya. Kita punya banyak makanan." Dia berujar kegirangan sambil mengangkat kedua ekor ayam untuk ditunjukkan pada Bumirang.

Melihat wajah ceria Kamandaka, Bumirang tidak tega menolak ataupun mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan ayam-ayam itu. Akhirnya dia mengalah, lalu menukar kedua ekor ayam itu dengan tanaman obat yang sudah dikeringkan dan sedikit getah pohon tanpa daun.

Bumirang pun meminta tolong kepada si pemilik untuk memotong sekaligus memanggang ayam-ayam tersebut. Ketika ayam sudah matang, orang baik hati itu pun menambahi bekal mereka dengan sebungkus nasi tiwul, talas dan ubi kukus, serta dua bubu* air minum.

[Wadah air minum yang terbuat dari satu atau dua ruas batang bambu sebesar lengan orang dewasa]

Akan tetapi, alasan Bumirang memasukkannya ke dalam cupu bukan karena Kamandaka suka berlulah, melainkan karena ingin pemuda itu bisa beristirahat serta memiliki kualitas tidur yang baik. Selama bersama, Bumirang perhatikan Kamandaka hampir tidak pernah tidur. Di malam hari, tidur hanya sebentar dan selebihnya dia asyik berbicara dan tertawa-tawa sendiri.

Kondisi kejiwaan Kamandaka tidak baik dan sekarang juga tidak punya siapa-siapa untuk bergantung. Bumirang tidak tega menolak ketika Kamandaka terus mengikutinya. Pemuda itu pun akhirnya menjadi teman seperjalanan Bumirang yang cukup merepotkan.

Lagi pula, Bumirang mempunyai satu alasan lain kenapa bersedia menjaga Kamandaka. Dia yakin bahwa antara dirinya dan Kamandaka sesungguhnya memiliki ikatan karmaphala dari karma para orang tua. Pertemuan mereka sudah ditakdirkan dan Bumirang percaya bahwa membuat Kamandaka selalu ada di sisinya adalah pilihan terbaik.

Semua keyakinan itu lahir setelah Bumirang mendapat penglihatan lain. Penglihatan yang dia peroleh ketika menyentuh mayat Sengon dan ayahnya Kamandaka. Kedua orang ini dan Patmi adalah, orang-orang tidak punya hati nurani yang tega mencelakai sesama demi harta dan kedudukan. Mereka mengurung Dewi Nilam dan Raden Panji di dalam pondok, lalu membakarnya.

Entah bagaimana cara mereka keluar, yang jelas Bumirang tahu bahwa Dewi Nilam dan Raden Panji berhasil lolos dari lalapan api. Walaupun tujuan ketiga orang jahat itu tidak tercapai, tetapi niat yang sudah dilakukan tetap dihitung karmaphalanya. Mereka telah mendapat balasan, mati terbakar, sedangkan Kamandaka yang tidak tahu apa-apa tetap selamat. Meski begitu, bukan berarti Kamandaka terbebas sepenuhnya dari karmaphala atas perbuatan jahat kedua orang tuanya.

Dari penglihatan itu Bumirang pun mulai mengerti kenapa Eyang Pamekas tidak pernah menceritakan siapa jati dirinya. Setiap kali Bumirang bertanya tentang orang tuanya, eyang selalu hanya mengatakan bahwa suatu saat nanti Bumirang akan mendapatkan sendiri jawabannya. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah menjalani tirakat selagi mengembara, juga melakukan banyak kebajikan untuk merayu Sang Hyang Acintya supaya berkenan menghapus karmaphala bawaan lahir.

Nama Bumirang Tunggak Jagad pemberian Eyang Pamekas bukanlah sekadar nama. Memikirkan artinya secara harafiah saja Bumirang sudah merasa beban seluruh buana ini ada di pundaknya. Kalau penalarannya tidak melenceng, lantas kenapa hal itu menjadi tanggung jawabnya? Bumirang sangat ingin mengetahui jawabannya, tetapi di saat yang sama juga merasa enggan tahu. Namun, apa yang sudah terjadi dan apa yang akan terjadi, bukan kuasanya untuk mengatur.

"Raden! Raden Bumirang! Aku---" suara teriakan yang tiba-tiba terdengar itu, secepat datangnya secepat itu pula perginya, menghilang seperti disapu angin.

"Berisik! Awas kamu ya!" Kamandaka yang sedang gelisah karena lapar pun langsung marah-marah. "Bumirang, kamu dengar itu, kan?"

"Abaikan saja." Bumirang membalas acuh tak acuh, lalu berhenti di bawah sebatang pohon jati sangat besar yang di antara akarnya terdapat batu lempeng. Dia pikir itu tempat yang pas untuk duduk bersemadi, sedangkan ruang di antara akar-akar yang menyembul bisa digunakan Kamandaka untuk berbaring.

Sejenak dia mengedar pandangan untuk memastikan bahwa tempat itu benar-benar aman dan kedatangannya pun tidak menggangu makhluk lain. Namun kenyataannya, ada pun makhluk lain di situ, mereka segera pergi begitu melihat Bumirang datang.

"Silahkan, Raden. Selamat beristirahat." Makhluk kerdil berambut gimbal berwarna hijau lumut bergegas pergi setelah berbicara. Bersamanya ada beberapa makhluk sejenis.

"Terima kasih." Sambil berucap, Bumirang tetap mengangguk sopan meski makhluk-makhluk itu tidak memperhatikan.

Bumirang menatap terpaku ke arah mereka pergi. Seulas senyum tersungging di sudut bibir kanannya. Dia sudah mulai mendapatkan titik terang, kenapa para makhluk gaib Buana Ilam-ilam menaruh hormat padanya. Bahkan Ki Ageng Galunggung dan Nyai Ageng Lereng pun.

1
Andini Andana
uwaahhh.. ini Eyang Guru yg datang tak di jemput pulang tak diantar /Slight//Slight/
Andini Andana: sebelah mana? kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang? /Slight/
Alta [WP: Yui_2701]: Kenapa jadi kayak slogan sebelah 🤣🤣🤣🤣🤣🙄🤣
total 2 replies
AFighter
Ah, bab yang cukup menguras emosi🤣🤣🤣🤣🤣
AFighter
/Chuckle/Ah aku terharu
AFighter
Penokohan yang paling berkesan dimenangkan oleh Kamandaka 👏👏👏👏👏🤣🤣🤣🤣🤣🤣
AFighter
Kamandaka memang ajaib🤣😭🤣🤣
AFighter
Nah kan 🤣🤣🤣🤣
AFighter
🤦‍♀️ memang pantes dipukul ni bocah
AFighter
Fakta hehehe
Rinchanhime
Biar kucel asal ganteng wkwkwkw
Rinchanhime
Wow, benar-benar all out
Rinchanhime
Beraninya main keroyokan
Rinchanhime
Mantap
Rinchanhime
memang kudu dicabik sampai tak bersisa. Setuju 1000% sama Kahuripan
Rinchanhime
Ah, flash back orang tuanya Bumirang
Rinchanhime
Langsung terhempas ke bumi wkwkwkkw
Rinchanhime
,Kekuatannya ga main-main, nih
Windy Veriyanti
gaya penulisan yang indah dan enak dibaca...
serta karakter tokoh-tokohnya yang menarik
Alta [WP: Yui_2701]: Makasih untuk ulasannya🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Windy Veriyanti
duo berisik Kamandaka Kahuripan berkumpul kembali 😁
Windy Veriyanti
Kamandaka yang polos dan berperasaan halus...
Anny
Ya Tuhan Kamandaka polosnya, bikin melas/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!