Dania adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan. Rasa cintanya pada keluarganya begitu besar.
Begitupun rasa cintanya pada sang suami, sampai pada akhirnya, kemelut rumah tangganya datang. Dengan kedua matanya sendiri Dania menyaksikan penghianatan yang di lakukan oleh suami dan kakaknya sendiri.
Penghianatan yang telah di lakukan orang-orang yang di kasihinya, telah merubah segalanya dalam hidup Dania.
Hingga akhirnya dia menemukan cinta kedua setelah kehancurannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Dania
Wanita cantik itu masuk ke dalam kamar hotel berdua dengan lelaki yang menjadi pasangannya. Mereka masuk ke kamar yang telah mereka pesan.
Pria itu segera mengunci pintu dan masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara sang wanita, ia mulai membuka baju nya satu persatu. Sambil mengusap leher, dada, dan bagian tubuh lainnya dengan tangannya sendiri.
Kini wanita itu semakin menggila dengan rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Lenguhan-lenguhan terdengar keluar dari bibir manisnya yang begitu sensual.
"Aaaagghhh....Mmmmhhh," desahnya sambil menggigit bibir bagian bawahnya.
"Oohh...euummh...ahh aku ingin sekali di sentuh, sayang cepatlah," racaunya sembari tangannya terus menggosok bagian intinya.
Mendengar suara-suara erotis dari pasangan wanitanya, pria yang berada di kamar mandi itu buru-buru keluar.
"Iya sayangku, aku datang, aku akan memberimu kenikmatan yang tak bisa kamu lupakan," seru pria itu.
Lalu ia melucuti semua pakaiannya, dan mendekatkan tubuhnya di sisi ranjang. Sang wanita yang sudah kehausan itu dengan posisi menungging langsung melahap pisang milik pria itu.
"Ahhh....hhhhmmm," desah pria itu.
Ia mengangkat tubuh wanitanya. Membalikkan badannya dan mulai memasukkan senjata miliknya ke dalam liang surga milik sang wanita.
Desahan-desahan kenikmatan keluar dari mulut keduanya. Hingga akhirnya kedua pasangan selingkuh itu klimaks untuk kesekian kalinya.
🌼🌼🌼
Malam sudah semakin larut. Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Dania tampak gelisah. Dia duduk dan sesekali menatap ke arah jam dinding yang terus berputar.
Dania masih menunggu Bobby, suaminya. Bobby akhir-akhir ini ia memang sering pulang terlambat.
Jenuh terus menunggu orang yang tak kunjung pulang, Dania pun bangkit dari duduknya.
Ia melangkah menghampiri kamar kedua buah hatinya, sunyi. Si kembar Marteen dan Marleen tampak tertidur lelap.
"Pasti mereka sangat lelah, siang tadi sengaja ku biarkan mereka bermain-main sampai puas," batin Dania.
Ia mendekat pada kedua anaknya. Mengusap lembut kepala mereka. Bibirnya tersenyum kecil. Hatinya getir.
Belakangan ini, suasana di rumah itu begitu sunyi dan terasa hampa. Bobby selalu pulang larut malam. Bahkan terkadang dia tidak pulang sama sekali.
Dania tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya pada sang suami. Begitupun rasa curiga pada suaminya, ia berpikir kalau sang suami telah berselingkuh.
Tapi Bobby selalu mengatakan banyak pekerjaan di kantor yang harus di selesaikan dan membuatnya terpaksa pulang larut malam.
Usai melihat kamar anak kembarnya, dan memastikan mereka telah tertidur nyenyak, Dania segera keluar.
Ia melirik ke arah kamar Sinta kakaknya. Kamar itu tertutup rapat.
"Kak Sinta pasti lembur, sebentar lagi pasti ku dengar langkah kakinya yang lembut, semoga Engkau selalu menjaga kakakku Tuhan, hanya dia satu-satunya keluargaku setelah suami dan kedua anakku," Lirih Dania.
Sudah lima bulan Sinta tinggal di rumahnya. Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya, dan membuatnya lumpuh tiga bulan lamanya.
Dania membawa kakaknya untuk tinggal bersamanya. Karena sang kakak sudah tidak memiliki siapa-siapa selain dirinya. Dan juga tidak lagi memiliki tempat tinggal.
Karena selama ini Sinta dan suaminya hanya mengontrak sepetak rumah untuk mereka tinggali. Sinta belum memiliki anak selama empat tahun pernikahannya.
Tiga bulan lamanya Dania merawat sang kakak dengan penuh kasih sayang. Hingga Sinta di nyatakan sembuh total.
Dengan alasan jenuh di rumah dan tidak mau menjadi beban keluarga sang adik, Sinta pun melamar kerja di sebuah perusahaan tekstil. Dia di terima dan mulai bekerja sejak hari itu.
Sejak Sinta bekerja rumah terasa sunyi. Hanya ada bik Titin, asisten rumah tangga yang datang pagi dan pulang saat hari sudah sore.
Dania merasa kesepian, apalagi akhir-akhir ini Bobby dan juga Sinta sering pulang larut malam.
Tentu saja setelah si kembar tidur rumah itu terasa begitu sunyi. Dania hanya seoarang diri dan sepi menyelimuti rumah dan juga hatinya.
Dania melangkah ke kamarnya. Sekali lagi ia menatap ke arah jam dinding yang terus berputar.
Seharusnya di jam segini Bobby sudah ada di rumah, bahkan dulu di jam segini biasanya mereka berdua akan meneguk nikmatnya percintaan suami istri.
Pukul lima biasanya Bobby sudah ada di rumah. Dan Dania akan menyaksikan suaminya itu di kelilingi si kembar Marleen dan Marteen.
Bocah tiga tahun itu akan berceloteh sambil menungguinya melepaskan sepatu. Lalu bocah-bocah itu akan mengambilkannya handuk kemudian Bobby segera mandi.
Namun pemandangan seperti itu sudah tidak pernah ia saksikan lagi sekarang.
Jarum jam terus berdetak. Dania menghela nafasnya. Dia sebenarnya bukanlah seorang istri yang mudah terbakar api cemburu.
Tetapi perubahan sikap Bobby yang acuh tak acuh padanya bahkan sering pulang larut malam atau bahkan tidak pulang sama sekali membuatnya merasa khawatir ada orang ketida dalam rumah tanggannya.
Apalagi temannya Mita pernah memberitahunya kalau dia pernah melihat Bobby sedang makan malam romantis dengan seorang wanita.
Saat Dania menanyakan semua itu Bobby tidak mau mengakuinya dan malah marah-marah padanya. Bobby menuduhnya curigaan dan tidak segan-segan menamparnya.
Belakangan ini suaminya itu memang kerap main tangan padanya. Bahkan Bobby terang-terangan menunjukkan sikap kalau ia seperti sudah tidak mencintainya.
Dania mengambil benda pipih di atas nakas di kamarnya. Ia mengusap layar benda itu. Ingin ia menghubungi suaminya tapi rasanya tak ada gunanya. Panggilannya pasti di abaikan oleh Bobby.
Dania kembali melangkah keluar kamar. Ia menidurkan tubuhnya di sofa. Tak berselang lama kemudian, ia mendengar langkah sepatu kakaknya memasuki rumah.
Dania segera bangkit dan hendak membuka pintu. Namun rupanya dengan pelan Sinta sudah memasukkan kunci dan memutar knop pintu dengan sangat hati-hati. Dia berpikir kalau Dania dan si kembar pasti sudah tidur.
Dania berdiri di dekat saklar lampu. Dan saat pintu terbuka dia langsung menyalakan lampu dan membuat Sinta terkejut.
"Eh Nia belum tidur?" sapa Sinta.
"Belum kak, nggak bisa tidur mas Bobby belum pulang," jawab Dania.
"Kok lama banget pulangnya?"
"Nggak tahu kak, mungkin mas Bobby sedang sibuk di kantor, apalagi akhir pekan begini mungkin dia sedang menyelesaikan laporannya," Dania mencoba berprasangka baik pada suaminya, walaupun sebenarnya hatinya sangat gundah.
"Oh iya juga ya Nia."
"Kakak kenapa pulangnya malam sekali, biasanya kalau lembur juga paling lama pukul sepuluh kakak sudah pulang?"
"Maaf kan kakak Dania, tadi ada acara ulang tahun teman sekantor kakak dan kakak di paksa ikut mereka, kakak ingin mengabarimu tapi handphone kakak kehabisan baterai, Sebenarnya kakak juga tidak menikmati pesta itu, kakak terus teringat mas Doni, biasanya kalau weekend gini dia selalu membawa kakak jalan-jalan keluar, sekarang kakak hanya bisa mengingatnya saja, hik hik hik," Sinta sengaja menekankan nama almarhum suaminya di hadapan Dania dan diapun menangis tersedu-sedu.
Dania meraih tubuh kakaknya dan memeluknya. Ia mengusap punggung sang kakak.
"Sudah kak, jangan bersedih kakak berhak bahagia, ada baiknya juga kalau kakak pergi dengan teman-teman kakak, setidaknya bisa membuat kakak tidak selalu memikirkan mas Doni, kasihan mas Doni dia sudah tenang disana kakak harus mengiklaskan nya."
Dania melepas pelukannya. Ada yang aneh, dia seperti mencium aroma parfum yang sangat di kenalinya. Tapi dia lupa itu aroma parfum siapa.
"Kak, aku panaskan sayur dulu ya." Dania mengalihkan pikirannya.
"Tidak usah Nia, kakak sudah makan."
"Oh iya, bukannya kakak dari pesta pasti kakak sudah makan."
"Eh, kakak masuk kamar dulu ya, sebaiknya kamu tidur saja enggak usah nunggu Bobby sepertinya dia gak pulang," ucap Sinta sambil berlalu meninggalkan Dania.
Deg.
Dania masih berdiri mematung menatap punggung Sinta. Jantungnya berdetak kencang dan terasa sakit.
Dia berpikir sejenak kenapa Sinta bisa berkata kalau Bobby tidak pulang, apa dia tahu sesuatu? pikir Dania.
"Oh, mungkin karena kak Sinta juga tahu kalau mas Bobby sering terlambat pulang dan bahkan nggak pulang, namanya juga kita serumah kak Sinta pasti tahu tentang kami saat ini," Dania bergumam dalam hati.
Bersambung....
♥️♥️♥️
Hai, jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya..
Silahkan like, komen, dan beri bintang lima jika suka dengan cerita ini.
Terimakasih...