NovelToon NovelToon
RAFFATTA

RAFFATTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Balas Dendam / Konflik etika / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Angelia Putri

Attalea Arasya Veronika Lovandra
Seorang gadis berumur 20 tahun yang sedang kuliah di Universitas terkenal di Bandung. Awalnya kehidupan dikampusnya biasa saja bersama teman-temannya sampai saat dia memasuki semester 6, dia bertemu dengan seorang dosen yang membuat emosinya naik turun ketika mereka selalu bertemu dengan sengaja atau tanpa sengaja.

Muhammad Rafasha Arendra
Seorang dosen yang berumur 24 tahun yang dikenal dengan sifat dingin dan galak tetapi memiliki wajah yang tampan bak pangeran dikerajaan es yang membuat para mahasiswi meleleh dengan ketampanannya. Tetapi hal itu tidak berlaku dengan seorang gadis yang merupakan salah satu mahasiswinya yang dia anggap cerewet dan susah diatur. Bukan hanya itu, gadis itu selalu berani menentang keputusannya dan ia harus banyak bersabar menghadapi perilaku mahasiswinya itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angelia Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Silverqueen?

"Terima kasih Pak, karena sudah mengantarkan saya," ucap Ara sembari tersenyum ke Raffa.

"Sama-sama," balas Raffa singkat yang masih duduk dikursi kemudian, sedangkan Ara saat ini sudah berdiri diluar mobil.

"Kalau begitu, saya pergi dulu pak." Ara berpamitan kepada Raffa dan mulai melangkah menuju butik.

"Tunggu-" cegah Raffa. Ara yang mendengar Raffa pun berhenti dan membalikan badannya. Ternyata Raffa sudah keluar dari mobilnya dan saat ini ia sudah berada dekat dihadapan Ara. Ara yang melihat itu pun spontan terkejut, ia pikir tadi dosennya ini tadi masih duduk didalam mobil.

"Ada apa pak?" tanya Ara dengan alis mata yang bertautan.

"Ini buat kamu," ucap Raffa sambil memberikan 2 buah Silverqueen berukuran sedang kepada Ara.

"Silverqueen? 2?" Ara bingung, kenapa Raffa memberikan ia Silverqueen.

"Iya, ini tanda terima kasih saya karena sudah menolong saya."

"Tapi bukannya tadi saya maunya cuma 1, Pak? Kok 2?" tanya Ara kembali yang masih penasaran.

"Mana tangan kamu." Ara pun hanya menengadahkan tangan kanannya seperti ingin salim. Kalian tau kan gimana....

"Yang ini buat kamu karena kamu sudah menolong saya di kampus tadi," kata Raffa yang meletakkan satu Silverqueen ke tangan Ara.

"Dan yang ini, juga buat kamu karena sudah menolong keponakan saya." Menyerahkan Silverqueen kedua kepada Ara.

"Tapi saya ikhlas kok menolong Ana, Pak. Jadi ini untuk keponakan bapak saja."

Raffa menolak. "Tidak, ini untuk kamu saja. Saya sudah membeli untuk Ana juga," ujar Raffa yang sudah memperlihatkan sekantong kresek yang berisi Silverqueen yang dia beli tadi.

Ara spontan mengangguk pelan dengan bibirnya mengucap kata 'Oo' tanpa bersuara.

"Terima kasih sekali lagi karena sudah menolong Ana. Saya hanya bisa memberikan ini untuk kamu."

"Terima kasih kembali, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, Pak." Berpamitan kembali kepada Raffa dan mulai memasuki butik Dina.

Setelah memastikan Ana masuk ke butik, Raffa segera pergi dari sana. Jalanan saat ini memang sangat ramai, mungkin karena sudah mendekati bulan puasa. Bulan puasa bagi umat Islam, bulan yang penuh makna. Seluruh umat Islam sangat menantikan datangnya bulan penuh makna ini.

Raffa yang saat ini sedang mengendarai mobilnya merasa terganggu dengan mobil yang ada dibelakangnya, sangat mencurigakan. Mobil sedan berwarna hitam dengan plat yang iya yakini itu adalah plat mobil palsu. Bagaimana Raffa tau kalau plat mobil itu palsu? Raffa yakin mobil itu mengikutinya dari tadi ketika ia pergi mengantarkan Ara ke butik. Ia sangat menyadarinya, dan berusaha bersikap tenang saat bersama mahasiswanya tadi. Untuk mengetahui apakah benar mobil tersebut mengikutinya, Raffa menambah kecepatan mobil dan memantau pergerakan mobil sedan hitam tersebut dari kaca spion.

Ternyata benar, mobil itu juga menambah kecepatannya. Artinya orang yang ada di mobil tersebut sedang ingin mengetahui kemana Raffa akan pergi sekarang. Setau Raffa, ia tidak mempunyai musuh lagi setelah 5 tahun lamanya. Raffa tidak mau ambil pusing, ia segera menambah kecepatan mobilnya lagi untuk menghindari mobil dibelakangnya. Kali ini ia tidak mau terlibat masalah lagi.

...***...

Saat ini, Ara sudah masuk kedalam butik Dina. Disana sudah ada Dina serta 5 orang karyawan perempuan.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Akhirnya kamu sampai juga Ara," ucap Dina seraya tersenyum kearah Ara. Seketika senyum Dina luntur ketika ia tidak sengaja melihat dahi Ara yang diberi hansaplast.

"Astaghfirullahal'aziim, dahi kamu kenapa, Nak? Kok bisa kek gini. Sini-sini kamu duduk dulu, Mama mau lihat seberapa parah luka kamu."

Dina mulai menuntun Ara untuk berjalan ke sofa, kemudian mengibaskan sedikit rambut depan Ara.

"Gak papa kok, Ma. Tadi dijalan ...." Ara mulai menjelaskan bagaimana ia bisa terluka kepada Dina. Dina yang mendengarnya itu hanya bisa menghembuskan nafasnya, setidaknya Ara tidak terluka parah.

"Oh, jadi begitu. Lain kali kamu jangan nekat seperti tadi, bahaya!"

"Tapi Ara kasian sama anak itu, Ma," kata Ara.

"Ya udah, lain kali jangan diulangi lagi, ya. Membantu itu boleh tapi kamu juga harus memperhatikan kondisi kamu juga." Ara hanya mengangguk mendengar nasehat Dina. Kalau dipikir-pikir, sudah lama sekali ia tidak merasakan kekhawatiran seorang ibu kepadanya. Sejak kejadian itu, orangtuanya tidak tahu-menahu bagaimana Ara bertahan hidup selama ini. Sangat miris sekali, ya? Untung saja, keluarga Pratama masih sayang dan padanya. Ia sangat bersyukur, setidaknya ia tidak hidup sendiri di dunia yang sangat kejam ini.

"Iya, Ma. Aku gak akan ulangi lagi. Tapi ini beneran gak papa kok, Ma. Lagian lukanya sudah diobati."

Dina pun mengangguk. Sesaat, ia jadi teringat pria yang mengantar Ara tadi. Dina berpikir, pria itu adalah Dosen Ara, walaupun belum pasti. Karena bisa dilihat dari penampilan pria itu.

"Oh iya, tadi itu kamu dianter sama siapa?" tanya Dina.

"Ha? O-oh i-iitu tadi-"

"Dosen kamu?" potong Dina.

"Kok mama tau?" tanya Ara penasaran, karena selama ini Ara tidak memberitahu bagaimana rupa dosennya itu kepada Dina.

"Ya taulah, penampilannya saja formal kayak orang kantoran. Kalau bukan dosen kamu, mungkin pacar kamu. Tapi kamu gak pernah cerita ke Mama lho kalau punya pacar.

Kalau itu teman sekampus kamu, gak mungkinkan pakaiannya se-formal itu. Dan bicara kamu juga terlihat formal, tadi," jelas Dina.

"Iya sih, Mama benar. Itu tadi memang dosen aku, kami ketemu dijalan," kata Ara.

"Jangan bilang, dia dosen galak yang kamu bilang itu?" tanya Dina yang sudah mulai menahan tawanya.

"Iya,"

"Haha ... hati-hati berjodoh." Dina refleks tertawa dan menepuk pelan bahu Ara setelah itu ia pergi melenggang menuju ruangannya.

"Ma ...." rengek Ara. Ia sangat malas sekali di goda seperti itu.

...***...

Mansion Keluarga Pratama

Mobil Raffa berhenti tepat di pekarangan rumahnya. Sebelum masuk ke rumahnya, ia menelpon seseorang untuk memastikan sesuatu.

Tut ...

"Ciao, controlla la foto che ti ho inviato!"

(Hallo, tolong kamu selidiki foto yang sudah saya kirim!)

"Va bene, signor."

(Baik, Mr.)

"hai 2 ore. Abbastanza?"

(Kamu punya waktu 2 jam. Cukup?)

"Più che sufficiente, signore. Invierò tutti i dati nelle prossime due ore."

(Lebih dari cukup, Mr. Saya akan mengirimkan semua data dalam dua jam ke depan.)

"Va bene, fallo ora."

(Oke, lakukan sekarang.)

"Va bene, signor."

(Baik, Mr.)

Setelah berbicara sedikit panjang, kemudian Raffa menutup panggilannya dan bergegas memasuki rumah.

Seseorang yang ditelpon Raffa tadi merupakan orang kepercayaan Raffa dari dulu yang saat ini berada di Italia. Bagaimana Raffa bisa berbahasa Italia juga? Raffa sebelumnya pernah belajar diluar negeri, lebih tepatnya di University of Bologna, Italia, jurusan Ilmu Politik dan Hubungan Internasional. Raffa juga merupakan salah satu mahasiswa terbaik yang sangat cepat lulus dengan nilai terbaik dengan menyandang penghargaan Summa cumlaude di usianya yang masih 23 tahun.

Pantes saja diumur segitu Raffa sudah menjadi dosen, otaknya benar-benar encer sih, awokawok.

Oh, iya. Kenapa Raffa memilih menjadi dosen dibandingkan mengabdi diri meneruskan salah satu perusahaan ayahnya?

Jawabannya, tentu karena Raffa sedari dulu sangat ingin menjadi dosen. Meskipun begitu, orangtuanya tetap mengerti dan menghormati cita-cita anaknya. Karena, sebagai orang tua, meskipun orang tua sangat ingin anaknya mewujudkan cita-cita orangtua tetap saja mereka tidak boleh memaksa jika sang anak juga mempunyai cita-cita lain. Mereka tidak mau terlalu mengekang anak sehingga nanti malah anaknya depresi dan berubah sikapnya menjadi buruk kepada orang tua. Banyak sekali kasus seperti itu sekarang, bahkan ada yang sampai anaknya depresi dan bunuh diri karena harus bisa mewujudkan cita-cita orangtua mereka.

***

To be continued!

1
Danny Muliawati
dikit amat up nya sdh nunggu ber hati2 semangat thor
Ael: Hehe ... Maaf kak. Terimakasih karena sudah semangatin saya☺️🙏🏻
total 1 replies
Danny Muliawati
sepi ga update2 yah Thor semangat dong
yani suko
Lah katanya tadi sudah sholat subuh...terus tertidur lalu mimpi
kok sholat subuh lagi thor ???
Ael: Hehe ... iya kak. Ada sedikit saya ubah dan ternyata malah typo
total 1 replies
Danny Muliawati
halo2 mana up nya say
Anonymous
Kak update nya cuma satu², tapi seru😭
Nurul Khotiah
lnjut lagi kak, penasaran nih
Nurul Khotiah
lanjut kak, buruan
Ael: Sudah ada ga, sih?😭
total 1 replies
Nurul Khotiah
lanjut kak, buruan
Danny Muliawati
gemes ih Thor up nya satu2 😍
Ael: Awokawok, maafkeun
total 1 replies
Danny Muliawati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!