Ammar Ratore seperti tak percaya dengan apa yang di lihatnya, pria tua itu bisa melihat sorot dan warna mata gadis penolongnya sama persis dengan putranya. Seperti ada sesuatu yang menghubungkan gadis itu dengannya walau baru sekali ini mereka bertemu.
Ternyata kecelakaan yang menimpa dirinya telah menjadi kunci pembuka sebuah tabir yang tertutup rapat dari semua orang.
"Bisakah aku meminta satu hal lagi padamu? Aku mohon tanda tangani surat pernikahan ini, biarkan aku menebus semuanya!"
Apakah semua akan berjalan sesuai keinginannya? Apakah keputusannya untuk menikahkan gadis itu dengan cucu tunggalnya adalah sebuah yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
" Ckk kesiangan... " gumam Bella, ini adalah pagi pertamanya di apartemen ini. Semalaman ia tak bisa memejamkan mata karena masih merasa asing dengan tempat barunya. Kamar dengan nuansa coklat gelap ini membuat dia bisa merasakan sisi maskulin seorang Diego Saad.
Hari ini rencananya dia akan mencari pekerjaan, Bella tidak mau bergantung pada Ammar karena merasa ia masih bisa menafkahi dirinya sendiri. Tapi karena ia belum terlalu mengenal kota ini maka hari ini dia akan mencari pekerjaan di tempat paling dekat dengan apartemen. Kemarin ia melihat banyak kafe dan supermarket di area apartemennya, mungkin di salah satu tempat itu membutuhkan satu pegawai sepertinya.
Jika sudah terbiasa dengan kota ini Bella ingin menyewa sebuah ruko yang akan ia gunakan sebagai galeri pribadi. Disana ia bisa memajang semua karyanya sekaligus bisa menjadi tempat ia tinggal. Jujur saja ia akan lebih nyaman jika tinggal di rumah yang ia sewa dengan hasil keringatnya sendiri daripada tinggal di rumah mewah milik suaminya.
Karena hari semakin siang Bella segera membersihkan dirinya, setelah itu bersiap turun ke bawah untuk melaksanakan niatnya untuk mencari pekerjaan. Sampai di lantai bawah ia baru sadar karena terburu buru ia lupa jika belum sempat mengisi perutnya. Beruntung di lantai dasar apartemen yang ia tinggali terdapat cafe kecil yang tampaknya tak terlalu ramai.
Bella kemudian masuk ke kafe dan memesan roti dan segelas susu hangat untuk sekedar mengganjal perutnya. Hanya sekitar sepuluh menit kemudian pesanannya datang. Ketika sedang menikmati sarapannya gadis itu dikejutkan dengan kopi panas yang terciprat di sebagian lengan tangan kanannya. Kaos oversize warna putih yang dikenakan menjadi sangat kotor.
"Maafkan saya Nona, saya tidak sengaja!" gugup seorang pelayan yang membawa nampan berisi secangkir kopi susu yang tampak berantakan. Wajah pelayan itu terlihat sangat ketakutan.
"Hei tenanglah, semua baik baik saja. Aku bisa mencuci kaos ini setelahnya. Kembalilah bekerja," ujar Bella yang tak ingin masalahnya menjadi panjang. Pelayan itu bisa terkena masalah jika dirinya masih mempersoalkan hal ini.
"Terimakasih Nona, lain kali pasti saya akan lebih hati hati!" ujar sang pelayan menganggukkan kepalanya ke arah Bella sebelum pergi untuk kembali bekerja
Tanpa ia sadari jika sikapnya menarik perhatian seorang pria yang duduk di sudut ruangan. Sepertinya pria itu juga sedang menikmati sarapannya .
Mata Bella memicing ketika sang pelayan datang lagi ke mejanya dengan membawa puding berwarna merah jambu dengan bentuk hati. Dia merasa tak pernah memesannya.
"Saya tidak memesannya," ujar Bella yang memang tak memesan puding. Sebenarnya tak masalah jika dia harus membayar makanan itu tapi dia hanya takut jika ada pelanggan lain yang sedang menunggu puding itu.
"lni puding anda Nona, ini adalah hadiah kejutan karena ternyata anda adalah pelanggan ke lima puluh yang melewati pintu masuk untuk hari ini."
Bella tertawa kecil mendengar kata kata pelayan di depannya, ia tahu jika sang pelayan sedang memberinya sebuah 'hadiah' sebagai ungkapan rasa terimakasih.
"Apakah aku bisa bertanya padamu!?"
"Tentu saja Nona," sahut sang pelayan dengan masih menundukkan kepalanya.
"Apakah disekitar sini ada toko atau kafe yang membutuhkan seorang pegawai? Aku baru datang ke kota ini, aku sangat butuh pekerjaan..."
"Maaf tapi saya kurang tahu Nona, jika ingin mengetahui lowongan pekerjaan yang ada di kota maka datanglah ke taman kota. Disana ada sebuah papan besar tempat orang bisa membaca surat kabar atau semacamnya. Dalam surat kabar biasanya ada halaman khusus yang mencantumkan lowongan pekerjaan yang ada di kota ini," jelas sang pelayan.
"Anda sedang mencari pekerjaan Nona!?"
Bella menoleh ketika mendengar suara yang sepertinya sedang bertanya padanya. Dilihatnya pria berpostur tinggi besar berpakaian formal berdiri disamping mejanya . Kacamata yang bertengger di hidungnya membuat tampilan pria itu elegan dan semakin tampan.
"Maaf, anda sedang bicara pada saya?! Apa saya mengenal anda? Saya memang sedang membutuhkan sebuah pekerjaan" kata Bella dengan berpikir mungkin pria itu adalah jawaban dari kesulitannya saat ini.
"Saya Devgan, datanglah ke gedung perusahaan Rathore Corp, disana sedang membutuhkan banyak office girl dan staf pemasaran!"
"Rathore... " cicit Bella yang merasa dunia sangat sempit. Dalam keadaan seperti ini pun nama Rathore kembali disebut. Dia tak bisa bekerja di tempat itu karena pasti akan bertemu dengan suaminya. Bagaimanapun ia harus menjaga nama baik pasangannya, tidak lucu rasanya jika ada berita istri sang CEO adalah seorang office girl! Diego Saad adalah CEO perusahaan raksasa itu.
"Jika tertarik maka anda bisa datang kesana dan katakan saja jika mendapat rekomendasi dari saya. Hari sudah semakin siang sepertinya saya harus pergi.... "
"Terimakasih atas tawarannya Tuan Dev," kata Bella dengan menganggukkan kepalanya. Seperti halnya Dev, ia juga harus bergegas jika tidak mau kemalaman pulang. Dia belum tahu apakah hari ini beruntung bisa langsung mendapat pekerjaan.
Tapi ketika baru saja keluar dari kafe sebuah tangan tiba tiba saja terasa menekan bahunya cukup keras. Dan itu membuatnya reflek menghindar dan menarik tangan asing itu dengan sebuah gerakan tolakan. Gerakan yang seakan ingin membanting lawannya ke arah depan.
"Jangan berani melakukannya Nona!"
DEGGHHH....
Bella sangat mengenal suara bariton itu, suara dari seseorang yang tak pernah lelah melemparkan hinaan dan cacian padanya!
"Tuan Diego.... " Bella mendengar pekik suara Dev yang memanggil nama suaminya. Spontan dia menoleh ke belakang dan ternyata benar, Diego sedang berdiri dibelakangnya dengan tatapan yang sangat tajam. Ternyata dunia memang benar benar sempit!!
"Kau berutang maaf padaku! Malam itu kau pergi tanpa memikirkan lukaku. Sekarang ikut aku dan tebus dosamu!"
"Kau!? Aku tidak berutang apapun dan pada siapapun, apa yang terjadi padamu adalah buah dari sikapmu Tuan arogan! Lepasshh!!" seru Bella berusaha menahan suaranya agar tidak berteriak. Bagaimanapun tempat ini adalah tempat umum, sedikit saja membuat keributan maka dapat dipastikan mereka akan menjadi pusat perhatian orang orang disekitarnya.
"Aku tidak akan melepasmu lagi, kau harus merasakan apa yang aku rasakan!"
"Tuan Diego... " sekali lagi Dev memanggil untuk sekedar memperingatkan, jika mereka sedang berada ditengah keramaian pagi. Dev mendekat dengan raut terkejut, benar benar tak menyangka jika sang pewaris Rathore mengenal gadis yang tadi sempat menarik perhatiannya. Gadis dengan tampilan sederhana yang ramah dan baik hati.
"Jangan campuri urusanku Dev!! Hari ini kau yang handle semua urusan perusahaan!"
Pagi ini kebetulan mereka ada pertemuan dengan seorang klien, pertemuan singkat yang hanya membicarakan sosialisasi lahan proyek baru Rathore. Diego tak menyangka jika malah akan mendapat kejutan yang membakar semangatnya. Dia melihat gadis yang sudah mengacaukan hari harinya keluar dari kafe yang sama, kafe tempat mereka mengadakan pertemuan.
Dengan cepat Diego meraih tubuh Bella dan mengangkatnya seperti sedang memanggul beras. Pria itu bergegas berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat itu. Dia tak peduli dengan rasa nyeri yang hebat pada bekas lukanya, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah membawa gadis 'pengacau' itu pergi bersamanya.
"Lepaaashhh... "
"Tidak akan, simpan tenagamu untuk nanti Nona!"