Broken
Matahari terasa menyengat kulit, tapi Bella dengan tenang tetap berjalan di atas trotoar dengan menjinjing kanvas lukisan yang akan ia kirim ke galeri seni yang ada di pusat kota. Ya-nyatanya ia hanya bisa mengandalkan kendaraan umum karena tak mempunyai kendaraan pribadi, tentu saja kecuali sebuah sepeda dan kedua kakinya. Sebenarnya banyak teman yang sering menawarinya tumpangan tapi sudah menjadi prinsipnya jika ia tak akan mau merepotkan orang dengan hal yang masih bisa ia lakukan sendiri.
Walau dia adalah wanita yang cenderung pendiam tapi kerendahan hatinya membuat banyak orang nyaman berteman dengannya. Bahkan tak sedikit pria pernah menyatakan ingin menjalin hubungan lebih dekat dengannya. Tapi seorang lsabella Swan sudah berjanji pada dirinya sendiri jika tidak akan pernah terbuai dengan sesuatu yang disebut orang sebagai cinta.
Dia hanya berpikir jika kekuatan cinta itu sangat besar maka mungkin saat bayi dia tidak akan dibuang ke sebuah panti asuhan. Dia tak akan pernah merasakan berjuang untuk bertahan hidup di atas dua kakinya sendiri, bahkan ketika usianya masih terbilang sangat muda. Dia dan teman teman pantinya harus hidup serba kekurangan karena semua dana donatur di salah gunakan oleh ibu pantinya. Bukannya untuk merawat anak anak asuhnya, tapi dana itu malah digunakan untuk kepentingan pribadi sang pemilik panti asuhan.
BRRAAKKKK ...
"Ya Tuhan!!" teriak para pejalan kaki hampir bersamaan. Semua orang terlihat kaget dengan apa yang baru saja terjadi di depan mereka.
Bella dan beberapa pejalan kaki langsung berlari ke arah dimana tabrakan beruntun terjadi di depan mata mereka. Sebuah truk tampaknya mengalami rem blong hingga menabrak beberapa mobil di depannya. Sengaja Bella berlari ke arah mobil yang tepat ada didepan truk karena sekilas melihat seorang pria tua yang tampak tak berdaya di dalam sana .
Pintu mobil yang sudah penyok membuat beberapa pemuda kesulitan membukanya, tapi dengan tenang gadis itu mendekat dan meminta mereka yang berkerumun untuk sedikit menjauh. Dan...
DUAGGHHHH...
Sekali tendang pintu belakang mobil bisa terbuka dan akhirnya mereka bisa mengeluarkan pria tua yang terlihat terluka di bagian kepalanya itu. Setelah dibawa ke pinggir Bella sengaja meletakkan kepala sang pria tua di pangkuannya karena tak mungkin ia membiarkan pria itu tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Darah tampak mengucur deras dari pelipis pria itu. Ada sedikit rasa khawatir tapi dia yakin sebentar lagi bantuan medis pasti segera datang .
"Anda tidak apa apa Tuan? Jangan khawatir sebentar lagi bantuan pasti akan datang. Anda akan segera mendapat perawatan..." kata Bella mencoba menenangkan pria tua yang sepertinya sedang menelisiknya, seperti ada yang salah dengan dirinya. Pria tua perlente itu pasti heran dengan penampilan 'kumuhnya'. Celana jeans belel yang hanya dipadukan kaos hitam dan sebuah tas ransel besar di punggungnya membuat tampilannya sedikit berbeda dari gadis kebanyakan. Dia yakin pria itu sudah terbiasa dengan tampilan elegan dari orang orang disekitarnya.
"Aku tidak takut mati Nona, tapi ada hal yang belum aku selesaikan. Bolehkah aku minta sesuatu? Tolong temani aku di rumah sakit nanti. Aku sendirian, cucuku sedang ada di lain kota? Pria tua ini sedang butuh pertolonganmu."
Bella hanya tersenyum dan mengangguk agar membuat pria itu lebih tenang, ia sangat yakin jika pria yang terlihat lemah itu bukanlah pria sembarangan. Terbukti ada dua orang berseragam hitam yang terus mengawasi mereka dari kejauhan. Bella yakin tak ia jaga pun pria itu akan baik baik saja ditangan dua penjaganya. Bella tahu para penjaga itu tak berani mendekat karena tidak diijinkan oleh pria parubaya didepannya, dan dia tak mau ambil pusing tentang itu.
Sirine ambulan semakin meraung mendekat , ada tiga mobil ambulan yang datang bersamaan. Dua orang perawat pria tampak mendekat dan memindahkan tubuh renta itu ke ranjang dorong yang mereka bawa. Satu diantaranya mendekat pada Bella karena melihat cipratan darah di celana jeans yang dikenakan.
"Anda tidak apa apa Nona?"
"Saya baik baik saja, saya hanya salah satu penolong. Bukan korban yang terlibat kecelakaan," jawab Bella yang kemudian bangkit ingin pergi dari tempat itu, dia harus bergegas pergi karena ingin segera menyelesaikan urusannya. Sore hari nanti dia akan bekerja paruh waktu di supermarket milik salah satu temannya. Selama itu adalah hal baik maka semua akan ia lakukan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Baru lima langkah Bella harus menghentikan langkahnya, dua orang berseragam hitam yang tadi ia lihat sudah ada di depannya. Gadis itu mencoba tetap tenang ketika salah satu orang itu mendekat padanya. Masih banyak orang disekitarnya jadi dia yakin dua pria itu tak akan melakukan hal yang bodoh.
"Maaf Nona, tapi Tuan Ammar Rathore meminta kami membawa anda turut serta ke rumah sakit. Beliau berkata jika anda sudah berjanji menemaninya, ini hanya akan sebentar. Kami akan bertanggung jawab untuk mengantar anda pulang nanti!"
Bella tampak menghela nafasnya, sepertinya tadi ia sudah membuat satu kesalahan. Dia pikir pria tua bernama Ammar Rathore itu tidak akan mengingat janji yang ia buat. Janji untuk menemani pria itu ke rumah sakit. Untuk saat ini sepertinya ia belum beruntung memajang salah satu lukisannya di galeri seni karena siang ini adalah hari terakhir seleksi lukisan bagi seniman jalanan seperti dirinya. Karena sebagian besar lukisan yang terpajang disana adalah karya dari pelukis pelukis terkenal.
"Baik, aku ikut! Tapi aku harus kembali sore nanti... karena aku ada pekerjaan,"
"Tentu saja," jawab dua pria itu hampir bersamaan. Dengan sebuah isyarat mereka meminta Bella untuk mengikuti berjalan ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Walau bertampang garang nyatanya dua pria itu bersikap sangat sopan.
Sementara itu disalah satu mobil ambulan yang membawa korban kecelakaan, tampak pria parubaya yang tidur telentang di ranjang dengan selang oksigen yang tak lagi berada di tempatnya. Ammar Rathore memang melepas selang oksigen yang terpasang di hidungnya karena merasa dia baik baik saja. Seorang pria bertubuh tambun tampak duduk disampingnya dengan kepala tertunduk.
"Trace, kau sudah suruh orangmu menjemput dia kan? Nanti dirumah sakit minta Dokter untuk melakukan segala cara agar bisa mengambil sampel darah gadis itu. Aku akan bayar berapapun jika dokter itu meminta imbalan!"
"Baik Tuan," sahut pria bernama Trace itu tanpa banyak pertanyaan. Titah pria yang ada di depannya adalah hal yang mutlak untuknya. Trace adalah kepala pengawal keluarga Rathore. Saat ini Ammar sedang melakukan perjalanan bisnis di kota ini, tak disangka jika akan terjadi kecelakaan seperti tadi.
Seharusnya sesuai protokol ada dua mobil yang mengapit mobil atasannya, mobil yang berjaga di depan dan di belakang mobil Ammar. Tapi sayangnya tadi pria itu tidak mau menerapkan penjagaan seperti biasanya, hanya ada satu mobil penjaga yang ada di depannya. Dan naasnya terjadi kecelakaan yang tidak mereka duga. Mungkin setelah ini dia akan menyelidiki kecelakaan ini lebih lanjut, ia hanya ingin tahu apakah ada unsur kesengajaan pada kejadian tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
YuWie
aq jg baru bergabung baca nya..walo kulihat update terakhir sdh lamaaaa bgt
2024-09-30
0
Santi
aku telat tau kl udah ada novel barunya Otor Lindra
lanjutkan...
2024-05-19
0
Bundanya Pandu Pharamadina
like
favorit
👍❤
2024-05-15
1