Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Pekerjaan
"Apa yang Anda lakukan Pak?" Alika bertanya dengan sedikit emosi, saat mereka sudah berada di ruang kantor Farel.
"Memangnya apa yang gue lakuin?" jawab Farel sesantai mungkin saat tengah duduk di kursi kebesarannya.
Alika menghela nafas kasar, kenapa sampai dia bisa berurusan dengan bos gila seperti Farel. Jika bukan karena Pak Herlambang membantunya membawa adiknya ke rumah sakit yang lebih bagus Alika enggan menjadi sekretaris dari putra pemilik perusahaan Wijaya Group ini.
"Pak, membawa kembali perusahaan menjadi nomor satu di kota bukan perihal mudah apalagi anda mengatakan untuk memberi waktu dua minggu. Itu mustahil Pak!" kata Alika yang saat ini berdiri di hadapan atasannya itu.
"Kenapa mustahil? Lu bisa mewujudkan itu semua," tandas Farel dengan santainya.
Alika mengerutkan dahinya bertanya pada dirinya sendiri apa yang bisa dia lakukan untuk membawa perusahaan ini kembali ke atas angin. "Apa maksud Pak Farel?"
"Dari resume yang tadi gue liat, bukannya lu lulusan Fashion Design dan nilai lu cukup bagus di universitas tempat lu membimbing ilmu," jelas Farel sambil membuka kembali resume Alika.
"Ini tidak ada hubungannya dengan perusahaan Pak. Jurusan saya apa, dan saya bekerja apa?" Alika kembali menarik nafasnya pelan. "Pak jika anda memang tidak memiliki ide untuk membawa perusahaan ini kembali berjaya, kenapa tadi anda...," belum selesai Alika berbicara.
"Cukup!" kata Farel sambil mengangkat tangannya, supaya Alika berhenti bicara. "Dari tadi lu hanya bicara tidak jelas."
Apa bicara tidak jelas? Ya Allah berikanlah hambaMU ini kesabaran yang tiada batas. Batin Alika yang lagi-lagi menghela nafasnya.
"Kita akan membuat Perusahaan ini beda dari yang lain, jika biasanya Perusahaan ini hanya memasarkan sepatu kenapa kita tidak mencoba memasarkan busana?" kata Farel.
Alika semakin mengerutkan dahinya. "Apa maksud Bapak?"
"Kenapa tidak mengembangkan ilmu lu? Tujuan gue bilang begitu di rapat tadi karena gue punya ide untuk membuat fashion show di Perusahaan Wijaya Group. Dan pastinya semua ide itu dari resume lu," jelas Farel.
Alika membeku di tempatnya berdiri. Bagaimana bisa bos gilanya ini membuat keputusan secara sepihak.
Jika kau bukan atasanku, pasti sudah ku pukul kau dari tadi. Batin Alika dengan nafas terengah-engah mengahadapi atasan barunya ini.
"Bukan maksud saya menolak permintaan anda Pak, tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian, lu harus kerjakan apa yang gue suruh," keputusan Farel sudah bulat tidak ada yang bisa membantahnya sekarang.
"Saya tidak mau!" jawab Alika.
Sepertinya kesabaran Farel sudah habis, jawaban Alika bahkan membuat kemarahannya sudah di puncak ubun-ubun.
Farel berdiri dari kursinya, perlahan berjalan mendekati Alika namun yang di dekati malah berjalan mundur ke belakang.
"Lu tau tidak ada yang pernah membantah apa yang sudah menjadi keputusan gue. Jika lu gak mau, gue bisa bilang ke bokap gue untuk berhenti membiayai pengobatan adik lu."
Deg...
Alika tidak bisa berkata apa-apa lagi, bagaimana bisa Farel mengetahui tentang biaya pengobatan Abizar. Apa Direktur utama sudah memberitahu Farel? Pertanyaan itu muncul seketika di benak Alika.
"Kenapa lu diem?" Farel bertanya dengan seringai liciknya. "Lu tinggal pilih, ikutin cara kerja gue atau biaya perawatan adik lu di hentikan."
"Pak saya..." kini Alika hanya bisa pasrah.
"Tunggu, jangan berpikir lu bakal kerja sendiri. Karena kita disini mempunyai tim." Farel lalu berjalan ingin keluar dari ruangannya namun saat dia membuka pintu kelima timnya terjatuh di depan pintu ruangan Farel.
"Ngapain kalian disini?" tanya Farel.
Kelima timnya yakni Desi, Nadia , Dimas, Andre dan Riko terjatuh saat Farel membuka pintu ruangannya.
Mereka bahkan bingung mau menjawab apa, sambil mencoba berdiri dan membenahi pakaian mereka masing-masing agar terlihat rapi di depan atasannya.
Alika berjalan mendekati atasannya dimana para timnya yang sudah berdiri di depan pintu.
"Ma-maafkan ka-kami Pak...ka-kami..." Dimas menjawab dengan nada terbata-bata.
"Kalian menguping?" tuduh Farel.
Kelima timnya langsung membelalakkan matanya atas tuduhan Farel. "Tidak Pak!" jawab mereka serentak sambil menggoyangkan kedua tangannya tanda bahwa mereka tidak melakukan hal itu.
"Lalu kenapa kalian berada di depan pintu ini?" tanya Farel sekali lagi.
Mereka terdiam yang mereka lakukan hanyalah menundukkan kepala. Padahal tuduhan Farel benar adanya bahwa mereka sedang menguping pembicaraan antara Farel dan Alika.
Teriakan Farel di dalam ruangan membuat para tim kerja Farel penasaran.
Farel membuang nafas kasar melihat kelakuan para timnya. "Cepat masuk!" suruh Farel pada kelima timnya.
Setelah mereka semua duduk di sofa, akhirnya Farel mengutarakan apa yang ada dalam benaknya saat ini.
Semua rencana pekerjaan yang di katakan oleh Farel pada saat rapat tadi harus benar-benar berjalan dengan bagus.
Alika, Andre dan Riko akan bekerjasama merancang pakaian yang akan di tampilkan dua minggu ke depan. Dengan ketrampilan yang dimiliki oleh Andre dan Riko yang memang pernah kuliah di jurusan tata busana.
Meskipun keduanya tidak lulus di universitas tempat mereka menimba ilmu namun sepertinya mereka masih mempunyai pengalaman disana.
Sedangkan Desi dan Nadia bertugas untuk membantu apa saja yang di perlukan oleh teman-temannya.
Farel dan Dimas sudah berencana untuk datang ke tempat produksi milik Perusahaan Wijaya Group. Mengecek langsung barang produksi milik ayahnya itu.
Fashion show sendiri di rahasiakan oleh para tim Farel karena mereka tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi di tengah jalan.
Pasti masih ada mata-mata di Perusahaan yang ingin menjatuhkan Herlambang Wijaya selaku Direktur utama.
*
Saat ini Alika telah pulang dari kantor menuju rumah sakit dimana Abizar di rawat. Seharian merencanakan hal yang paling tidak masuk akal dalam hidupnya.
Melihat keadaan Abizar yang tak kunjung ada perubahan mata Alika berkaca-kaca. Mengecup kening adik kesayangannya, lalu sesaat dia bangkit dan pergi ke toilet mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat isya.
Tak lupa selesai sholat ia selalu melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di samping pembaringan Abizar. Mencoba bersabar dan bersemangat agar dirinya kuat menghadapi cobaan dimana adiknya yang tak kunjung sadar.
Menghela nafas perlahan mengeluarkan segala sesak yang menghimpit dadanya. Mengingat kembali kejadian siang tadi di kantor.
Memang benar dia lulusan universitas dari jurusan tata busana tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Tangannya sudah tidak lihai dalam merancang desain. Bahkan saat ini dia bingung mau menggambar desain seperti apa padahal ditangannya sudah memegang alat tulis dan beberapa lembar kertas kosong.
Pikirannya kembali menerawang sepuluh tahun silam, dimana ketika dia belajar di universitas tempatnya menimba ilmu. Dan pada akhirnya tangannya tanpa sengaja menggambar sesuatu yang sudah lama dia tinggalkan.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.