Nalendra, I Love You

Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 menit dalam waktu setempat. Ayra keluar dari kamarnya dengan penampilan yang berbeda. Jika biasanya Ayra mengenakan celana jeans selutut dan kaos oblong biasa.

Tidak dengan penampilan yang sekarang. Gadis itu terlihat lebih anggun dengan dress motif bunga-bunga serta rambut di gerai indah. Tak lupa senyum yang manis yang ia tampilkan.

Ayra berjalan menuju ke arah dapur di mana Bi Dartik hendak memulai memasak untuk makan malam. Sementara Nalendra masih belum pulang, Pria itu sempat mengirim pesan beberapa menit yang lalu jika Nalendra akan pulang terlambat malam ini.

Maklum mungkin sudah lama tidak melakukan pemotretan akibat sakit membuat pria itu punya jadwal baru.

"Bibi..

Bi Dartik yang tengah mencuci beras itupun menoleh dimana Ayra kini kian mendekat ke arahnya. Wanita paruh baya itu mengerjab pelan, Beberapa kali Bi Dartik mengusap matanya takut salah lihat.

"Ayra? Kamu Ayra? " Ya, Penampilannya baru Ayra malam ini sungguh membuat Bi dartik terpaku. Sungguh penampilan yang sangat berbeda. Dan tidak biasanya gadis itu berpenampilan seperti itu.

"Kenapa bi? Aku jelek ya.. Pakek pakaian yang kayak gini?" Tanya Ayra dengan raut wajah sedikit murung. Walaupun sebenarnya Ayra tau ekspresi bi Dartik menunjukkan bahwa dirinya pasti mengingat seseorang, Dan Ayra tau siapa orang tersebut.

"Kamu cantik kok Ay.. beneran.. Seperti mirip seseorang.

"Mirip siapa Bi?

"Ada..Tetangga Bibi .."Jawab Bi Dartik sekenanya tanpa harus mengatakan yang sebenarnya.

"Oh..Kirain siapa?

Bi Dartik menghela nafas panjang. Sesekali wanita itu melirik Ayra yang kini mulai membantunya memasak. Bi Dartik sebenarnya pun juga penasaran, Siapa Ayra sesungguhnya. Wanita itu bingung dari mana asal gadis yang mempunyai kemiripan dengan Mendiang kekasih Tuan mudanya itu.

"Den Lendra hubungi kamu ndak? Kok jam segini belum pulang..."Sambil memasak Bi Dartik mengajak Ayra ngobrol. Mungkin karena sepi untuk itu Bi Dartik memulai pembicaraan.

"Iya tadi, Nalendra udah kirim pesan kok. Katanya pulang agak malem, Mungkin masih sibuk bi.." Bi Dartik mengangguk. Sebuah senyum mulai terbit dari bibir Wanita paruh baya itu.

Majikan mudanya mulai ada sedikit perubahan. Sejak kehadiran Ayra di apartemen, Nalendra memang lebih sering menghubungi Ayra daripada dirinya.

Tapi Bi Dartik cukup bersyukur, Semoga saja Nalendra bisa kembali ke sedia kala. Kasihan jika harus bahagia di depan orang lain namun batinnya masih terluka.

"Ay.. kamu bisa ya.. Buat bumbu..Bibi mau ke kamar mandi dulu, Kebelet.. "

"Iya bi.."Ayra pun beranjak dari duduknya. Gadis dua pulu dua tahun itu segera membuat bumbu menu makanan yang hendak di masak.

Beruntung Ayra, Sejak usianya tiga belas tahun ibunya yang bernama Nilam sering mengajarkan Ayra agar belajar menggoreng, Dan membuat bumbu-bumbu masakan. Jadi sekarang saat ia dewasa tidak terlalu sulit untuk membantu siapapun.

Walau awalnya Ayra harus abai akan ajaran sang ibu. Begitu keluarganya hancur, Ayra mulai mengingat semua yang ibunya ajarkan. Bagaimana tidak? Semenjak ayahnya menikah lagi, Dan ibunya pergi. Ia selalu di jadikan pembantu oleh ibu dan adik tirinya. Sementara ayahnya hanya diam saja. Apapun yang ia lalukan selalu serba salah dan tidak ada benarnya di mata mereka termasuk ayahnya sendiri.

Sekitar tiga puluh menit semua masakan sudah siap. Dengan di Bi Dartik Ayra dapat menyelesaikan masakan tersebut dengan cepat.

.

.

.

Waktu terus berjalan. Tak terasa kini sudah hampir jam sepuluh malam. Tapi Nalendra belum juga pulang ke apartemen. Sementara Ayra, Gadis itu sudah menunggu sejak tadi.

Usai makan malam bersama Bi Dartik tadi, Ayra yang biasa langsung tertidur punya inisiatif untuk menunggu Nalendra pulang saja. Merasa bosan, Gadis itu duduk di ruang tamu.

"Apa jangan Nalendra pulang ke rumahnya lagi ya.. Tapi kan tadi dia bilang pulang malem.."Monolog Ayra seraya beranjak. Ayra berkeliling mencari sesuatu agar ia tidak merasa bosan.

Ingin makan Snack dia sudah kenyang dan tidak bisa di paksakan. Tapi ia benar-benar merasa bosan yang amat sangat. Hingga matanya tak sengaja melihat sebuah buku tebal yang terletak di rak pojok ruangan itu.

Ayra mendekat, Sebuah novel di ambil olehnya. Merasa penasaran, Ayra duduk dan lebih memilih membaca novel yang sepertinya menarik itu. Rasa kantuk yang sejak tadi mendera kini hilang tergantikan dengan alur cerita novel yang sangat menarik.

Bahkan saking fokusnya membaca, Ayra tidak sadar jika orang yang ia tunggu sejak tadi sudah masuk dan berdiri mematung disana.

Nalendra yang baru saja menyelesaikan kesibukannya langsung pulang menuju ke apartemen. Entah kenapa pikiran pria itu tertuju kepada seorang gadis yang tanpa sadar mulai menggeser nama mendiang sang kekasih.

Nalendra pulang dengan sedikit buru-buru. Pria itu takut jika Ayra tidak tidur karena kelamaan menunggu dirinya pulang. Dan begitu sampai, Benar apa yang dugaannya.

Ayra benar-benar belum tidur, Gadis itu duduk di sofa seraya membaca novel disana. Tapi Tunggu? Nalendra merasa ada yang berbeda dalam diri Ayra.

"Eh..Lendra..Udah pulang?" Sebuah senyum merekah di bibir gadis itu. Sementara Nalendra, Pria itu sadar siapa wanita di depannya ini. Tapi penampilannya?

Sungguh penampilan Ayra sangat jauh berbeda dari biasanya. Dan semua itu kembali mengingatkannya Pada Kirana.

"Kau..Belum tidur?

"Aku tidak bisa tidur.. maka dari itu, Aku menunggu mu pulang.. Karena bosan jadi aku cari kesibukan..Dan aku menemukan novel ini.." Jelas Ayra sembari memperlihatkan novel yang berada di tangannya.

Mata Nalendra menatap Novel tebal yang masih berada di genggaman tangan gadis cantik itu. Novel itu adalah novel favorit Kirana. Dan sekarang Ayra mencoba untuk membacanya, Tentu saja ingatan pria itu teralihkan terhadap gadis itu.

"Kau cantik malam ini.. Tapi aku lebih suka penampilan mu yang seperti biasanya.." Usai mengatakan itu, Nalendra pergi melewati Ayra begitu saja.

Ayra berbalik badan menatap nanar punggung kokoh yang perlahan hilang di balik pintu itu. Setitik air mata terjatuh membasahi pipi mulus Ayra.

Bughh..

Tanpa terasa novel tebal yang sejak tadi ia pegang terjatuh. Dada Ayra bergemuruh menahan sesak. Salahkah ia jika berpenampilan seperti ini..? Bukankah Kirana suka memakai dress? Dan penampilannya malam ini Bukankah sudah Persis Kirana? Tapi kenapa Nalendra tidak suka? Apa dia tidak pantas di cintai?

"Apa yang kau harapkan Ayra! Sadar diri dong.. Tapi? Enggak-enggak.. Ini masih permulaan Ay..Mungkin Nalendra sedang kaget aja.. Dan capek juga...

Ayra menghapus air matanya, Meraih novel yang terjatuh dan segera mengembalikan ke tempat yang semula.

Tidak hanya itu saja, Ayra langsung masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu kembali menumpahkan air matanya dan meraung sendiri disana.

"Ya Tuhaaan.. Kenapa jatuh cinta sesakit ini ya...

.

.

.

Tbc