TERIKAT CINTA VAMPIRE TAMPAN

Zoran melepaskan seekor rusa yang baru saja dihisap darahnya. Rusa itu sama sekali tak melawan karena Zoran sudah belajar menaklukan hewan dengan hipnotisnya. Di belainya kepala rusa itu. "Terima kasih." kata Zoran lalu menepuk pantat rusa itu dan binatang itu pun langsung pergi.

Telinga Zoran yang tajam mendengar suara lolongan anjing. Ia menatap bulan purnama yang bersinar indah itu. "Apakah suara lolongan anjing itu adalah suara serigala?" tanya Zoran pada dirinya sendiri. Ia kemudian melihat ke arah Villa yang nampak jauh di sana. Ia yakin kalau Gelya baik-baik saja. Zoran pun melanjutkan pencariannya. Ia butuh satu hewan lagi.

Sedangkan Gelya sudah tertidur nyenyak di dalam kamarnya. Alunan suara piano klasik memang selalu membuatnya cepat mengantuk.

Gelya tak menyadari kalau ada seorang laki-laki yang kini berdiri di depan pintu kamarnya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu kamar dan melihat pemandangan yang begitu indah. Gelya tertidur menggunakan gaun tidur berwarna putih. Gaun tidur yang hanya bertali spaghetti itu menampilkan lekuk dada gadis itu karena memang Gelya tidur menyamping. Gaun tidur itu sedikit tersingkap dan menampilkan paha mulus Gelya.

Lelaki itu menelan salivanya. Matanya nampak liar. Ia melangkah perlahan mendekati ranjang tempat Gelya berbaring. Lalu ia duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur dan menyentuh paha Gelya. Membelai nya perlahan membuat Gelya merubah posisi tidurnya sehingga menjadi terlentang. Ia pikir kalau itu adalah suaminya. Perempuan itu justru melebarkan kedua kakinya dan menikmati sentuhan di pahanya.

Lelaki itu nampak senang. Ia menunduk dan mulai menciumi kaki Gelya. Ciuman itu terlihat liar dan akhirnya membuat Gelya yang masih setengah mengantuk perlahan membuka matanya. Itu bukan seperti cara Zoran yang menciumnya.

"Ah.......!" teriak Gelya kaget dan segera menggerakkan badannya untuk menjauh. Ia menatap pria tamoan di depannya dengan jantung yang berdetak.

"Sayang ......!" kata pria itu.

"Siapa kamu? Pergi!" teriak Gelya. Ia bergegas turun dari ranjang dari sisi yang lain.

Di tempat lain, Zoran yang sementara menikmati darah seekor kelinci segera melepaskan kelinci itu dengan cepat. Ia dapat merasakan kalau Gelya dalam bahaya.

Kembali ke kamar Gelya ....

"Pergi ...! Pergi ....!" teriak Gelya sambil melempari lelaki itu dengan kotak tissue yang ada di atas nakas.

"Kamu sangat seksi sayang. Aku menginginkanmu. Biarkan aku bercinta dengan mu satu kali saja." kata laki-laki itu lalu mendekati Gelya.

"Tidak......!" Gelya sudah terdesak di sudut ruangan. Tanpa sadar ia memegang kalungnya yang tersembunyi di balik gaun tidurnya. Entah kekuatan dari mana, Gelya akhirnya maju dan menerjang pria itu. Ternyata tendangan Gelya membuat pria itu terjatuh. Bibirnya bahkan mengeluarkan darah.

Lolongan suara anjing terdengar. Pria itu tahu bahwa adiknya memberikan tanda. Namun sebelum ia sempat keluar kamar, Zoran sudah ada di kamar itu. Ia dengan cepat mencekik pria itu. Terjadi perkalian antar lelaki karena pria itu melawan. Apalagi tak sampai beberapa detik, masuk seorang gadis, yang adalah adik pria itu. Di tangannya ada sebuah besi yang terbuat dari perak. Gelya yang melihatnya langsung menyerang gadis itu.

"Aku akan membunuhnya!" kata Zoran ketika ia berhasil melumpuhkan pria itu. Tangan Zoran ada di dada pria itu. Siap menarik jantung pria itu keluar dari tempatnya.

"Jangan.........! Kakakku hanya tertarik pada istrimu. Istrimu ini memiliki daya pikat yang membuat semua kaum kami tertarik. Apalagi ini bukan purnama. Hasrat untuk bercinta begitu kuat menguasai kakakku." Gadis itu membuang besi yang dipegangnya. Gelya mengambil besi itu dan langsung menyimpannya di balik punggungnya.

Zoran menatap lelaki itu tajam. "Gadis ini milikku. Kamu jangan sesekali mendekatinya. Kamu akan menjauh jika melihatnya. Mengerti?"

"Iya." kata Lelaki itu dengan patuh. Zoran sudah menghipnotisnya. Sang lelaki pun segera meninggalkan tempat itu bersama adiknya.

"Sayang......!" Zoran langsung memeluk Gelya.

"Siapa mereka?" tanya Gelya.

"Mereka manusia serigala. Sepertinya bukan keturunan pertama. Makanya kekuatan mereka tak seberapa dan mereka tidak bisa mengendalikan keinginan untuk bercinta."

"Tapi kenapa aku? Aku tak merasa mengenal mereka."

Zoran membelai wajah istrinya. "Kamu punya pesona yang sangat luar biasa. Batu meteor itu membuat semua lelaki menginginkanmu. Aku saja, rasanya ingin sepanjang hari bercinta denganmu. Namun untunglah aku bisa mengendalikannya."

Gelya menatap kalungnya. "Haruskah aku membukanya?"

"Jangan sayang. Bukankah tadi kamu sempat menjatuhkan manusia serigala itu? Kekuatan itu datang dari batu meteor nya." Zoran mengajak Gelya keluar dari kamar. Rupanya ia ingin membuatkan Gelya secangkir teh.

"Minumlah ini supaya kamu merasa enakan."

Gelya menatap suaminya. "Aku jadi semakin cinta padamu."

Zoran mengecup puncak kepala istrinya. Ia duduk di meja pantry bersama Gelya. "Kamu tidak lapar?"

"Aku masih kenyang. Kalau selalu makan, aku bisa gemuk, Zo. Aku takut kalau kamu tak tertarik padaku lagi."

Zoran terkekeh. "Aku suka jika kamu takut kehilanganku."

Gelya menikmati teh nya. "Oh ya, bagaimana tadi? Dapat hewannya?"

"Ada dua. Sebenarnya aku baru saja meminum darah hewan yang kedua, saat aku merasa bahwa kamu dalam bahaya."

"Kamu tidak terlalu kenyang?"

"Aku merasa cukup."

"Minum saja darahku "

Zoran memegang kedua tangan Gelya. "Aku tak ingin membuatmu lemah. Darahmu itu sangat enak. Aku takut tak bisa mengendalikan diriku."

"Sayang, Jave kemana?"

"Jave sedang pergi ke Colombia. Vampire yang menciptakannya, memanggil dia untuk kembali."

"Kamu dan Jave bersahabat?"

"Tidak juga. Kamu kan tahu kalau aku vampire yang tidak suka hidup dalam satu kawanan. Hanya saja aku pernah beberapa kali menolong Jave saat ia dalam bahaya. Mungkin karena itulah Jave merasa berhutang budi padaku dan selalu mau membantuku."

Gelya menghabiskan teh manis yang dibuatkan Zoran untuknya. "Sayang, ayo kita tidur."

"Langsung tidur saja?" tanya Zoran menggoda.

"Mungkin aku butuh 2 ronde sebelum tidur."

Zoran tertawa senang. Ia langsung mengangkat tubuh Gelya dan berjalan cepat menuju ke kamar.

*********

Tirgel melepaskan 2 vampire yang melayaninya malam ini. Ia merasa sedikit bosan harus bercinta dengan vampire.

"Kalian pergilah!" kata Tirgel.

Tak lama kemudian lelaki itu duduk bersila di atas tempat tidur. Masih dalam keadaan polos tanpa pakaian, ia berusaha menerawang.

"Gelya....., where are you?" tanyanya pelan.

Tirgel mendapatkan penglihatan sebuah pantai. Pantai yang belum pernah didatanginya. Namun ia sangat sulit menemukan keberadaan Gelya. Tirgel seperti melihat Gelya. Namun ada cahaya hijau yang menghalanginya.

Sedangkan Gelya, yang sudah tertidur dalam dekapan Zoran, tiba-tiba membuka matanya. Gerakannya yang tiba-tiba itu membuat Zoran.

"Ada apa sayang?" tanya Zoran sambil mengusap dahi Gelya yang nampak berkeringat.

"Lelaki itu memanggil aku lagi, sayang."

"Pasti itu Tirgel. Di kalangan vampire hanya Tirgel, aku, ratu dan raja vampire yang memiliki kemampuan itu."

"Apa yang dia inginkan?"

"Seperti juga serigala yang tadi, dia ingin bercinta denganmu, sayang." Zoran mengeluarkan taringnya. Ia mengigit tangannya sehingga mengeluarkan darah. Darah itu ia usapkan di mata Gelya dan dahinya. "Darah ku akan menghalangi penerawangan Tirgel. Tidurlah, sayang."

Gelya membaringkan kepalanya di dada Zoran. Ia menghirup harum tubuh lelaki itu. Gelya pun tertidur.

Di tempat Tirgel, lelaki itu nampak sangat marah. "Siapa yang menghalangi ku?" teriaknya dengan sangat emosi. Taringnya keluar dan ia berubah menjadi serigala.

***********

Bagaimana Gelya bisa lolos dari Tirgel?