NovelToon NovelToon
Hati Seluas Samudera

Hati Seluas Samudera

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: nurilmi

Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 22

Aku masih berada di kantornya mas Azzam, sebenarnya aku ingin pulang sudah enggak betah hanya duduk diam sambil baca majalah terkadang lihat ponsel. Aku juga sudah mengabari Fahri dan mbok Darmi kalau aku masih ada urusan. Kuhela nafasku mas Azzam yang duduk di sebelah kananku dan berjarak, menoleh melihat ke arahku.

"Kalau pulang jam kantor itu jalanan macet Sarah jadi lebih baik nanti saja,lagipula kamu kok mau mengantar pesanan kue ke Wulan di jam orang yang sudah pada mau pulang kantor", ujar Azzam menatapku sepintas.

Benar juga apa yang di katakannya, tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur.

"Sebenarnya mbak Wulan sudah aku suruh ke toko tapi yang di pesan kebetulan sudah habis, akhirnya aku buat dadakan dan aku antar ke sini", ucapku memberi alasan.

" Kamu sudah mengabarkan ke orang yang di rumah kan Sarah?"tanya Azzam padaku.

"Sudah tadi mas", ucapku membalas perkataannya.

" Nanti kita sholat maghrib dahulu baru ku antar kamu pulang ",kata Azzam.

Aku hanya mengangguk mengiyakan perkataannya. Tak lama kemudian maghrib pun tiba,kulihat di jam dinding di ruangan mas Azzam. Kudengar helaan nafas berat mas Azzam , kemudian dia beranjak dari duduknya menuju ke rak buku dan menekan tombol dan terbukalah pintu suatu ruangan.

" Sarah kemarilah, kamu berwudhu dulu nanti kita sholat maghrib berjama'ah", ucap Azzam seraya menatapku.

"Baiklah mas", kataku.

Ku melangkah ke ruangan yang di maksud oleh Azzam, ternyata di dalam ruangan tersebut ada ranjang juga lemari serta kamar mandi. Kulihat Azzam sedang mempersiapkan perlengkapan sholat. Setelah berwudhu aku keluar ruangan ternyata Azzam sudah membentangkan sajadah tak jauh dari sofa yang kami duduki.

" Lebih baik kita sholat maghrib di sini saja, takutnya kamu sungkan berada di dalam kamar pribadiku ", ujar Azzam kemudian.

Aku mengangguk mengiyakan, Azzam pun beranjak untuk mengambil air wudhu. Dan aku memakai mukena yang telah Azzam siapkan. Entah mukena darimana dia telah menyiapkan sepertinya masih baru tercium olehku. Tak berapa lama kami pun sholat maghrib bersama. Selesai sholat maghrib kami pulang, ternyata jalanan masih cukup padat merayap. Helaan nafas Azzam kudengar berat.

" Sarah sebaiknya kita makan malam dulu bagaimana,lagipula jalanan masih padat merayap seperti ini", kata Azzam.

"Iya mas, maaf ya dari tadi aku ingin minta pulang terus ternyata masih juga macet jam segini", ucapku lirih.

" Tidak apa-apa aku mengerti, tidak seharusnya kita berdua di dalam ruangan kerjaku tadi apalagi kita bukan mahram", ucap Azzam kemudian.

"Tadi kan kamu sendiri yang menyuruhku ke ruangan kerja kamu, padahal aku sudah mau pulang tahu begini aku enggak akan menuruti perkataan kamu tadi mas.....sudah tadi selama di ruangan kerja aku di cuekin hanya nungguin kamu sedang kerja kan jenuh", ucapku kesal seraya cemberut.

" Ternyata seorang Sarah bisa juga ya marah, pantasan selama di ruangan kerjaku kamu banyak diam ", ujar Azzam tersenyum jahil.

" Aku hanya manusia biasa mas,bisa marah jugalah ", ucapku ketus.

 " Kalau begitu kita menikah saja, bagaimana?" ucap Azzam menatapku tersenyum.

Aku terdiam kaget sewaktu mendengar ucapannya saat menatap ke arahnya.

"Kamu itu ya mas kalau bicara asal celetuk saja jangan bercanda kamu mas, kita berbeda ibaratkan bumi dan langit apalagi aku seorang janda memiliki seorang putra apa kata orang tua kamu nanti juga rekan bisnis kamu", ucapku lirih.

" Aku serius Sarah dengan ucapanku, kita sudah sama-sama dewasa juga sama-sama usia kita tidak muda lagi pasti kamu paham maksudku", kata Azzam serius.

"Dan aku juga orang tua ku tidak memandang orang dengan kastanya tapi dari hatinya jangan kamu pikirkan macam-macam, kamu buatku nyaman dan selalu ingin dekat denganmu", ucap Azzam kembali.

Tiba-tiba kita sudah berhenti di depan restoran, Azzam beranjak membukakan pintu mobil untukku. Ku berjalan berdampingan saat masuk ke dalam restoran kami mencari tempat yang nyaman. Pelayan restoran pun memberikan buku pada kami berdua, setelah memesan makanan ada dua orang yang mendekati kami.

" Azzam.....Sarah.....ternyata kamu di restoran sini juga nak?"tanya seorang wanita paruh baya terlihat cantik juga keibuan.

Aku terkejut melihat tante Dewi saat menghampiri kami berdua dan mengenali mas Azzam. Aku tersenyum canggung saat di tatap tante Dewi. Akhirnya kami duduk berempat dalam satu meja.

"Iya ma, mengapa mama dan papa berada di restoran ini?" tanya Azzam,

"Tadi kami berdua janjian bertemu dengan teman lama papa dan melihatmu Zam", ujar papa Adam.

" Lalu teman papa di mana?" tanya Azzam.

"Mereka sudah pulang", jawab papa Adam.

" Nak Sarah apa kabar?"tanya tante Dewi padaku.

"Alhamdulillah baik tante", ucapku seraya tersenyum.

"Mama sudah kenal Sarah?" tanya Azzam pada mama Dewi.

"Sudah baru tadi pagi saat mama ke toko kue langganan mama dan mama memesan kue buatan Sarah untuk acara arisan keluarga nanti hari sabtu", kata mama Dewi pada Azzam.

" Oya Sarah perkenalkan ini kedua orang tuaku, mama Dewi dan papa Adam", ucap Azzam memperkenalkan mama dan papanya.

Aku hanya menangkupkan kedua tanganku pada om Adam seraya tersenyum pada mereka berdua.

"Kalian sudah saling kenal berapa lama?" tanya tante Dewi.

"Jadi begini ma, waktu anniversary perusahaan sekretaris ku pesan snack di tempat Sarah sedangkan pernah bertemu nya dua kali itu tanpa sengaja dan enggak saling kenal ya baru-baru inilah baru kenal baru dekat", ujar Azzam menjelaskan.

" Oya mama dan papa enggak bisa menemani kalian karena masih ada urusan, ajaklah Sarah main ke rumah kita Azzam", ucap mama Dewi pada Azzam.

"Baik ma", kata Azzam.

" Mari Sarah, tante dan om pergi dulu ya..... mainlah ke rumah tante", ujar tante Dewi tersenyum.

"InshaAllah tante, nanti lain waktu tante",jawabku seraya tersenyum.

Setelah tante Dewi dan om Adam pergi aku dan Azzam menikmati makan malam tanpa ada pembicaraan suatu apa pun. Hanya sesekali Azzam menatapku. Selesai makan Azzam mengantarkanku pulang ke rumah. Sewaktu di kasir Azzam membawa bingkisan entah untuk siapa. Dalam perjalanan kami berdua banyak diam enggak ada obrolan sama sekali. Jalanan pun enggak padat seperti tadi waktu kita sebelum makan.

" Nanti hari sabtu siapa yang mengantarkan pesanan mama ke rumah", tanya Azzam tiba-tiba.

"Pihak dari toko langganan tante Dewi, karena ada kue yang dari toko tersebut selain buatanku", jawab ku kemudian.

" Kapan kamu ada waktu untuk aku ajak ke rumah mama papaku Sarah, mama dan papa ingin kenal dekat ", kata Azzam.

Aku terdiam menundukkan kepala saat Azzam berkata seperti itu, akhirnya aku menggelengkan kepala.

" Mama dan papa sudah memberikan ijin padaku untuk membawamu berkunjung ke rumah mama papa, mengapa kamu menggelengkan kepala apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Azzam.

"Enggak ada yang salah mas, hanya aku dan mas Azzam kan enggak ada hubungan apa-apa", ujarku.

Azzam terdiam saat ku berkata seperti itu, hanya helaan nafasnya sekali-sekali kudengar. Sampai di depan pagar rumahku, Azzam menghentikan mobilnya dan memberikan bingkisan untuk Fahri pesan Azzam sebelum aku turun dari mobilnya. Setelah aku masuk ke dalam rumah mobil Azzam berlalu.

1
Nụ cười nhạt nhòa
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
ISIMPFORMITSUKI
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Isabel Hernandez
Jangan berhenti menulis thor, karyamu bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!