"Kau hanyalah sampah yang dipungut dan dijadikan ratu oleh putraku. Bagiku sampah tetaplah sampah! Sampai dunia kiamat pun, aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian!"
Cacian begitu menyakitkan telah dilontarkan oleh wanita tua, membuat gadis muda yang bernama Diana Prameswari hanya bisa menangis merutuki nasibnya yang begitu buruk.
Semenjak masih bayi dia sudah terpisah dari orang tua kandungnya, dia ditemukan di semak-semak dan dipungut oleh seorang wanita tua yang tidak memiliki keturunan.
Bertemu dengan seorang pria tampan yang begitu terobsesi oleh kecantikannya dan mengajaknya untuk membina rumah tangga, membuatnya bahagia. Diana berpikir keluarga dari suaminya akan merestui hubungannya, tapi sebaliknya, keluarga suaminya sangat membencinya karena ia hanyalah wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa.
Mampukah Diana bertahan hidup bersama keluarga suaminya yang tidak pernah menghargainya?
Penderitaan seperti apa yang dirasakan Diana ketika tinggal bersama mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Siapa Wanita itu?
Alka menyetujui tawaran Arya untuk tinggal sementara waktu di rumahnya.
Alka sendiri belum punya tempat tinggal dan ia juga belum memahami jalanan yang ada di tempat barunya, baginya suatu kehormatan karena bisa diterima baik oleh keluarga Dokter Yuda.
"Terimakasih banyak atas kebaikannya, tapi jika aku tinggal di sini apa tidak merepotkan?"
Walaupun dalam hati ia senang mendapatkan tawaran tempat tinggal, tapi tetap saja ia masih tak tenang sebelum orang tua Arya mengizinkan, takutnya di kemudian hari ada permasalahan yang membuatnya tak nyaman.
Dengan senang hati dokter Yuda menyetujui jika Alka mau tinggal di rumahnya.
Yuda sendiri juga akan cuti beberapa hari ke depan untuk mengantarkan Diva berobat ke luar negeri.
"Tinggallah di sini nak Alka, dengan senang hati kami tidak merasa keberatan. Saya di sini akan menyerahkan tanggung jawab saya pada Arya anak saya, karena untuk beberapa hari ke depan, saya dan istri saya akan ke Singapura," celetuk dokter Yuda.
Arya mengerutkan kening, tak pernah mengetahui rencana Ayahnya yang akan pergi bersama ibunya ke Singapura.
Arya berpikir, untuk apa pergi ke Singapura, sedangkan kondisi ibunya sudah kembali pulih setelah kehadiran Diva di rumahnya.
"Papa mau ke Singapura? Buat apa Pa? Apa ada hal penting yang membuat Papa dan Mama pergi ke Singapura. Lantas bagaimana dengan Diva, aku tidak selalu ada di rumah, kalau dia kenapa-kenapa bagaimana?"
Arya agak kesal, setiap ada rencana pergi jauh Ayahnya jarang memberitahunya, alhasil dia juga yang keteteran, masih memikirkan pekerjaannya, belum lagi memikirkan ibunya yang sedang sakit kala itu.
Kini saat ibunya dinyatakan sembuh, giliran Diva yang ditinggal pergi, tentunya akan membuatnya kembali kalang kabut sendiri.
"Justru kepergian Papa ke Singapura untuk mengantar adikmu berobat. Papa sudah menghubungi dokter Singapura untuk pengobatan adikmu, dan lusa, adikmu mendapatkan jadwal operasi," jawab Yuda.
Arya tersenyum senang, mendengar kabar baik yang akan diterima oleh Diva, Diva akan segera menjalani operasi untuk memulihkan wajahnya yang melepuh gosong tak rata cantik setelah paska kecelakaan.
Dengan memiliki wajah baru, ia yakin Diva tak lagi malu keluar rumah, karena selama kedatangannya gadis itu bahkan tidak pernah menunjukkan batang hidungnya di luar rumah dan tak banyak masyarakat yang tahu kehadirannya.
"Jadi Diva akan segera dioperasi Pa, syukurlah kalau begitu. Aku kasihan banget sama dia. Bahkan untuk bertatap muka denganku saja dia nggak mau."
Alka yang mendengar obrolan keluarga itu dibuat kepo, namun dia memutuskan untuk diam menyimak saja.
Baginya, dia hanya pendatang baru yang tak harus banyak mengetahui tentang kehidupan keluarga sahabatnya.
"Alka, cepat bawa kopermu masuk, aku akan tunjukkan kamar buat kamu. Mulai sekarang, tinggallah di sini, senyaman kamu. Kalau kamu merasa tidak nyaman tinggal bersama kami, kamu bisa mencari kontrakan di dekat rumah sakit."
Alka mengangguk. Diapun bergegas keluar untuk mengambil koper yang diletakkan di dalam mobilnya.
Bukan tanpa alasan Alka memilih untuk bekerja di rumah sakit Pelita Harapan, dia juga sedang melakukan pencarian terhadap istrinya yang hilang.
Hampir tiga bulan istrinya dinyatakan hilang dan hampir keseluruhan pelosok ia melakukan pencarian namun hasilnya nihil.
Alka sudah berjanji pada dirinya sendiri dan juga orang tua Diana, ia akan berupaya keras untuk tetap melakukan pencarian terhadap Diana, hingga Diana ditemukan, karena ia yakin, suatu saat nanti, Diana pasti bisa ditemukan.
'Diana sayang, kamu ada di mana? Sudah tiga bulan kamu ninggalin aku. Kenapa kamu nggak ngasih kabar di mana keberadaanmu, tolong berikan petunjuk, agar aku bisa menemukanmu. Aku rindu padamu Diana, aku kangen ingin peluk kamu.'
Setetes air bening jatuh di pelupuk mata. Hatinya terenyuh saat mengingat istri yang sudah hilang seperti ditelan bumi.
Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasa hampa, mengenal Diana hidupnya jauh lebih bermakna, kehilangan Diana membuatnya kehilangan semangat hidup.
'Perlu kamu tau sayang, aku mendapatkan pekerjaan di luar kota. Aku nggak lagi kerja di rumah sakit yang dulu, dan aku sudah jauh dari Mama. Andai saja kamu masih bersamaku, aku pasti akan mengajakmu pindah ke sini dan membina keluarga kecil bahagia bersamamu. Tapi sayangnya, di saat aku pindah kerja, kamu udah nggak ada di sisiku, kamu meninggalkanku. Mungkinkah aku masih punya kesempatan untuk bertemu denganmu kembali?'
Di dalam mobilnya, Alka memeluk bingkai foto Diana yang selalu dibawanya ke mana-mana ia pergi.
Hanya foto dan kenangan indah bersama sang istri yang selalu menjadikan kekuatannya untuk menghadapi dunia yang penuh dengan kemunafikan.
Alka kembali masuk ke dalam rumah dengan menjinjing kopernya.
Hatinya cukup berat tinggal di rumah orang lain yang bukan sanak saudaranya, tapi hanya tempat itu yang memberinya kenyamanan untuk saat ini.
"Ayo Al, aku antarkan ke kamarmu. Kamu bisa istirahat di sana. Besok pagi aku akan membawamu ke rumah sakit untuk pengenalan terhadap dokter dan pegawai yang lain. Soalnya aku sendiri kan nggak dinas di rumah sakit Pelita," celetuk Arya sembari berjalan menaiki anak tangga menuju kamar tamu yang akan ditempati oleh Alka.
Alka hanya heran dengan teman satunya itu, memiliki rumah sakit sendiri malah kerja di tempat lain.
Seandainya saja ia bisa sekaya dokter Yuda dan memiliki rumah sakit pribadi, ia pasti tidak akan berkeliaran di luar mencari tempat kerja yang cocok sesuai dengan profesinya.
"Kenapa kamu nggak kerja di rumah sakit keluargamu, Arya? Bukannya kalau bekerja di tempat sendiri itu jauh lebih enak? Kok malah memilih tempat lain buat mengadu nasib?" tanya Alka.
Arya terkekeh dengan gelengan kepala. Menurutnya, bekerja di tempat sendiri, apalagi bersaing dengan keluarga sendiri rasanya kurang nyaman. Ayahnya sebagai dokter senior, sedangkan banyak saudaranya yang berprofesi sebagai dokter dan juga bidan, jika ia juga berkumpul di tempat yang sama, tentunya keluarganya yang lain akan usil dan akan membanding-bandingkannya, dan itu membuatnya sangat malas.
"Jujur, aku tidak suka bekerja ngumpul bersama keluarga, aku lebih nyaman bekerja sendiri dengan orang lain. Kau tau sendiri kan, berkumpul dengan keluarga itu sudah pasti akan banyak perselisihan. Ada yang iri atau bahkan ada yang merasa paling pintar. Dari dulu mana pernah aku mau ngumpul sama keluarga besarku, palingan aku ngumpul sama orang tuaku saja, itu pun jarang."
Alka membenarkan apa yang dikatakan oleh Arya, sahabatnya.
Dia mengalami kehancuran rumah tangga juga diakibatkan oleh keluarganya sendiri. Ia yakin orang tuanya lah yang sudah membuat Diana pergi dari rumah, dan sampai saat ini ia belum bisa menemukannya.
Jika saja ia tidak mengajak Diana tinggal satu atap bersama keluarganya, mungkin Diana masih bertahan bersamanya.
"Benar apa yang kau katakan itu, aku merasakan begitu menyedihkan berpisah dari orang yang kucintai karena ulah keluargaku. Aku kehilangan istriku gara-gara ulah ibuku sendiri, dan sampai sekarang ~~
Seorang wanita berpapasan dengan Alka dan menyenggol punggungnya. Dia buru-buru masuk kedalam kamar dengan menutup wajahnya menggunakan tisu.
Alka terkejut dan reflek menoleh ke arah kamar yang tiba-tiba tertutup. Mukanya terbengong, detak jantungnya berdebar-debar tak karuan, penasaran dengan seseorang yang sudah menyenggolnya.
"Ada apa Al? Kok bengong?"
Arya bertanya dengan menyipitkan matanya saat mendapati Alka berhenti melangkah dan menoleh ke salah satu kamar yang ada di situ.
"Emm, wanita tadi itu siapa?"