NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Bisakah Disalahkan?

Wiiuu…! Wiiiuuuu! Belum sempat Taira menyelesaikan jawaban, suaranya sudah terhalang sirene polisi yang terdengar sangat dekat— mungkin tepat di depan rumahku. Terkejut? Jelas siapapun yang mendengar suara itu akan merasa sangat terkejut! Apalagi suaranya terdengar begitu keras. Seketika suasana menjadi begitu tegang, kami bertiga hanya bisa saling melempar tatapan panik.

Selain suara sirene, suara pintu yang diketuk dan didobrak secara paksa juga menambah nuansa ketegangan kami. Para polisi berlarian masuk ke dalam rumahku terdengar dari suara hentakkan kaki mereka yang begitu jelas pada lantai kayu rumah ini. Semua orang terutama aku tentunya merasa heran, terdengar suara hati para kawanku yang tak jauh berbeda denganku. “Sebenarnya, apa yang sedang terjadi!?”

“Jangan bergerak! Kalian sudah kami kepung!” Tegas salah satu polisi dari rombongan mereka sambil menodongkan pistol pada kami.

Alis Leo hampir menyatu dan kedua tangannya terangkat “Wow wow wow wow! Tenang dulu bapak-bapak, ada masalah apa ini?” Tanyanya dengan nada bicara yang santai.

“Jangan pura-pura bego kalian! Pihak polisi sudah mendapat laporan dari warga sekitar bahwa disini adalah markas pembunuh berantai yang telah lama kami buron!” Terang polisi yang tadi berseru.

“Pembunuh berantai?” Tanya Leo lagi masih bersikap dengan tenang.

“Iya, pembunuh berantai! Tadi siang ada warga yang mendengar teriakan seseorang yang menyebutkan ‘pembunuh berantai’ dari dalam rumah ini,” jawab pak polisi.

“Oh, soal pertikaianku dengan kawanku ini? Rupanya suara kami terdengar ya? Itu hanya kesalahpahaman, tak ada pembunuh berantai disini,” entah apa yang bisa membuat Leo selalu tenang di situasi setegang ini. Aku jadi kagum padanya.

“Salah paham bagaimana maksudmu!?” Polisi itu mulai meninggikan frekuensi suaranya, tak mau mempercayai perkataan Leo.

“Semua bermula dari topeng ini,” Leo mulai menjelaskan sambil mengangkat topeng di tangannya. “Kawanku pernah cerita bahwa ia sempat melihat pria bertopeng rubah putih yang membawa korbannya ke arah gunung, namun gagal menghentikan langkah pria itu. Tadi siang ku melihat topeng ini di lacinya, ku kira dia pelakunya. Ternyata ia hanya membeli topeng ini di festival kembang api saat malam tahun baru,” lanjutnya sedikit mengarang cerita.

“Dan kau percaya dengan tipuan sahabatmu ini!?”

“Tentu saja! Kami membelinya bersama malam itu!” Leo selalu punya cara untuk membelaku. Aku jadi terharu mendengarnya, dia benar-benar sahabat sejatiku.

“Dan kau kira kami akan percaya dengan tipu muslihat kalian!?”

“Terserah jika tak ingin percaya, tangkap kami saja silahkan! Kami tidak takut, karena kami memang tidak bersalah!” Tantang Leo sambil memberikan kedua lengannya untuk diborgol.

“Oy, Leo!” Aku mulai cemas dengan sahabatku yang terlalu berani mengambil resiko ini.

“Tenang saja, Picho. Keadilan akan selalu berada pada pihak yang benar!” Ujar Leo dengan nada bicaranya yang selalu santai.

...***...

Polisi mulai menyiapkan borgol untuk menahan kami. Kamipun sudah pasrah untuk dibawa ke penjara oleh mereka. Toh mau mengelak dengan kejujuran pun, mereka tidak akan percaya. Namun sesaat setelah tangan kami diborgol dan hampir dibawa dengan paksa oleh gerombolan berseragam yang membawa senjata ini, suara keras menghentikan setiap gerakan pada ruang kamarku.

“Hentikan!” Teriak seseorang yang suaranya tak asing bagiku.

“Sudah kubilang, kan? Keadilan akan datang!” Seru Leo sambil tersenyum riang. Jarang aku bisa melihatnya tersenyum seperti itu, biasanya wajah Leo selalu datar.

“Ya, keadilan memang datang!” Ucap Julian yang nama samarannya adalah kak Arron. “Namun bukan untuk menyelamatkan kalian!” Lanjutnya dengan tegas sambil menatap tajam kearah aku dan Leo, lalu menjauhkan kami dari para polisi itu dan melepaskan borgol kami. Apa hanya aku dan Leo yang bisa melihat Taira di sini? Mengapa tak ada satupun dari mereka yang mempermasalahkan hadirnya Taira?

“Hei para polisi tak becus! Siapa yang memberi kalian perintah untuk menangkap mangsaku ini!?” Amuk Julian layaknya binatang buas yang kelaparan. Amukan itu cukup untuk membuat seluruh orang pada ruangan ini terutama aku diam ketakutan. Mengerikan! Jadi itu maksudnya menghentikan kami yang akan dibawa ke kantor polisi!?

“Anu, tapi laporan warga mengatakan bahwa—,”

“Itu kan laporan warga! Tidak ada yang boleh menangkap satupun dari mereka tanpa hasil penyelidikan yang jelas dariku!” Julian membentak seluruh pihak polisi yang berada di kamarku, sehingga mereka terdiam ciut seperti anjing-anjing yang ketakutan. Sebesar itu kah pengaruh detektif berandal ini pada kepolisian? Menakjubkan!

Julian memejamkan mata sejenak sambil menghela nafas panjang, mungkin ia sedang berusaha mengendalikan emosinya agar tidak meledak-ledak. “Dengar ya, mereka ini sedang dalam masa pengawasanku, aku sedang menyelidikinya agar tidak salah menangkap orang yang tidak bersalah. Tolong kalian jangan bertindak gegabah hanya karena mendengar laporan warga yang tidak jelas, dan serahkan saja kasus ini sepenuhnya padaku. Paham!?” Tegasnya benar-benar berusaha melihat masalah ini dari sudut pandang yang adil.

“Siap! Paham!” Jawab seluruh polisi dengan sikap sigap sempurna dan suara lantang.

“Jika sudah paham, cepatlah tinggalkan tempat ini dan kerjakan apa yang memang seharusnya kalian kerjakan!” Julian memberi perintah pada para polisi dengan tegasnya. Aku mematung takjub sebab baru kali ini aku melihat sosoknya yang tegas dan penuh karisma, biasanya dia hanyalah berandal pemabuk yang bertutur kata kasar atau terkesan seenaknya saat berbicara.

...***...

“Taira ada di ruangan ini?” Tanya Julian saat semua polisi sudah bubar dan tak terlihat lagi dari rumahku. Aku dan Leo hanya mengangguk pelan. Julian menghela nafas lalu berkata “Kau ini benci padaku atau bagaimana sih, nona!? Mengapa hanya aku yang tidak diizinkan melihatmu!?”

Aku menatap heran pada Taira yang rupanya hanya bisa dilihat olehku dan Leo. Wanita itu menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tak ingin terlihat oleh Julian. “Tapi kenapa? Kak Arron itu orang yang adil dan baik, mengapa harus bersembunyi darinya?” Tanyaku pada Taira. Lagi-lagi wanita misterius itu hanya menggelengkan kepalanya.

“Mungkin dia takut pada kak Arron, belum percaya atau semacamnya. Arron itu pembela keadilan, belum tentu membela kita jika menurutnya kita itu bukanlah orang yang adil. Mungkin Taira merasa bahwa Arron adalah ancaman yang sewaktu-waktu bisa membawa kita pada penjara juga nantinya,” jawab Leo dengan tenang.

“Sudahlah, itu tidak penting sekarang! Jelaskan, ada apa dengan topeng itu dan mengapa kalian bisa digerebek polisi seperti tadi?” Julian mencoba mengulik informasi dari kami.

“Sebelum menjawab, ku ingin bertanya. Sudah minum alkohol kah hari ini?” Tanyaku polos, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Aku takkan tergiur dengan sogokanmu lagi!” Jawabnya dengan penuh amarah.

“Ah… Ketahuan ya? Kecerdasanmu sudah bertambah rupanya,” rayuku sedikit meledeknya.

“Jangan meremehkan ku!”

“Sudahlah, jika kau sangat penasaran dengan topeng ini. Nih, periksa saja sendiri! Nanti kau juga memahaminya,” ucap Leo sambil melempar topeng rubah putih itu pada Julian. Sang detektif dengan cekatan menangkapnya dan menelaah perkataan Leo. “Lagipula, kami tidak membutuhkan benda mengerikan itu!” Lanjutnya.

“Argh!” Teriak Julian histeris sambil melempar topeng itu ke sembarang arah dan memegangi keningnya yang mungkin terasa sakit, membuatku terkejut dan terbelalak ke arah Leo.

“Dia melihat apa yang kau lihat saat pingsan tadi,” Leo menjelaskan sebelum aku bertanya.

“Kau juga sempat melihatnya?” Tanyaku masih tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

“Kurasa siapapun yang menyentuhnya mampu melihatnya. Itulah mengapa aku tidak menyalahkanmu akan kasus ini,” jawabnya santai tanpa intonasi dan ekspresi.

“Leo….” Aku terharu padanya.

“Benda macam apa ini!?” Tanya Julian masih ketakutan dengan apa yang ia lihat.

“Ya ngak tahu, kami juga ingin memusnahkannya! Benda itu berpotensi menimbulkan mala petaka!” Jawab Leo jujur.

“Tapi, tetap saja! Mau disadari atau tidak, walau dalam pengaruh benda laknat ini, kalian tetap berpotensi membahayakan orang dan harus diamankan!” Seru Julian menyimpulkan keadilan yang ada dalam kepalanya.

“Jangan salahkan kami, amankan saja benda itu agar kasus ini tidak berkelanjutan lagi!” Bela Leo.

“Benar! Coba amankan topeng itu, dan jika kasus pembunuhan terjadi di sekitar topeng itu, berarti memang topeng itulah yang bersalah! Para pembunuh hanyalah korban kendali topeng itu!” Ucapku yang entah mengapa seperti bukan diriku sendiri. Mungkin ada yang mengendalikanku untuk mengatakannya?

“Kau ini pembela keadilan, kan? Cobalah lihat dengan hati adilmu, apakah seseorang yang bertindak kejahatan tanpa ia inginkan dan tanpa ia sadari, mampu dipandang sebagai pelaku kriminal? Kurasa pelakunya adalah hal yang mempengaruhi orang tersebut!” Lanjut Leo mencoba membuka mata hati Julian.

Detektif berandal itu sempat berfikir sejenak, mempertimbangkan apa yang dikatakan Leo. Mengambil topeng rubah putih tersebut lalu berkata “Baiklah, akan ku amankan benda ini untuk sementara waktu. Tapi jika kasus pembunuhan masih terjadi oleh tangan Picho tanpa topeng ini—,”

“Mana bisa begitu!? Pengaruh itu bisa dari banyak sebab selain topeng! Ada juga hal lain pemicu pengaruh untuk melakukan hal buruk!” Duh, siapa sih yang mengendalikan lisanku meracau tak jelas begini!?

“Picho? Tumben kau pandai membela diri?” Leo mulai menyadari kejanggalanku.

“Bukan Picho, tapi Taira yang sedang mengendalikan lisannya!” Jawabku lagi-lagi bukan atas kendaliku.

“Jadi begitu? Kau tak ingin menunjukkan wujudmu pada Arron, tapi tetap ingin ia mendengar pendapatmu melalui suara Picho? Dasar, bocah itu mudah sekali dirasuki ya?” Leo mengambil kesimpulan.

Julian mendekatiku, memegang daguku dengan satu tangannya, menatapku lekat lalu berkata “Baiklah nona misterius, faktor apa lagi yang bisa menyebabkan seseorang bertindak kriminal tanpa ia sadari?”

“Makhluk halus disekitarnya, magis dari seseorang yang sedang memantaunya entah dari mana, bisa saja apapun terjadi padanya. Tapi lebih jelasnya aku belum tahu, aku juga sedang mencari tahu tentang hal itu,” jawab Taira menggunakan lisanku. Hei nona, bisakah kau segera keluar dari tubuhku!? Aku tak terbiasa bila diisi oleh jiwa perempuan!

“Menarik! Mari kita cari tahu kebenarannya bersama,” tantang Julian sambil berseringai mengerikan. Kesadaranku pun menghilang setelah itu.

1
Amelia
waduh bahaya enggak tuh 😰😰
Amelia
salam kenal ❤️🙏 semangat terus
Cherry: Salam kenal juga, Terimakasih, kamu juga semangat 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
akhirnya author update, udh ditunggu tunggu.. btw happy birthday ya thor 🥳🥳🥳
Cherry: Makasih 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
senang nya dpt kabar dah mau update, di tunggu ya thoor🥳
Cherry: Makasih masih mau nungguin Author yang ga konsisten ini huwuuh… 😭🙏🏻
total 1 replies
Mpit
bilang aja pemiliknya itu gk mau bayar karyawan nya ahahah
Cherry: Bisa jadi 😁😂
total 1 replies
Mpit
Iyah ayolah,, MC jngn naif/Sweat/
Mpit: rada" wkwk
Cherry: Naif kah dia?
total 2 replies
Mpit
ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿
Cherry: Hayo, Picho jenis orang seperti apa? 😄
total 1 replies
Mpit
selagi enak ya gaskennn🗿
Cherry: Tim penyuka pedas, gaskeun 🤩
total 1 replies
Mpit
loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(
Cherry: Namanya orang panik, mana kepikiran ke situ? 😁
total 1 replies
Mpit
kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih
Cherry: Ga salah kan? Hehe 😁
total 1 replies
Mpit
bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha
Cherry: Hehe, memang kecil dan mungil sih dia
total 1 replies
Mpit
daripada koma, lanjut dialog,, lebih enak dibacanya klo ditulis dialog, lanjutannya di bawah aja
Cherry: Terimakasih atas sarannya kakak, akan ku jadikan pelajaran di karya-karya berikutnya. 😊🙏🏻
total 1 replies
Mpit
dijadiin bakso enak tuh daging
Cherry: Kalau jual bakso daging manusia, ada yang mau beli ga ya? 😂
total 1 replies
Mpit
Hooo ku kira cewek wkwk

tipe cowok gondrong, kah? /Hey/
Cherry: Hehe, aku emang suka cowok gondrong 😁
total 1 replies
Husna Alifah
huhuu, di tunggu kelanjutannya thorr
Husna Alifah: ehehe, iya maaf ya thor, lama udah ga baca, karena terlalu sibuk 🙏🏻
Cherry: Eh? Kamu masih baca karyaku? Yaampun! Aku rindu banget, udah beberapa hari tak tinggalkan jejak di sini, huhu… 😭 Makasih masih setia menunggu 😊🙏🏻
total 2 replies
Husna Alifah
gapapa thor, tetap semangat yahh
Cherry: Siap, makasih 🥰🙏🏻
total 1 replies
Husna Alifah
aku Thaira thoor...
Cherry: Ok Ok, kita coba tunggu komen dari yang lain ya… kalau belum ada yang komen lagi sampe besok, aku bakal coba bikin Picho sama Taira, hehe. Makasih dah komen
total 1 replies
Husna Alifah
terus up thor.. sedih bngt sama episode ini TwT
Cherry: Besok up lagi. Sedihnya ini episode malah kejadian beneran sama dunia nyataku. Mirip tapi ga persis. #malah curhat /plak/ 😂
total 1 replies
Husna Alifah
update terus thor.. ga sabar kelanjutannya
Cherry: Terimakasih… Jangan bosen baca ceritaku ya 🥰🙏🏻
total 1 replies
Anita Jenius
Lanjut baca dulu
Cherry: Ok, selamat membaca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!