Laura Veronica, dia merupakan seorang mahasiswi jurusan manajemen bisnis. Dia bisa di bilang wanita barbar di kampusnya, prilaku Laura memang sembrono dan centil.
Suatu hari, kebetulan ada dosen baru yang bernama Dimas Adamar, pria tampan namun berwajah dingin. Postur tubuhnya yang gagah membuat Laura terpikat akan pesonanya.
Akankahkah pria itu terpikat oleh pesona wanita barbar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Bertemu lagi
Beberapa jam kemudian. Dimas, Laura dan Amelia sedang berada di dalam mobil menuju pulang. Setelah kejadian tadi, Dimas tidak banyak bicara, mungkin dia masih kesal atau entah apa.
"Ayah...." Lirih pelan Amelia sambil melirik ayahnya yang sedang fokus menyetir mobil.
Dimas pun menjawab tanpa menoleh pada Amelia. "Ada apa, hm?"
"Tidak papa--"
"Ayah akan mengantarkanmu pulang, setelah itu ayah akan pulang ke apartemen ayah." Celetuknya memotong ucapan Amelia.
Gadis kecil itu pun terkejut dan langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku tidak mau pulang, mau ikut dengan ayah saja. Aku takut sama ibu...." Lirihnya di akhir kata.
"Haish, bakal gagal nyoblos nih." Gumam hati Dimas dengan perasaan kecewa.
"Atau gak, ayah ajak bunda juga. Aku bisa tidur berdua dengan bunda di apartemen ayah." Pekiknya dengan semangat.
"A-apa?!" Dimas terkejut dengan ucapan Amelia yang sejak tadi merusak sesuatu yang ingin dia lakukan dengan kekasihnya tersebut. "Bukankah Amel harus bertanya dulu pada bunda, mungkin saja bunda sibuk." Melirik Laura yang duduk di kursi belakang.
Dan dengan sialnya, Laura nampak sedang tertidur pulas di kursi belakang. Namun yang membuat Dimas tidak fokus, dia melihat sesuatu yang membuatnya tegang. Bagaimana bisa, dia menelan ludahnya susah payah saat melihat belahan dada Laura yang terekspos.
"Sial, ini semakin tegang. Gak bisa ini mah, aku harus menggempurnya malam ini juga, mana bisa aku menahannya lagi." Menahan sesuatu yang ada di bawah.
Amelia melirik ayahnya yang terus menggeliat sejak tadi. "Ayah kenapa? Apa ayah ambeien?"
*
*
Ckittt...
"Hiks.. Sialan, kau memang sialan Dimas!!" Pekik seorang wanita yang sedang menangis dan berteriak di dalam mobilnya.
Ya, dia adalah Vina, Dia berhenti di tempat dimana dia pernah bertemu dengan Revan. Pikirannya saat ini bisa di bilang sedang kacau. Apalagi sejak kejadian tadi, dia benar-benar rapuh saat ini.
Entah kenapa, dia memberhentikan mobilnya di tempat tersebut. Bahkan Vina menangis dengan tersedu-sedu.
"Apa semua ini, Kenapa dia pergi membawa putriku dan juga bersama wanita jalangg tadi?!" Meremat setir mobilnya. "Hiks.. Apa yang sedang terjadi hari ini tuhan."
"Ini dari awal memang salahku, aku yang membuat putriku mempunyai seorang ayah. Seharusnya aku membersarkannya sendiri, kenapa aku harus menyeret orang lain." Memijit pelisinya.
"Kau memang bodoh, Vina!" Memukul setir mobilnya.
Tok,.. Tok,.. Tok,..
Ada seseorang yang tiba-tiba mengetuk pintu kaca mobil Vina. Dengan terkejut pun Vina langsung menoleh. "S-siapa?" Gumamnya.
"Nona maaf, anda tidak boleh parkir disini. Silahkan ke sebelah sana." Ucap seseorang sambil menunjuk ke arah parkiran.
Degh.
Vina langsung mematung dan terdiam seketika, dan benar saja. Dia akhirnya bertemu kembali dengan sosok pria yang paling enggan dia temui dan kini muncul kembali di hadapannya.
"Revan..." Lirihnya pelan sambil menunduk seketika. "Kenapa dia ada disini lagi sih?, mana situasiku sedang sama lagi seperti saat itu." Menutup wajahnya agar tak terlihat oleh Revan.
Tiba-tiba jantung Vina berdetak dengan kencang. Entah apa yang terjadi, dia pun berpikir apa dirinya punya penyakit jantung. "Astaga, bisakah kau diam? Kenapa kau dag dig dug dari tadi." Menepuk dadanya.
"Nona, maaf. Bisakah anda jangan parkir disini? Nanti saya yang kena sanksi karena tugas saya sebagai juru parkir." Ucap Revan.
"A-apa?" Terkejut mendengar jawaban Revan. "Pekerjaan dia jadi tukang parkir? Bahkan dalam keadaan kakinya yang seperti itu?"
Memang benar, sejak tadi pagi Revan bekerja menjadi tukang parkir di salah satu apotek besar disini. Dia memaksakan dirinya untuk bekerja walaupun keadaannya seperti ini, dia tak tega melihat adiknya yang terus-menerus mencari uang sedangkan dia hanya duduk di rumah.
Srettt...
Vina menurunkan kaca mobilnya lalu menatap Revan dengan tatapan sayu.
"V-vina..." Ucapnya terkejut melihat Vina yang ada di dalam mobil.
"Naik!" Perintahnya pada Revan.
"H-haa? Naik?" Jawabnya dengan bingung. "Maksudnya naik apa?"
Vina pun memutar bola matanya malas. Revan masih saja bodoh seperti biasanya. "Naik ke mobilku sekarang!" Pekiknya.
Dengan cepat Revan pun menggeleng tanda menolak. "Maaf, aku sedang bekerja a--"
"Sudah kubilang cepat masuk hah! Jangan sampai aku mengulangi ucapanku lagi." Ucap Vina dengan tegas. "Jika kau tidak nurut, aku akan memperkoosamu disini." Pekiknya.
"Uhukk."
Bersambung.
єηєg ρgη мυηтαн... кαυ ∂gя
double up!!