NovelToon NovelToon
TEROR "A Mystery Story"

TEROR "A Mystery Story"

Status: sedang berlangsung
Genre:rumahhantu / Dunia Lain / Persahabatan / Kumpulan Cerita Horror
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: senja liana

Empat orang sekawan yang berprofesi sebagai youtuber chanel horor, lantas dihadapkan dengan sekumpulan cerita yang tak pernah ada habisnya.

Siapa yang menyangka jika penghasilan terbesar mereka, berubah menjadi serangkaian teror yang tak pernah habis menghantui keempatnya.

Bagaimana semua ini bermula? Apakah mereka sanggup mengatasi setiap masalah yang mereka hadapi?
ikuti terus kisahnya hanya di sini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misteri kamar jenazah #5

"Apa katamu?"

Arka dan Gabriela yang mendengar perkataan Fanda barusan tentu saja terkejut. Tak langsung percaya dengan perkataanya, Arka mulai bangkit dan menghampiri Fanda.

"Jangan bercanda soal ini Fan, jika sampai ada orang yang tahu pasti akan menjadi masalah yang serius. Apakah kamu punya bukti atau semacamnya?" ucap Arka kemudian dengan raut wajah penasaran.

"Ada, kedua mata ku yang jadi buktinya..." ucap Fanda sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sialan kau!" pekik Arka sambil menampol Fanda karena kesal.

"Dimana letak salahnya coba? Bukankah perkataan ku benar?" ucap Fanda sambil menatap ke arah Gabriela seakan mencari sebuah pembelaan.

"Aku mengerti maksud perkataan mu, hanya saja itu bukanlah sebuah hal yang bisa di jadikan sebagai barang bukti. Tidak akan ada yang percaya kecuali mereka mencongkel kedua bola mata mu itu!" ucap Gabriela dengan tatapan yang menyindir.

"Astaga, bukankah itu keterlaluan?" ucap Fanda tak percaya.

Ketiganya kemudian nampak terdiam sejenak, mereka melakukan hal tersebut bukan karena tidak percaya kepada Fanda. Namun hanya dengan melihat tentu tidak akan membuktikan jika Fahri benar-benar melakukannya.

"Aku punya sebuah ide, tapi mungkin terdengar agak gila..." ucap Ayu yang ternyata sudah bangun dan mendengarkan perdebatan ketiganya.

"Katakan apa itu?" ucap Arka kemudian.

.

.

.

.

"Tidak tidak.... Ini benar-benar tidak masuk akal, menyuruh Gabriela untuk berpura-pura mati untuk menjebak Dokter gila itu bukanlah ide yang baik. Bagaimana jika sesuatu hal terjadi di luar kuasa kita? Apa ada yang bisa bertanggung jawab akan hal itu?" ucap Arka yang langsung menolak keras ide Ayu begitu mendengarnya.

"Ini akan terlihat lebih realistis Ar karena mengingat Gabriela adalah pasien di tempat ini. Jika yang berpura-pura meninggal adalah salah satu dari kita itu akan membuatnya curiga. Lagi pula kita sudah beberapa kali berpapasan dengannya, bagaimana bisa kita menipunya dengan mudah?" ucap Ayu mencoba untuk membuat Arka mengerti, meski Ayu tahu alasan sebenarnya Arka bersikap seperti ini karena khawatir kepada Gabriela.

"Aku rasa perkataan Ayu ada benarnya juga, jika kita menggunakan Gabriela sebagai umpan itu akan lebih mudah untuk memancingnya. Hanya saja kita butuh rencana yang lebih matang lagi dari ini, bukankah kita masih bisa menggunakan rencana tambahan untuk memperkuatnya? Misalnya seperti melaporkan ini kepada pimpinan Puskesmas ini ataupun seseorang yang mempunyai jabatan tinggi di tempat ini. Aku rasa itu tidaklah buruk..." ucap Fanda menimbang segala perkataan Ayu dan mengumpulkannya menjadi satu.

"Tapi ini tidak semudah yang kalian bayangkan. Gabriela bahkan sedang sakit dan kalian memintanya untuk bergabung? Ayolah jangan konyol..." ucap Arka kemudian namun langsung terpotong dengan sebuah suara yang menengahi ketiganya.

"Aku setuju, ayo kita lakukan rencana tersebut." ucap Gabriela kemudian yang langsung membuat ketiganya menoleh ke arah sumber suara dengan seketika.

"Kalian bertiga benar-benar tidak waras..." ucap Arka yang tak mengerti jalan pikiran ketiganya.

***

Keesokan harinya tepat sebelum waktu eksekusi tiba.

Fanda dan juga Ayu yang sudah mengumpulkan beberapa informasi dari beberapa suster dan juga petugas kebersihan, lantas terlihat masuk ke ruang perawatan Gabriela saat itu.

"Aku sudah memeriksa segalanya dan bisa di pastikan jika Dokter Fahri ada tugas malam ini." ucap Fanda dengan bersemangat.

"Tidak hanya itu, beberapa suster yang mengaku pernah memergoki kejadian ganjal ketika Dokter Fahri keluar dari kamar jenazah, mengatakan bersedia membantu kita malam ini." ucap Ayu kemudian menambahkan.

Ketika ketiganya sedang terlihat bersemangat hendak memecahkan kasus ini, Arka yang nampak sedikit murung terlihat mulai mendekat.

"Sepertinya kita harus mengurungkan niat kita melakukan hal ini, aku sudah menemui pimpinan dan mencoba untuk bernegosiasi akan masalah ini. Sepertinya ia tidak suka dengan kabar ini dan meminta kita untuk menutup mulut demi citra instansi kesehatan setempat." ucap Arka dengan raut wajah yang menyesal.

"Apa? Bagaimana bisa? Mereka tidak boleh seperti itu harusnya? Yang dilakukan Dokter Fahri bukanlah hal yang patut untuk di contoh. Ada apa dengan keadilan di negara kita?" ucap Fanda yang tak mengerti akan hal ini.

"Sepertinya ini tidak semudah yang kita kira, akan ada banyak hal yang mungkin bersifat fatal jika kita mulai mengungkapnya ke permukaan." ucap Ayu kemudian yang lantas membuat semua menghela napasnya dengan kasar.

"Lalu apakah kita akan menyerah begitu saja? Jika ini hanya berhenti di sini, bisa di pastikan jika Dokter itu akan terus berulah dan mengambil kesempatan." ucap Gabriela kemudian.

Arka yang melihat raut wajah putus asa di antara ketiga temannya, mulai menghembuskan napasnya kasar. Sepertinya tidak ada pilihan lain lagi selain mengikuti perkataan temannya dan bertindak gila.

"Kita lakukan sesuai rencana, sisanya biar aku yang urus." ucap Arka kemudian yang lantas mengundang raut wajah sumringah dari ketiganya.

"Sungguh? Jadi kita benar-benar melakukannya?" ucap Fanda menatap tak percaya ke arah Arka saat ini.

"Tentu, hanya saja dengan satu syarat." ucap Arka kembali.

"Apa syaratnya?" tanya Ayu kemudian.

"Jika kalian berharap petualangan kita kali dalam mengungkap hal ini bisa di jadikan next vidio, sebaiknya kalian harus mengubur dalam-dalam keinginan tersebut. Kita tidak bisa mempublish nya karena ini menyangkut pemerintah dan juga profesi. Jika kita melakukannya akan banyak orang yang penasaran akan tempat ini, atau bahkan kemungkinan terburuknya tempat ini akan di tutup karena ulah kita. Bagaimana pendapat kalian tentang ini?" ucap Arka yang lantas membuat ketiganya mulai memikirkan segala konsekuensinya.

"Aku sama sekali tak masalah dengan hal itu, bukankah masih ada edisi Hutan bunuh diri? Jadi mari kita anggap apa yang kita lakukan kali ini sebagai bentuk kemanusiaan." ucap Ayu yang lantas membuat lainnya mengangguk.

"Aku setuju" timpal Fanda kemudian.

"Tentu saja... Mari kita lakukan bersama?" ucap Gabriela kemudian.

"Tapi apa kamu yakin kamu benar-benar sudah lebih baik Briel?" tanya Arka dengan tiba-tiba.

"Tentu saja, tak perlu mengkhawatirkan ku." ucap Gabriela dengan senyuman di wajahnya.

"Apakah mereka berdua harus pamer kemesraan di hadapan ku?" ucap Ayu dalam hati sambil menatap ke arah keduanya secara bergantian.

***

Malam harinya

Fahri yang saat itu mendapatkan shift malam, mulai melajukan mobilnya menuju ke arah Puskesmas. Suasana malam itu begitu sunyi seperti biasanya, karena memang daerah tempatnya bertugas adalah daerah plosok.

Fahri bersenandung pelan membelah jalanan dimana kanan dan kirinya adalah pepohonan. Sampai kemudian sebuah deringan ponsel miliknya, lantas membuyarkan senandungnya kala itu.

"Halo..." ucap Fahri kemudian.

"Dok pasien di kamar melati dinyatakan meninggal sore tadi, apakah anda sudah mengetahuinya?" ucap sebuah suara di seberang sana.

"Benarkah? Bukankah itu pasien Bidan Mawar?" ucap Fahri kemudian.

"Iya Dok, hanya saja bukankah anda ingin saya memberikan kabar jika ada seseorang yang meninggal? apakah saya salah?" ucapnya mencoba memprovokasi Fahri.

"Tidak... Tidak .. Terima kasih banyak atas informasinya... Persiapkan saja segalanya, jika memang Bidan Mawar sibuk kamu bisa meminta bantuan ku." ucap Fahri kemudian sebelum pada akhirnya mematikan panggil telepon tersebut.

"Benar-benar sebuah kebetulan...." ucap Fahri sambil menatap lurus ke arah depan.

Bersambung

1
Tati st🍒🍒🍒
tunggu aja hari apesmu fahri
Tati st🍒🍒🍒
bukan gila lagih tau julukan yg pas buat si fahri tuh apa
Heri Wibowo
berarti makhluk itu marah karena jiwa aldo meminta bantuan arka
Heri Wibowo
lanjut
Heri Wibowo
petualangan yang mendebarkan.
Tati st🍒🍒🍒
sinyalnya disini jelek banget
Tati st🍒🍒🍒
lanjut bacalagi,baca yg horor enaknya malam2,jadi ikut merinding
Tati st🍒🍒🍒
mungkinkah penjualan organ tubuh manusia
Tati st🍒🍒🍒
kasian kamu ayu cintamu bertepuk sebelah tangan
Heri Wibowo
apa yang ditabrak
Heri Wibowo
apa yang akan dikatakan Ayu ya
Heri Wibowo
siapa sebenarnya nenek nenek itu ya?
Heri Wibowo
berarti Arka akan bisa melihat masa depan juga
Tati st🍒🍒🍒
sebenernya aku ga pernah merasakan di tolak jadi gatau rasanya,tpi kalau sampe menodai dan membunuh itu tidak dibenarkan
Tati st🍒🍒🍒
jarwo cari mati kamu
Tati st🍒🍒🍒
kayanya di bantu arwah si eneng yg di perkaos si pemuda gila
Tati st🍒🍒🍒
kalian semua harus selamat,biar bisa memecahkan misteri hutan bunuh diri
Tati st🍒🍒🍒
ternyata awalnya di hutan itu ada pelecehan sama pbunuhan
Tati st🍒🍒🍒
wah aku makin curiga kayanya bener bukan hantu,bisa jadi ada aliran sesat di hutan bunuh diri
Tati st🍒🍒🍒
mungkinkah bukan hatu tapi sikopat atau dukun ilmu hitam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!