ISTRI SATU MILIAR

Sesuai dengan rencana, hari ini Noah dan Yura akan bertolak keBenua Eropa. Dan tak lebih dari sepuluh jam kedepan, mereka akan tiba disalah satu negara yang banyak dikunjungi pasangan guna menghabiskan waktu bersama. Apa lagi pasangan yang baru saja merajut indahnya hidup berumah tangga.

Kota romantis Paris, menjadi salah satu pilihan bagi Noah dan Yura. Sebelum nantinya mereka akan berkunjung keSantorini Yunani, Venesia Italia, Barcelona Spanyol dan Nice Perancis.

Selama berada dibenua Eropa, Noah memilih untuk tinggal dihotel. Noah tidak mau lagi dibayang bayangi oleh para keluarga jika tinggal dimansion mereka yang berada dieropa. Dan Ritz Paris menjadi pilihan baginya selama berada dikota romantis itu.

"Kenapa kita harus kesini..?" tanya Yura setelah memasuki kamar hotel "bukannya lebih baik kita kembali keIndonesia..?"

"Seharusnya kau senang karena bisa berkunjung kenegara negara yang tidak akan pernah bisa kau kunjungi, kalau tidak menikah denganku." jawab Noah menghina.

Yura terkekeh "ya, kau benar" ucapnya "semoga saja itu tidak menjadi alasan untuk semakin menjeratku" sindir Yura, seraya membereskan barang bawaan.

Sepertinya nasehat dari Jacob, mulai Yura terapkan. Sejak kemarin setelah perbincangannya dengan pemuda berusia dua puluh enam tahun itu, Yura sudah bisa mengeluarkan kata kata perlawanan, jika Noah kembali menyakiti dirinya dengan perkataan yang tidak enak untuk ditelan.

Noah menatap tajam, mendengar ucapan perlawanan dari istrinya itu. "Apa aku tidak salah dengar..? Bukannya kau yang menjeratku dengan pernikahan ini..?"

"Bukan kah aku sudah meminta untuk bercerai..?" balas Yura sembari menghentikan pergerakkan dan berbalik menatap Noah "aku harap kau tidak lupa akan hal itu"

Noah terdiam, lidahnya kelu dan tenggorokan itu seperti tercekat. Ucapan Yura seolah seperti jarum dengan seutas benang, yang menjahit rapi dikedua bibirnya. Netra lentik dengan manik hitam kecoklatan yang biasanya menatap dengan tajam menusuk dan nyalang, kini nampak meredup.

"Lebih baik kita kembali keIndonesia, jangan membuang waktu juga uang untuk sesuatu yang tidak ada gunanya." saran Yura sekaligus mengutarakan keinginan.

"Jadi kau ingin mengecewakan kedua orang tuaku yang telah membelimu..?" tanya Noah datar.

"Aku rasa satu bulan ini sudah cukup untuk mengganti kerugian yang sudah mereka keluarkan, dan berhenti menjadikan mereka alasan hanya untuk bisa bertemu dengan kekasihmu itu." tandas Yura dengan sengitnya

Noah tersenyum miring "apa kau cemburu..?"

"Aku bukan jembatan penghubung, jadi kalau kau mau bebas bertemu kekasihmu, kita kembali keIndonesia lalu bercerai." tegas Yura dengan netra terarah tajam kepada Noah.

Iblis yang bersemayam tenang, akhirnya terbangun juga dari tidur nyenyaknya.

"Lepaskan aku..!" seru Yura yang sudah dikungkung oleh Noah dan dinding kokoh hotel Ritz Paris.

"Aku bertanya, apa kau cemburu..?" Noah menatap tajam wajah yang hanya berjarak dua jengkal saja dari wajahnya.

"Apa aku terlihat cemburu..?" tanya Yura dengan senyum meremehkan.

"Apa kau cemburu..?" tanya Noah kembali seraya mengikis jarak wajahnya dari sang istri. Diraba bagian tubuh candunya itu menuju ketempat yang selalu membuatnya mengerang nikmat.

"Hentikan..!" Yura mencoba melepaskan diri, kala jari jemari itu mulai menyentuh kulitnya dan semakin dekat dengan lembah yang memabukkan.

Yura merutuki kebodohannya untuk yang kesekian kali, kenapa ia harus memakai kain pelapis yang memudahkan pria kurang ajar itu mengakses setiap jengkal raganya. Walau tak bisa dipungkiri ia juga menikmati, dan bahkan selalu ingin kembali merasakannya. Tapi kali ini ia mencoba untuk mengikis itu semua, agar tidak semakin terjerat dengan pusara cinta sang suami.

"Apa kau cemburu..?" seperti orang yang sudah hilang kewarasannya, lagi lagi Noah bertanya hal yang sama.

"No...ah" ucap Yura terbata bersamaan dengan mata yang mengatup seketika, akibat ulah jari jemari sang suami yang sudah bergerak bebas dibawah sana.

Wajah ayu Yura dengan mimik yang memancarkan kabut gairah, sangat menggoda terlihat dinetra Noah, dan semakin membuat lelaki itu bergerak liar. Apa lagi saat hembusan udara yang dihasilkan oleh nafas terengah engah Yura menerpa wajahnya, dan juga dada yang naik turun tak beraturan, membuat pria itu semakin gila.

"Katakan kalau kau cemburu..?" titah Noah lembut setengah parau, seraya meletakkan kedua bibirnya dileher sang istri.

Yura tak bisa berkata, yang ada malah meloloskan melodi indah yang menjadi penyemangat bagi Noah untuk terus bergerak.

"Yura..!" seru Noah yang sudah berselimutkan gairah berpayungkan hasrat, dengan lembutnya "kau tau, aku sulit untuk melepaskanmu"

Yura mengeram, raganya terasa tak bertulang. Dinding kokoh itu nyatanya tidak cukup kuat untuk dijadikan sandaran bagi tubuh yang tengah menari nari mengikuti pergerakan sang suami. Dicengkram dengan erat bahu dan punggung Sang suami, dikalungkan satu kaki kepinggang sang pemilik hatinya itu sebagai penyangga, agar tubuh lunglai itu tidak luruh kelantai.

"Ini nikmat sayang...!" ucap Noah dengan gerakan yang semakin membuat Yura menggila.

"A..ku" lagi, Yura tak bisa menyelesaikan ucapannya, yang wanita itu bisa lakukan hanya semakin mengeratkan cengkraman akan raga sang suami.

"Bersama...!" sahut Noah mengerang.

Dengan nafas terengah engah engah, dengan mata yang masing saling terpejam, dan dengan rengkuhan yang semakin erat, Noah menggiring tubuh Yura keatas ranjang, lalu kembali berpacu guna mendapatkan kenikmatan untuk yang kedua kalinya, atau mungkin akan lebih dari itu.

Saling mendekap, dan mengatupkan mata guna terlelap barang sesaat. Sebelum nanti mereka akan makan malam berdua, seraya menikmati indahnya menara Eiffel dan keromantisan kota yang tersuguhkan jika hanya dimalam hari saja.