Berawal dari Elena yang menolong seorang pria asing saat sedang mendaki gunung, membuat Elena harus kehilangan seluruh tabungan yang dia simpan untuk masa depannya. Sementara pria itu kabur melarikan diri dari rumah sakit keesokan harinya dengan meninggalkan sepucuk surat.
Kesal karena merasa tertipu, Elena bertekad membuat Liam untuk membayar hutangnya beserta bunganya.
Tapi dirinya malah terjebak dalam situasi romantis dan berbahaya.
Kelanjutannya bisa dibaca sendiri ya, masih on going...
Dukung terus Author, bisa like, vote, komen atau follow.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Piper menjelaskan pekerjaan yang akan Elena dan Aaron lakukan selama mereka magang, "Seharusnya kita akan bekerja disini, tapi hari ini kita akan pindah ke kantor baru. Jadi kalau kalian tidak sedang sibuk, kalian bisa membantu kami untuk mengemas barang - barang" kata Piper lagi.
"Ngomong - ngomong, kudengar kalian masih mahasiswa. Apa kalian tidak ada kuliah hari ini?" tanya Piper.
"Kami tidak ada kuliah hari ini, karena baru saja selesai ujian. Sebentar lagi juga akan libur musim panas, jadi kami memiliki banyak waktu luang" kata Elena.
"Baguslah kalau begitu, kalian bisa mulai dengan mengatur barang - barang yang ada disana. Box bisa kalian dapatkan di ruangan sebelah sana, pakai saja yang ada karena kami tidak membeli box baru. Kalau ada yang tidak kalian mengerti, kalian bisa bertanya padaku" kata Piper lagi.
"Oh ya, kalian bisa pulang di jam 2 siang ini. Karena status kalian adalah pegawai magang dan juga sedang kuliah, Sophia mengatakan jika kalian akan bekerja selama 5-6 jam sehari. Kalian bisa datang jam berapapun selama tidak lebih dari jam 8 malam, karena kami selesai bekerja sampai dengan jam 8 malam. Jadi kau bisa kemari setelah kuliahmu selesai atau kalau tidak ada kuliah seperti sekarang. Selain itu, mungkin setiap hari hanya akan ada kalian berdua bersamaku yang akan sering bertemu" kata Piper lagi.
"Kenapa begitu, bagaimana dengan yang lain?" tanya Elena.
"Mereka akan lebih sering berada di luar untuk menyelidiki kasus. Kejahatan tidak pernah tidur. Kepala Henry juga akan lebih sering berada diluar untuk urusan external, sementara Sophia dia sering berkeliling untuk mencari kasus yang tidak bisa dipecahkan. Sedangkan tugasku sama denganmu Aaron, Kalau untukmu, kau akan bertugas untuk menyusun dan mengklasifikasi dokumen, menyiapkan ruang meeting jika ada meeting, kemudian juga menyiapkan materi untuk meeting. Kita bertiga akan bekerja sama menyusun dan mengumpulkan data yang diperlukan"
Aaron dan Elena mengangguk, "Elena, apa kau benar - benar serius ingin magang disini? Masih belum terlambat bagimu kalau kau mau berubah pikiran" bujuk Aaron sambil berbisik.
"Aku serius, tenang saja. Lagipula kita magang disini hanya sementara kan. Kalau aku merasa berbahaya, aku akan segera mengundurkan diri. Kau tenang saja. Sekarang lebih baik kita kemasi barang - barang ini, aku tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kantor baru kita nanti" sahut Elena semangat.
"Haduh, ya sudahlah. Kita lakukan saja sesuai apa yang kau inginkan" jawab Aaron.
Mereka berdua lalu tekun, merapikan barang - barang sesuai dengan arahan Piper dan mengkategorikan setiap box berdasarkan isi didalamnya.
"Mereka terlihat semangat untuk hari pertama bekerja" kata Sophia seraya mengulurkan secangkir kopi panas dari mesin pembuat kopi kepada Liam.
"Iya, tapi kita lihat saja sampai dimana semangat itu ada" balas Liam.
Selesai berbenah, seperti yang dikatakan oleh Piper jam 2 siang mereka berdua pun pulang setelah mendapat informasi dimana letak kantor baru mereka. "Aaron, aku pulang dulu. Aku harus membersihkan rumah, karena Alice sudah pergi" pamit Elena tanpa menunggu jawaban Aaron, gadis itu langsung saja melesat kedalam bus.
"Padahal aku ingin mengajakmu makan sandwich. Mungkin besok saja" kata Aaron.
...****************...
Sesampainya di apartemen, Elena segera membersihkan apartemen yang mereka tinggali. Berbekal didikan militer dari kakaknya, membersihkan rumah adalah hal kecil bagi Elena. Dia membersihkan semua sudut ruangan hingga benar - benar berkilau, dia juga masuk ke kamar Liam dan Alice untuk membersihkan kamar mereka.
Ketika dia memasuki kamar Liam, Elena melihat sebuah foto yang terpajang di meja di samping tempat tidur Liam. Foto dirinya bersama istri dan anaknya, saat dia melihat foto itu dahinya mengerut.
"Wanita ini kan??" Elena terkesiap hampir saja dia menjatuhkan bingkai foto itu ke lantai kalau dia tidak sigap menangkapnya.
Raut wajah Elena seketika berubah murung, dia segera keluar dari kamar Liam dan masuk ke kamarnya sendiri.
"Jadi wanita itu istri paman Liam??" lirihnya mengingat kembali kenangan mengerikan beberapa tahun lalu.
Elena menuju lemarinya dan mengambil sebuah saputangan yang tersimpan rapi di kotak kado kecil di sudut lemarinya. Sapu tangan berwarna biru langit dengan inisial CL itu digenggamnya erat - erat.
Kenangan 5 tahun lalu kembali mengusik pikirannya, kenangan dimana dia bolos sekolah untuk menghadiri jumpa festival tahunan di pusat perbelanjaan yang menjadi sasaran terorisme kala itu.
Saat itu Elena sedang menikmati festival ketika beberapa bunyi ledakan kecil terdengar dan membuat keributan massal, semua pengunjung festival pun berlarian kesana kemari karena panik dan saling mendorong satu sama lain untuk memasuki lift.
Elena yang terluka saat itu, ditolong oleh Cecilia dan putranya yang berusia sama dengannya, masih teringat dengan jelas kala Cecilia membalut luka Elena dengan saputangan yang dimilikinya. Kemudian ketika lift yang akan turun ke lobby datang, mereka bertiga bersama dengan orang tua Aaron yang saat itu bertemu dengan Cecilia menaiki lift, namun karena kelebihan beban Elena dan Cecilia pun turun dari lift tersebut tanpa tahu bahwa lift itu telah dipasangi bom yang akan aktif jika beban lift melebihi kapasitas.
"Bibi, kau saja yang naik kedalam lift. Aku yakin lift masih bisa menampungmu dan putramu. Aku akan turun melalui tangga darurat" kata Elena.
"Putra bibi terluka, bibi harus segera menuju rumah sakit" kata Elena pada Cecilia saat itu, dia memaksa Cecillia memasuki lift sementara Elena menuruni tangga darurat bersama dengan pengunjung lain.
Beberapa saat kemudian, lift meledak. Meruntuhkan sebagian besar bangunan pusat perbelanjaan. Elena selamat dari ledakan itu, sementara Cecilia dan putranya tewas bersama penghuni lift yang lain.
Akibat kejadian itu, Elena harus menjalani hukuman dari orang tuanya dan tidak diperbolehkan keluar dari rumahnya selama sebulan penuh.
"Kalau bukan karena aku memaksa bibi itu naik kedalam lift, dia pasti tidak akan meninggal dunia" lirih Elena dengan mata berlinang.
...****************...
Liam terpesona ketika dia tiba dirumahnya dan keadaan rumah sangat rapi dan bersih, "Selamat datang Paman" sapanya.
"Huh, bibi Sophia?" sahut Elena yang melihat Liam datang bersama dengan Sophia yang melambaikan tangan dan tersenyum padanya.
"Sedang apa dia disini?" tanya Elena sambil memicingkan kedua matanya.
"Halo Elena, aku kemari atas undangan Liam"
"Benar begitu?" tanya Elena menatap curiga.
"Ye-yeah, benar. Liam mengundangku kerumahnya karena kami masih harus membicarakan detil kasus yang sedang kami tangani"
Elena menatap Liam, "Sungguh?" tanya Elena lagi tidak yakin.
"Kami hanya akan membahas kasus, sekarang apa kami bisa lewat?" tanya Liam.
"Selamat datang kalau begitu, aku sudah membeli makan malam. Jadi mungkin lebih baik kalau bibi Sophia pergi setelah minum kopi atau teh" senyum Elena.
Liam menggaruk kepalanya, "Tapi aku bilang kalau dia bisa makan bersama kita. Apa kau bisa menyiapkan makanan untuknya juga?"
Dahi Elena berkedut kesal, bibirnya mengerucut, Sophia yang melihatnya sejenak berpikir, "Jangan - jangan bocah ini....."
...****************...